Di tengah persaingan lowongan kerja ketat dan syarat yang kian tidak masuk akal, membuka usaha sendiri bisa jadi pilihan. Memang, untuk memulainya perlu modal, tapi mau bagaimana lagi? Ketika pintu rezeki bak tertutup, membuat sumber penghidupan baru seperti buka usaha atau bisnis perlu diusahakan
Itulah yang dilakukan Kang Wardi di Wukirsari, Cangkringan. Diambil dari salah satu video Mojokdotco dengan judul Rahasia Budidaya Belut Kang Wardi, Modal 300 Ribu Jadi 900 Juta, pria bernama lengkap Suwardi (46) ini bisa mengembangkan budidaya belut miliknya dari semula 1 kolam jadi 200 kolam dalam waktu 4 tahun saja.
Sebenarnya dia tidak pernah ingin menjadi pengusaha belut. Dia ingin melakukan budidaya belut untuk konsumsi pribadi saja. Namun, rasa penasaran untuk membudidayakan kian tak terbendungs setelah gagal berkali-kali.
Berbekal pengalaman gagal itu, dia akhirnya menemukan formula sendiri untuk budidaya belut. Dia menyimpulkan ada beberapa faktor yang berpengaruh signifikan dan perlu dipikirkan sebelum seseorang melakukan budidaya belut.
Menggunakan bibit belut khusus untuk budidaya
Bibit belut menjadi faktor penting kalau ingin melakukan budidaya. Tiga kali kegagalan Kang Wardi sebelumnya, menurutnya karena menggunakan bibit belut yang kurang tepat. Dengan kata lain, dia menggunakan bibit belut yang memang tidak untuk dibudidayakan.
Untungnya, pada percobaan terakhir yang membuatnya berhasil memiliki 200 kolam, dia membeli bibit yang belut rawa yang didapatnya dari Kalimantan. Kalau percobaan ini gagal, dia membulatkan tekad untuk mengakhiri semua uji coba budi daya ini.
Untung saja, pada percobaan terakhir ini dia berhasil. Awalnya, 5 kg bibit belut itu diletakkan pada gentong berukuran 250 liter yang dibagi dua (jadi berbentuk seperti gelas). Sebanyak 2 kg di tempat pertama, sebanyak 2 kg di tempat ke-2. Sementara, sebanyak 1 kg dikonsumsi sendiri.
Dia mengaku tidak terlalu memperhatikan kondisi gentong, hanya memberi makan cacing sesekali saja. Ternyata setelah 3 bulan berlalu, ukuran belut bertambah besar. Bahkan bermunculan belut-belut lain yang berukuran lebih kecil. Itu mengapa, awal memulai budidaya ini sangat murah, sekitar Rp300.000-an saja.
Budidaya belut dengan media yang sesuai
Salah satu kunci bertumbuhnya belut dengan baik adalah media pembudidayaan. Kang Wardi akhirnya menemukan formula yang tepat untuk budidaya belut. Dari awalnya pembibitan menggunakan gentong berukuran 250 liter yang dibagi dua, bibit-bibit itu kemudian dipindahkan ke kolam-kolam yang terbuat dari terpal.
Ukuran kolam terpal itu tidak besar, sekitar 1×2 meter saja. Sebenarnya, penggunaan terpal ini tidak sengaja, eh malah berhasil dan dipertahankan hingga sekarang. Pada waktu, dia butuh wadah untuk bibit belut dengan segara. Itu mengapa dia menggunakan kolam terpal saja yang murah dan cepat.
Eh, malah cara ini berhasil. Ukuran belutnya terus berkembang. Itu mengapa cara ini terus dia gunakan hingga mencapai 200 kolam pada 2024 lalu.
Pertimbangkan pasar
Salah satu yang menantang dari budidaya belut adalah pasar. Di beberapa tempat, terutama sentra belut, pasar atau permintaan itu sudah terbentuk. Namun, di daerah Kang Wardi, pasar atau permintaan itu awalnya belum ada. Itu mengapa dia begitu kesulitan menjual 1 kg belut dengan harga Rp80.000. Pada saat itu, orang-orang lebih memilih membeli daging ayam dengan duit segitu.
Akhirnya, dia memanfaatkan Facebook dan grup-grup Whatsapp miliknya untuk menjual hasil budidaya. Tidak langsung laris manis memang, tapi ada perkembangan. Sekarang pesanan belut datang dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, ada juga yang datang dari luar negeri. Kini, per bulan, dia bisa mengantongi duit hingga ratusan juta dengan harga jual Rp80.000-Rp90.000 per kg,
Itulah pengalaman perjalanan Kang Suwardi, pembudidaya belut di Cangkringan Sleman. Jalannya tidak mudah memang, tapi dia menunjukkan tidak ada yang mustahil. Itu mengapa dia ingin membagikan cara budidaya dengan beberapa paket di Omah Belut Wukirsari mulai dari Rp150.000 hingga Rp2 juta.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Bisnis Minim Modal dengan Potensi Cuan Besar yang Belum Banyak Dilakoni Orang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
