4 Dosa Klasik Pedagang Sate Ayam yang Bikin Pembeli Trauma

4 Dosa Klasik Pedagang Sate Ayam yang Bikin Pembeli Trauma

4 Dosa Klasik Pedagang Sate Ayam yang Bikin Pembeli Trauma (unsplash.com)

Siapa yang bisa menolak sate ayam? Perpaduan antara daging ayam yang dibakar dan bumbu kacang kental dengan cita rasa gurih dan manis memang juara di hati para pencinta kuliner. Sate ayam juga termasuk makanan yang “aman”. Maksud saya, siapa pun bisa menyantapnya tanpa perlu khawatir kolesterol naik seperti saat menyantap sate kambing.

Akan tetapi di balik kepulan asap arang dan aromanya yang menggoda, tak sedikit oknum pedagang sate ayam yang nakal. Mereka melakukan beberapa dosa kecil yang bikin pembeli kecewa, bahkan ada yang sampai trauma.

#1 Jualan sate ayam daging mini tusukan maxi

Dosa klasik pedagang sate pertama berkaitan dengan tusuk sate. Sebelum dimasak, potongan daging ayam ditusukkan ke sebatang lidi. Masalahnya tak jarang ada penjual yang menusukkan daging ayam sedikit, sementara tusukannya panjang. Aduh, ini mah namanya makan tusuk sate.

Sudah gitu kadang lebih banyak bagian lemak dan kulit ketimbang daging ayamnya. Padahal kan konsumen penginnya makan sate daging ayam, bukan sekadar lemak dan kulitnya. Akhirnya pembeli yang lapar jadi merasa dibohongi.

#2 Bumbu kacang ala kadarnya

Selain daging ayam yang dibakar, bumbu kacang juga menjadi bintang utama dari sate ayam. Nah, bumbu kacang yang menjadi pelengkap ini lebih sedap jika teksturnya kental dan rasanya gurih manis. Masalahnya, ada saja pedagang nakal yang membuat bumbu kacang ala kadarnya. Bumbunya encer lah, kemanisan lah, atau malah hambar. Tentu saja hal ini akan mengurangi kenikmatan menyantap sate.

Seharusnya bumbu kacang pada sate kaya rasa. Selain menggunakan kacang tanah yang dihaluskan, bumbu kacang biasanya juga terbuat dari campuran bawang putih, bawang merah, gula merah, dan rempah-rempah lainnya. 

#3 Menggunakan daging ayam yang sudah nggak segar

Dosa klasik penjual sate ayam selanjutnya adalah menggunakan daging ayam yang sudah tak segar. Demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, ada oknum pedagang sate nakal yang menggunakan daging ayam sisa kemarin. Bahkan ada juga yang menggunakan daging ayam busuk.

Beberapa tahun lalu ada berita mengenai pedagang sate ayam di Aceh diamankan polisi. Diduga penjual menggunakan daging ayam yang sudah busuk. Dari hasil pemeriksaan polisi, daging yang dijual pedagang sate keliling itu sudah berbau.

Hal ini tentu saja tak hanya merugikan, tapi juga membahayakan konsumen. Soalnya mengonsumsi daging busuk meningkatkan risiko infeksi bakteri Salmonella yang berujung pada keracunan makanan, lho.

#4 Pedagang sate ayam yang melayani konsumen asal-asalan

Terakhir, dosa klasik pedagang sate ayam adalah melayani konsumen seenaknya. Saya pernah bertemu dengan pedagang yang kayak gini. Ditanya baik-baik, jawabannya singkat, bahkan cenderung cuek. Akhirnya saya enggan balik lagi ke warungnya.

Ada juga pedagang sate yang tak jujur menyebutkan harga. Beda orang yang dilayani, beda pula harga yang diberikan. Apalagi umumnya di warung sate pinggir jalan tak mencantumkan harga. Kalau kayak gini kan pembeli yang dirugikan. Meskipun satenya enak, kalau pelayanannya buruk tentu saja bikin pembeli trauma untuk datang lagi.

Saya tahu nggak semua pedagang sate ayam melakukan hal-hal seperti yang saya tuliskan di atas. Ada juga penjual yang ramah, baik, dan amanah. Dalam usaha kuliner, tak ada salahnya apabila pedagang menjaga kualitas dagangan dan kepercayaan pembeli. Kalau pembeli sudah percaya, tentu bakal balik lagi, kan.

Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Rekomendasi Sate Ayam yang Tidak Kalah Enak Dibanding Sate Ratu Jogja dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version