Perjalanan Politik Amien Rais Sampai Disebut Gerindra Cuma Sebagai Lucu-lucuan

MOJOK.CO Amien Rais dianggap cuma mau nempel ke Prabowo Subianto saja untuk punya kekuatan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 esok. Kesan ini muncul menurut Desmond J. Mahesa, Ketua DPP Gerindra.

Perjalanan politik Amien Rais memang lumayan unik—kalau tidak mau dibilang lucu. Dulu, Ketua Dewan Kehormatan PAN ini pernah “bermusuhan” dengan Prabowo Subianto terkait situasi pada masa-masa Reformasi 1998. Maklum, saat itu yang bersangkutan merupakan pendiri PAN pada 1998 dengan platform nasionalis terbuka yang punya misi salah satunya menjatuhkan Presiden Soeharto.

Nah, jelas saja hal ini berbenturan dengan Prabowo yang saat itu masih jadi Pangkostrad era Presiden Soeharto. Sebagai prajurit, tentu Prabowo akan setia pada komando tertinggi, yakni Presiden.

Dengan partai baru tersebut Amien cukup sukses melenggang ke Senayan saat menjabat sebagai Ketua MPR untuk masa jabatan 1999-2004. Menjadi Ketua MPR bagi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarnoputri, Amien sempat dianggap sebagai penjegal langkah Megawati untuk menjadi Presiden. Maklum saat itu, PDI-P adalah partai pemenang Pemilu pertama setelah era reformasi. Sangat wajar kemudian jika Megawati adalah salah satu sosok yang paling diunggulkan untuk jadi Presiden.

Masalahnya, saat itu pemilihan ditentukan oleh anggota MPR di Senayan, tidak langsung dipilih oleh rakyat seperti sekarang. Sebagai Ketua MPR, Amien mendadak bikin poros tengah yang berhasil mengalahkan perolehan kursi PDI-P dengan memajukan Gus Dur sebagai Presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Terang sudah Megawati merasa dikhianati oleh sistem parlementer yang dikreasi arahnya oleh Amien saat itu. Menjadi Presiden tinggal selangkah lagi, Ketua PDI-P saat itu harus puas hanya menjadi Wakil Presiden. Akan sangat wajar kemudian jika Megawati marah kepada Amien.

Hanya saja kemarahan itu malah berbalik jadi berkah bagi Megawati. Tidak sampai tiga tahun memimpin, Gus Dur harus digulingkan kembali oleh MPR. Dengan lengsernya Gus Dur, secara otomatis Megawati menjadi Presiden untuk pertama kali dan satu-satunya Presiden perempuan pertama yang pernah dimiliki Indonesia. Pada akhirnya, suksesnya Megawati jadi Presiden ada andil cukup besar pula dari tangan Amien Rais sebagai Ketua MPR.

Akan tetapi, “kemesraan” itu cuma seumur jagung. Bertahun-tahun kemudian hubungan antara Megawati dan Amien Rais malah semakin memburuk. Keadaan ini semakin meruncing pada Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Setelah menjadi “lawan” Prabowo pada era Reformasi 1998, tanpa diduga, Amien Rais malah merapat dan terkesan nempel terus. Hal ini cukup bisa dimaklumi. Meskipun berseberangan saat reformasi, Amien tidak memiliki rekam jejak permusuhan secara politik dengan Prabowo. Tentu ini berbeda dengan hubungannya dengan Megawati.

Dari lawan jadi teman, Amien berusaha sekuat mungkin untuk terus mengritik pemerintahan Presiden Jokowi dari PDI-P. Usaha ini tentu merupakan konsekuensi dari pilihan Amien dan PAN untuk menjadi bagian dari partai oposisi bersama dengan Gerindra. Lucunya, menyebut PAN sebagai partai oposisi juga kurang tepat, sebab PAN dapat jatah Menteri dari Pemerintah.

Meski sampai detik ini posisi PAN belum sepenuhnya jelas posisinya, tapi dari komentar-komentar Amien dan beberapa petinggi partai yang sering mengritik pemerintah, maka bisa dibaca PAN sedang mencoba membribik Gerindra agar bisa diajak secara tegas untuk koalisi menyambut Pileg dan Pilpres 2019 besok.

Di sisi lain hal ini ternyata tidak disambut dengan begitu baik oleh Gerindra. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari komentar Ketua DPP Gerindra, Desmond J. Mahesa, yang menganggap Ketua Dewan Kehormatan PAN ini dulu pernah menggunakan Prabowo cuma sebagai alat politik.

“Pak Amien dulu menggunakan Pak Prabowo sebagai alat, sekarang kok maju. Lucu. Ini orang tua bagi saya cuma lucu-lucuan sajalah,” kata Desmond.

Dukungan untuk Amien Rais maju sebagai capres memang muncul dari kader-kader PAN. Hanya saja, melihat PAN tidak memiliki ambang batas capres untuk Pilpres 2019, maka mustahil PAN bisa maju sendiri. Satu-satu cara yang masuk akal adalah mendekat ke partai yang punya kekuatan untuk mencalonkan presiden. Dan melihat track record Amien Rais dalam 5 tahun ke belakang, maka koalisi bersama Gerindra adalah satu-satunya langkah yang masuk akal.

Hanya saja, Gerindra melalui Ketua DPP-nya, agaknya meragukan kekuatan Amien Rais untuk maju. “Jadi kesan pertama bagi saya sebagai Partai Gerindra, (Amien Rais) nempel ke Pak Prabowo,” kata Desmond.

Sebagai sosok yang sudah sepuh, tentu Gerindra pantas untuk mengabaikan keinginan PAN untuk mengusung Amien Rais. Secara kekuatan politik tidak begitu besar, risiko yang didapat lebih mengkhawatirkan. Tapi kalau sebagai lucu-lucuan saja, sepertinya itu boleh-boleh saja kalau Gerindra memang mau menganggapnya begitu.

Ya wajar saja, belakangan ini beliau memang sedang lucu-lucunya. (K/A)

Exit mobile version