MOJOK.CO – Setelah susah payah membangun kepercayaan konsumen lokal, beberapa merek sepatu didera isu knockoff alias penjiplakan desain brand sepatu ternama. Kalau begini terus, lama-lama perkara membungkus kaki aja harus impor. Hasssh!
Tidak usah disebut mereknya, kita semua tahu orang-orang sedang merundung habis-habisan brand sepatu lokal yang katanya meniru desain sepatu kolaborasi Comme des Garçons atau CDG dan Converse. Sebut saja mereknya Ketela. Saya mengerti kawan-kawan penggila sepatu pasti nggak terima dan melihat peristiwa ini sebagai upaya olok-olok terhadap brand sepatu terkenal yang kalian cintai. Padahal harga sepatunya nggak murah.
Sebenarnya ini bukan kejadian pertama. Tapi barang KW biasanya memang sejak awal niatnya bikin tiruan sehingga produsennya tak jelas dan merek barangnya adalah hasil pelesetan. Gucci jadi Cuggi lah, Dolce & Gabbana jadi Dolce & Banana lah.
Kasusnya jadi gede ketika peniruan dilakukan brand sepatu lokal yang perusahaannya jelas dan diniatkan jadi besar. Akibat ulah satu dua produsen sepatu, semua brand sepatu lokal kena. Kayak muncul stigma brand sepatu lokal itu pasti jelek dan ngawur. Konsumen yang nggak punya tenggang rasa sama UKM dan perekonomian dalam negeri jelas bodo amat, yang penting telapak kaki terbungkus dengan ganteng.
Oleh karena itu, kami, sebagai produsen sepatu merek lokal (ingat saya kan lagi cosplay jadi juru bicara) pernah berusaha membangun citra baik terhadap merek lokal. Alhamdulillah kami terbantu dengan kampanye produk elektronik yang pernah menggandeng Madam Titiek Puspa sebagai bintang iklan mereka.
Semenjak saat itu kami jadi semangat. Kami membuat produk dan desain orisinal. Ibarat kata, kami berani menjual dengan harga jauh lebih murah dari sepatu-sepatu yang sekali beli langsung bikin miskin itu. Soalnya kami nggak kena cukai. Apalagi setelah produk UKM bisa melebarkan target pasar lewat jual beli online. Makin deras cuan yang mengalir.
Banyak bermunculan sneakers head dalam video YouTube bertajuk “Berapa harga outfit lo?” yang juga memasukkan sebagian merek lokal dan dengan lantang mereka bilang, “Sepatu gue ini sih local pride ya, Cuy!” Sungguh pencapaian yang ulala.
Namun, setelah beberapa brand sepatu lokal saling menuduh knockoff satu sama lain, saya jadi pesimistis. Untung saja perseteruan ini tidak terlalu ramai di publik. Mereka itu nggak ngaca ya, kadang-kadang mereka juga meniru produk Vans, meniru Converse, meniru Onitsuka Tiger, tapi kok menirunya rebutan. Kali ini giliran sepatu Ketela yang dimusuhi banyak orang, dirundung habis-habisan karena meniru CDG sampai ke gambar matanya sekalian yang, meskipun agak beda, tapi ya mohon maaf aja ni….
Saya sedih banget sampai nangis kejer waktu baca komen warganet yang jadi illfeel sama brand sepatu lokal. Stigma buruk sepatu lokal muncul lagi. Local pride apanya, kata mereka, kalau merek lokalnya begini malah jadi malu.
Asal kalian tahu ya, netizen, masih banyak merek sepatu lokal yang bikin desain sendiri, bikin cetakan sepatu sendiri, sampai ada yang kasih bocoran harga produksinya. Mereka istimewa bukan karena pernah dipakai Pak Jokowi semata, tapi memang serius ingin mengembangkan merek yang bikin kaki kalian makin rupawan. Jadi izinkanlah saya mewakili persatuan merek sepatu lokal, memohon maaf atas apa yang dilakukan Ketela. Mereka mungkin hanya ingin membangun hype dengan melepas sepatu yang sudah familier. Kalau kalian maunya sepatu impor terus, kapan UKM bisa kaya?
Plis, tetap cintailah ploduk-ploduk Indonesia.
BACA JUGA Tukang Sol Sepatu, Kunci Kepercayaan Diri Anak Punk dan Biduan Dangdut atau artikel lainnya di POJOKAN.