5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu…

ilustrasi 5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu... mojok.co

ilustrasi 5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu... mojok.co

MOJOK.COWalau cenderung monoton dan selalu happy ending, FTV SCTV terbukti mengendap di ingatan penonton dan layak untuk dikenang.

Sebelum era kontroversi sinetron azab Indosiar, sebelum adanya film-film televisi yang judulnya makin membagongkan, ada era saat FTV SCTV begitu dipuja. Bukan, bukan karena tayangannya terlampau berkualitas, melainkan karena penonton memang hanya punya sedikit pilihan untuk menyaksikan hal menarik sebagai hiburan. Saat itu media sosial dan layanan streaming berbayar belum masuk Indonesia. Boro-boro deh, beli kuota 500MB saja mahal betul. Kurang lebih pada 2010-an ke depan, ada begitu banyak FTV di SCTV yang ciri khasnya begitu kental sehingga begitu diingat oleh para pemirsanya. Termasuk saya.

Kala itu, menonton cerita FTV yang begitu ringan, cheesy, dan ketebak ending-nya adalah sebuah cara untuk menghabiskan waktu sambil “nggak ngapa-ngapain.” Aktivitas nonton FTV SCTV cuma butuh bernapas dan melek. Kadang film televisi tersebut tayang di siang hari–sepulang saya sekolah– dan di malam hari saat jiwa muda sedang dilanda pikiran cemas.

Setidaknya ada beberapa hal yang layak dikenang dan sudah jadi trademark FTV SCTV angkatan pertama. Jika Anda relate, saat ini mungkin Anda bakal merindukannya.

Elemen FTV SCTV #1 Pemainnya itu-itu aja

Saya bisa bilang bahwa pemain FTV sebenarnya nggak variatif, ya karena orangnya itu-itu aja. Tokoh cewek biasanya diperankan oleh Kadek Devi, Sharena, Prisia Nasution, Lia Waode, dan lainnya. Sedangkan tokoh cowok diperankan oleh Ben Joshua, Ryan Delon, Ramon Y. Tungka, Dimas Anggara, dan lain-lain. Saking identiknya, kalau saya sudah lihat salah satu dari beberapa nama di atas, saya langsung menebak tayangan tersebut adalah FTV. Mau tayangnya pukul empat pagi pun, kalau ada Kadek Devi berpasangan sama Ryan Delon, fix, itu FTV.

Elemen FTV SCTV #2 Soundtrack yang diulang-ulang

Pokoknya kalau nggak lagunya Yovie & Nuno, ya lagunya D’Bagindas. Sesekali ada FTV yang pakai lagunya Vagetoz. Lagu-lagu ini cocok digunakan di berbagai situasi dalam film, terutama kalau si cowok dan cewek pemeran utama lagi pandang-pandangan. Mendadak terdengar, “Tuhan tolong aku ingin dirinya, rindu padanya, memikirkannya….” Azeeek dah kayak semesta mempertemukan dua insan aja, hilih. Kenyataannya, kebanyakan yang nonton beginian justru jomblo. Duh.

Elemen FTV SCTV #3 Ending-nya pasti bahagia

Dibilang juga apa, menonton tayangan ini nggak bikin kita pusing dan mikir. Apalagi sampai mangkel dan terbawa perasaan. Sebab apa? Sebab ending-nya yang mereka pasti bersatu. Kalaupun tidak bersatu, ada alternatif ending yang tetap membahagiakan. Padahal aslinya kayak udah mau sad ending. Eh, ternyata ada plot twist yang nggak nge-twist nge-twisti amat dan menyelamatkan hubungan cinta mereka. Pokoknya ini semua tentang cinta, cinta, dan cintaaa~

Elemen FTV SCTV #4 Kadang alurnya terlalu mustahil

FTV memang dibangun dengan alur cerita yang seolah-olah mustahil, khayal, seperti lamunan di siang bolong yang divisualisasikan. Setidaknya, daripada melamun memang mendingan nonton FTV sih, melamun bikin kesambet. 

Nggak khayal dari mana, wong ceritanya aja nggak jauh-jauh dari tukang cilok yang jatuh cinta sama manajer perusahaan terkenal. Kadang juga ada tokoh cewek yang dibuat bobrok, nggak feminin, dan nggak pernah dandan berubah jadi cakep kayak putri raja lalu ditaksir gebetannya yang selama ini dia suka. Dunia FTV memang indah, tapi setelah nonton jangan lupa kembali sadar bahwa realitas hubungan percintaanmu di dunia nyata masih kejam.

Elemen FTV SCTV #5 Tempat syutingnya nggak jauh-jauh dari Jogja, Bali, atau Puncak Bogor

Sampai sekarang sih saya masih belum tahu apa motivasinya kru film FTV seringnya ambil setting di luar Jakarta. Apakah biar pemainnya sekalian bisa piknik, atau karena biaya sewa di Kota Jakarta sudah terlampau nggak sehat? Yang jelas keduanya bisa benar. Sembari melakukan syuting di Jogja, Bali, atau Bogor, biasanya ada pemain yang bakal berperan jadi orang medhok, tapi logatnya maksa banget. Kisahnya juga nggak jauh-jauh dari kisah seseorang dari Kota Metropolitan yang jatuh cinta dengan penduduk setempat.

Duh, kapan ya kisah cinta kita beneran kayak yang di FTV.

BACA JUGA Akui Saja, Walau Terlalu Khayal, Namun FTV SCTV Berhasil Menawarkan Harapan Atas Realitas Kehidupan Percintaan dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.

Exit mobile version