Barang Branded tapi KW Dijadikan Hadiah, Lalu Dijual sebagai Barang Ori. Jual Barang Pemberian Itu Etikanya di Mana?

Mempertanyakan etika menjual barang pemberian orang

ilustrasi Barang Branded tapi KW Dijadikan Hadiah, Lalu Dijual sebagai Barang Ori. Jual Barang Pemberian Itu Etikanya di Mana? mojok.co

ilustrasi Barang Branded tapi KW Dijadikan Hadiah, Lalu Dijual sebagai Barang Ori. Jual Barang Pemberian Itu Etikanya di Mana? mojok.co

MOJOK.CO – Ngasih hadiah ke orang lain berupa barang branded mahal memang bikin gengsi kita naik. Tapi, kalau cuma buat “kelihatan” berduit lalu ngasih barang KW, itu nggak ngotak.

Beberapa orang seleb lagi santer dibicarakan perkara ribut-ribut tas mahal senilai Rp380 juta yang begitu saja diumbar ke publik yang kebanyakan lagi memperjuangkan UMR. Keributan ini nggak penting dan bikin kita bodoh. Lalu, sehari kemudian, muncul desas-desus lain soal seleb yang menjual tas mahal dan barang branded KW dengan harga original. Bodohnya, kok banyak seleb yang ketipu.

Kita layak berteriak “BODO AMAT, NDES!” ke seleb-seleb yang punya gaya hidup mobat-mabit, sama sekali nggak peka sama keadaan, dan tampil ke publik bak “penyelamat yang akan memotivasi kalian cari uang”. Hilih kintil. Tapi, ada satu hal mahakonyol yang layak kita obrolin lebih jauh, yaitu kebiasaan beberapa seleb yang menjual lagi barang pemberian atau kado dari orang lain. Sekilas kelihatan nggak menghargai pemberian orang dong.

Perlu diketahui, orang kaya atau setidaknya yang merasa kaya, memang sering punya kebiasaan bertukar hadiah, bertukar kado, atau hampers. Sebagian dari tujuan pemberian ini tentu bukan murni karena pengin membahagiakan orang lain atau ngasih sumbangan, wong yang dikasih juga sama-sama orang kaya. Mereka punya misi membentuk relasi sosial hingga melanggengkan pride sebagai sosialita. Ya liat aja, kalau musim mau lebaran, mereka juga pasti berlomba-lomba bikin hampers mahal nan bagus biar orang-orang yang dikasih bisa mengunggah nama mereka di akun-akun media sosial. Semakin keren hampers-nya, semakin orang-orang respek dan pengin berteman. Relasi sosial yang kemungkinan bisa dijadikan relasi bisnis pun terbentuk.

Barang branded juga kerap dipertukarkan saat ada special occasion, misal saat ulang tahun, menikah, melahirkan anak, hingga sekadar pindahan rumah. Lucunya, ada seleb yang memberikan barang branded KW sebagai hadiah. Kurang lebih ya tujuannya biar kelihatan ngasih barang bagus dan mahal. Biar pride-nya makin tinggi. Bisa jadi, orang yang dikasih barang branded tapi KW itu juga nggak menyadari. Teknologi membuat barang KW bisa sangat mirip dengan perbandingan 1:1. Iya, bedanya cuma dari segi produsen. Barang branded asli diproduksi oleh pemilik brand resmi, barang KW diproduksi oleh pabrik lain.

Sayangnya ada hal yang lebih nggak habis pikir, yaitu menjual barang pemberian dari orang lain. Sebab saya bukan termasuk kalangan sosialita, saya tentu nggak ngerti seberapa lumrah hal ini. Yang saya tahu, kalau dikasih hadiah dari orang lain, ya baiknya barang itu disimpan sebagai kenangan dari orang tersebut.

Barang branded yang diberikan sebagai hadiah mungkin saja memang menggiurkan untuk dijual. Nggak heran karena harganya memang puluhan hingga ratusan juta rupiah. Lumayan tuh kalau lagi BU. Tapi, lagi-lagi, kita harus berpikir dengan perspektif orang kaya, orang kaya beneran lho ya! Uang puluhan sampai ratusan juta bagi mereka kan kayak recehan. Masa sih mengorbankan barang hadiah untuk dijual?

Gini aja deh, kita menganalogikan barang branded orang kaya adalah kado yang terbilang “lumayan” bagi kita. Misalnya saya dapat kado tas Kanken (ini bagi saya barang branded), mirip dengan orang kaya yang dapat tas Hermes. Tentu saja saya nggak akan menjual tas ini. Kalaupun sudah bosan dan punya pengganti yang lebih oke, tas Kanken pemberian teman bakal saya hibahkan ke adik, sahabat dekat, atau orang yang memang butuh tas.

Beberapa kawan yang saya kenal saat dapat kado pernikahan yang terbilang lumayan, tapi nggak terpakai, juga kerap mentransformasikan barang itu menjadi hadiah untuk orang lain. Jadi setidaknya, saat butuh memberikan kado ke kawan lain yang menikah, mereka nggak perlu pusing cari hadiah lagi. Pemberian yang berakhir jadi pemberian. Ini etika sederhana untuk menghargai orang pemberi hadiah. 

Saat ibu saya dapat banyak parcell lebaran berupa biskuit kaleng yang memang jadi template standar itu, blio juga menyimpannya untuk cangkingan saat berkunjung ke rumah saudara atau minimal untuk oleh-oleh tamu. Tidak ada di antara kaleng-kaleng biskuit itu yang kemudian dijual kembali meskipun jumlahnya bisa sampai lusinan. Kembali lagi, ini memang etika sederhana.

Sulit membayangkan betapa kacaunya dunia orang kaya yang punya kebiasaan memberikan barang branded, tapi KW, lalu barang itu berakhir dijual lagi sebagai barang ori. Yang beli kok ya juga nggak sadar kalau ternyata itu barang KW, nggak habis pikir. Mungkin itulah sebabnya banyak netizen di unggahan soal keributan seleb ini yang nggak bisa berkomentar saking nggak relate-nya. Kebanyakan masih berada di fae kaget, kok bisa-bisanya orang beli tas ratusan juta yang fungsinya buat wadah dompet dan hape. Sebanyak 380 juta sudah bisa beli rumah sederhana untuk keluarga kecil bahagia.

BACA JUGA Rachel Vennya dan Medina Zein Ngeributin 380 Juta, dengan Bodohnya Kita Merayakannya atau artikel AJENG RIZKA lainnya. 

Exit mobile version