Nia Ramadhani Hidupnya Enak, tapi Apa Seenak Itu?

nia ramadhani hidup kaya ardi bakrie jessica iskandar tersesat di rumah es krim mojok.co

nia ramadhani hidup kaya ardi bakrie jessica iskandar tersesat di rumah es krim mojok.co

MOJOK.CO Menjalani kehidupan seperti Nia Ramadhani punya jelas impian banyak orang. Namun, orang-orang yang siap memimpikannya belum tentu siap dengan konsekuensinya.

Hidup Nia Ramadhani tidak berlebihan jika disebut sebagai goals bagi kebanyakan orang. Punya suami yang gemati, harta nggak kurang-kurang, dan tetap in-shape meski sudah melahirkan tiga anak. Pokoknya yang bisa dilihat sejauh ini, Nia Ramadhani hidupnya sempurna-cum-bahagia.

Lewat Nia Ramadhani juga kita sepertinya tidak lagi bisa berpegang erat-erat pada petuah “harta tidak bisa membeli segalanya”. Harta bisa membeli kebahagiaan, dalam berbagai bentuk. Nia menunjukkannya dengan amat paripurna. Ketika permasalahan kita adalah bagaimana bisa promo Grab menghilang tiba-tiba, permasalahan Nia Ramadhani adalah tersesat di rumahnya sendiri saking gedenya. Ketika kita tidur dengan kasur lesehan yang lumayan sempit, kasur Nia Ramadhani panjangnya 5 meter.

Sek, kasur 5 meter emang tidurnya sambil rol depan-rol belakang apa gimana?

Namun, yang namanya hidup tetaplah ada lika-likunya. Yang saya maksud di sini adalah, sebenarnya apa enaknya menjadi Nia Ramadhani?

Manusia itu tetap punya masa di mana dia akan bertanya-tanya akan eksistensi diri, tak terkecuali Nia Ramadhani. Sekarang bayangkan Anda menjadi Nia Ramadhani. Iya, emang susah bayangin jadi kaya padahal kita nggak pernah hidup di titik itu. Tapi, mari kita coba dulu biar paham dengan yang mau saya sampaikan.

Dengan keistimewaan seperti itu, Nia Ramadhani akan mengalami kegabutan yang luar biasa. Jangan salah, meski tidak perlu kerja dan waktu yang dimiliki menjadi tidak terbatas, bukan berarti ia bisa menghabiskan hidup dengan penuh kegiatan. Memang tidak enak kerja 8 jam sehari dengan perhitungan upah tidak masuk akal, tapi setidaknya kita punya tujuan yang harus dicapai, yaitu untuk survive dalam kehidupan ini.

Meromantisasi penderitaan itu memang wagu, tapi justru ketika kita sanggup memaknai itu malah sanggup memberi kita arti. Dan ketika kita tidak lagi merasakan bagaimana susahnya meraih suatu tujuan, lalu bagaimana kamu merasa penuh dalam hidup?

Aku sendiri heran kenapa bisa nulis itu, sumpah.

Kehidupan Nia yang amat sempurna itu punya efek lain, yaitu dalam dunia pertemanan. Ketika Anda punya kekayaan yang bisa membuat Anda menenggelamkan rumah dengan cilok (pun intended), Anda akan merasa insecure atau setidaknya kewaspadaanmu meningkat.

Begini. Memang pilih-pilih teman itu nggak baik, tapi jadi masuk akal ketika kamu sekaya Nia. Selalu ada potensi orang yang baru masuk dalam lingkar pertemanan itu berusaha memanfaatkan kekayaanmu untuk keuntungan diri sendiri. Kesannya emang suudzon, tapi kita harusnya udah nggak perlu kaget kalau ada orang menusuk kita dari belakang. Wong ada yang tega korupsi pengadaan alat kesehatan dan Al-Qur’an lho. Kalau cuma manfaatin kekayaan temen, itu jauh lebih mungkin. Dan ketika Anda menjadi Nia, kewaspadaannmu bakal meningkat. Dan tentu, hidup dalam prasangka itu nggak ada enaknya.

Dan yang sering orang luput dari memandang Nia Ramadhani adalah dia akan sering dikaitkan dengan nasib para korban lumpur Lapindo. Memang tidak terkesan adil jika kita mengaitkan dirinya pada dosa Lapindo. Tapi meskipun dia tidak terlibat sama sekali, dia akan selalu diingatkan akan kasus Lapindo. Orang-orang akan memandang benci pada dirinya karena bisa-bisanya bahagia di saat masih ada ketidakjelasan soal nasib orang yang menjadi korban Lapindo.

Di akun media sosial Nia pasti ada komen tentang Lapindo. Bahkan orang-orang membuat lelucon tentang Nia Ramadhani, apa dia dan suami sering pillow talk tentang nasib korban lumpur Lapindo. Humor mungkin melewati batas, tapi humor adalah bentuk respons keresahan sosial, dan Nia harus merasakan menjadi bahan humor atas dosa yang tidak ada kaitannya dengan dirinya.

Menurut Son Goku, hidup itu wang-sinawang, yang kurang lebih artinya hidup itu cuma masalah bagaimana memandang sebuah kehidupan. Nia memang menjalani hidup yang naudzubillah nikmatnya, tapi bukan berarti dia tidak merasakan juga kesulitan hidup manusia umumnya.

Tapi yang pasti, jelas enak hidupnya Nia Ramadhani sih. Edan po enakan uripku.

BACA JUGA Halo TV One, HIV Itu Lebih Banyak Ditularkan Para Hetero Ketimbang Gay atau LGBT dan artikel menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version