MOJOK.CO – Tiga nama yang bisa direkrut menjadi juru bicara Menkes Terawan. Supaya kejadian “kursi kosong” di Mata Najwa tak terjadi lagi.
Merasa kurang percaya diri? Terlalu sibuk? Atau menghindari salah persepsi publik ketika mau ngomong? Bisa jadi itu beberapa hal yang sedang dialami Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan belakangan ini.
Setidaknya, dengan kesibukan tiada tara, Menkes Terawan benar-benar habis dieksploitasi Mata Najwa. Tanpa perlu hadir, Menkes Terawan justru dikoyak-koyak oleh rasa penasaran para wartawan. Sungguh pemandangan perih bagi mereka yang masih percaya dengan kinerja Menkes.
Menjadi pejabat publik seperti Terawan memang serba-salah. Kerja terus nggak nongol ke media salah, nongol terus di media juga bisa salah. Maju kena, mundur kena. Apes bener nasibmu ya, Pak Terawan, ya?
Ditambah lagi, isu soal kursi kosong Terawan di Mata Najwa sudah melahirkan pro dan kontra di masyarakat. Setelah cebong-kampret, kadrun-buzzeRp, kini lahir lagi perseteruan Najwa-Terawan.
Nah, mengingat ada beberapa blunder pernyataan ketika awal tahun serta keengganan nongol di media belakangan ini, Pak Terawan sepertinya perlu menimbang untuk merekrut seorang juru bicara. Apalagi beberapa kejadian di masa lalu sudah menunjukkan bahwa (((mungkin))) Pak Terawan ini cuma jago kerja, tapi nggak jago ngomong.
Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati paling dalam, saya merasa terpanggil untuk coba membantu Menkes Terawan dengan menyodorkan nama-nama yang berpotensi menjadi jubir. Apalagi sebagai pejabat publik, komunikasi publik itu penting dan nggak bisa sembrambangan.
Nah, berikut nama-nama yang bisa dijajaki. Monggo Pak Terawan, silakan lihat-lihat dulu. Kalau cocok, sikat aja.
Pandji Pragiwaksono
Juru bicara merupakan benchmark seorang Pandji Pragiwaksono selain stand-up comedian. Setidaknya, sejak mewakafkan diri menjadi jubir Anies Baswedan pada pilgub DKI 2017 lalu, Pandji Pragiwaksono mulai lekat dengan merek dagang ini.
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh Pak Terawan kalau mau mempertimbangkan Pandji menjadi jubir.
Pertama, track record. Pandji terbukti sukses mengampanyekan Anies. Buktinya Anies Baswedan jadi Gubernur DKI Jakarta betulan. Tentu ini terlepas dari andil eksternal (seperti kasus penistaan agama di kubu sebelah). Poinnya, kalau melihat dari hasil saja, Pandji terbukti sukses.
Kedua, afiliasi politik Pandji sangat fleksibel. Dia bukan partisan untuk urusan politik, tapi hanya partisan untuk urusan kerjaan.
Jiwa profesionalisme ini patut jadi pertimbangan mutlak. Apalagi ada kabar bahwa tur stand up-nya terancam mundur sampai kurun waktu yang belum diketahui karena pandemi. Jadi inilah waktu yang tepat untuk merekrut seorang Pandji Pragiwaksono. Asal nego harganya cocok, pasti bisa ketemu kok.
Ketiga, Pandji adalah senior untuk stand-up comedian di Indonesia. Ini reputasi yang tidak sembarangan. Reputasi ini bisa menjadi beberapa senjata ampuh. Misalnya, ada blunder kebijakan dari Kementerian Kesehatan lagi ke depan, cukup minta Pandji untuk melawak di depan wartawan.
Urusan mungkin memang tak beres, tapi paling tidak publik bisa ketawa sejenak. Meski, yaaah, untuk urusan ini, saya cukup ragu apakah Pandji bisa menandingi kelucuan pejabat Republik Indonesia lainnya sih.
Selain itu, Pandji juga bisa mengerem para stand up comedian yang lebih junior untuk tidak lagi gemar nge-roasting Menkes Terawan.
Kayak Bintang Emon yang barusan nongol (lagi) itu misalnya. Dengan adanya Pandji Pragiwaksono, saya yakin posisi Menkes Terawan akan aman. Karena sasaran roasting paling-paling arahnya ke Pandji semua nanti akhirnya.
Febri Diansyah
Jika saja Piala Citra punya nominasi “Juru Bicara Terbaik”, saya cukup yakin Febri Diansyah adalah satu-satunya sosok yang berhak menerima piala tersebut. Tidak cuma sekali, tapi mungkin berkali-kali.
Dalam urusan komunikasi publik, ini orang memang tiada lawan. Saya bahkan sempat curiga kalau Febri Diansyah ini adalah robot bikinan KPK yang ditanam Artificial Intelligence mumpuni. Lah gimana? Unsur ketersinggungan yang ada dalam setiap Homo sapiens di muka bumi bisa raib dari sosok ini.
Febri adalah sebaik-baiknya seorang juru bicara. Menjelaskan sesuatu tanpa penekanan suara berlebih, fokus ke titik substansi, dan tak pernah ampuh kalau diserang secara personal. Benar-benar tanpa emosi manusia pada umumnya.
Barangkali itu yang jadi kunci betapa kosong mata seorang Febri Diansyah kalau lagi diserang dalam acara dialog di televisi. Ibarat lawan debat mati-matian membentak, mata teduh Febri bisa tetep santuy membalikkan setiap perkataan. Udah gitu, pilihan kata-katanya sederhana sekali.
Melihat itu semua, nama Febri Diansyah jelas sosok yang dibutuhkan Menkes Terawan. Apalagi yang bersangkutan masih nganggur karena habis mundur dari KPK. Ayo, Pak Menkes, tunggu apalagi!
Najwa Shihab
Baiklah, saya tahu. Ini nama yang cukup mengejutkan. Tapi tenang, saya bisa jelaskan sedikit.
Najwa Shihab bisa jadi merupakan salah satu pemandu acara dialog politik yang paling dikenali saat ini. Mungkin sedikit di atas Karni Ilyas dan Rosianna Silalahi. Sedikit, sedikit aja tapi.
Nah, dengan kemampuan memandu acara begitu jago, serta pengalaman menjadi jurnalis belasan tahun, memilih Najwa Shihab menjadi juru bicara merupakan strategi brilian. Ini ibarat Real Madrid membeli seorang Lionel Messi dari Barcelona. Memperkuat diri sendiri sekaligus memperlemah lawan.
Apalagi, persoalan Menkes Terawan belakangan ini (kalau boleh jujur) sebenarnya bukanlah mengurusi pandemi, tapi mengurusi jurnalis yang cerewet tanya ini-itu. Keriuhan itu baru bisa diselesaikan kalau Menkes Terawan mau merekrut salah satu nama terbaik dari kubu jurnalis tersebut.
Apalagi Menkes Terawan sebenarnya sudah mendapat contoh sukses soal ini dari sosok yang paling dekat. Sosok yang sukses merangkul lawan politik menjadi satu kubu. Yak, siapa lagi kalau bukan Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Kalau kurang yakin sama strategi ini, silakan Menkes Terawan tanya ke Pak Ali Mochtar Ngabalin atau sekalian ke Pak Prabowo Subianto.
Gimana, Pak Terawan?
BACA JUGA Yang Perlu Dilakukan Najwa Shihab agar Pak Terawan Mau Datang ke ‘Mata Najwa’ dan tulisan soal Menteri Kesehatan Indonesia lainnya.