MOJOK.CO – Cacing kremi itu gara-gara apa, sih? Masak sih, karena parutan kelapa?
Saat saya kecil dulu, setiap kali ibu sedang memarut kelapa, saya senang memakan kelapa tersebut sedikit demi sedikit. Akan tetapi, ibu sering melarang saya untuk memakan parutan kelapa yang bakal menjadi santan tersebut. Kata ibu, itu bisa menyebabkan saya jadi kremian, alias muncul cacing kremi di tubuh saya. Dan bakal gatal-gatal di bagian dubur.
Hmmm, apa betul makan parutan kelapa bisa mendatangkan cacing kremi di dalam tubuh kita? Padahal kan, ngemilin parutan kelapa itu rasanya sungguh enak~
Ternyata, pernyataan dari ibu saya dan mungkin orang tua yang lainnya tersebut, hanyalah mitos belaka. Pasalnya, menurut pakar kesehatan, parutan kelapa yang kita konsumsi sama sekali tidak akan berubah menjadi cacing kremi. Mengonsumsinya juga tidak membuat jumlah si cacing di perut kita bertambah.
Sebaliknya, penelitian dari Heinrich Heine University yang ada di Jerman, sering makan parutan kelapa malah bisa membunuh berbagai parasit di dalam perut, termasuk cacing pita dan kremi. Pasalnya, dalam parutan kelapa terdapat kandungan berupa MCFAs (multi chained fatty acids) yang memang bisa membunuh parasit dalam tubuh. Bahkan, 12 jam setelah makan parutan kelapa, bisa memicu 90 persen cacing kremi tersebut keluar dari tubuh.
Hmmm, bisa jadi maksud ibu saya kalau makan parutan kelapa itu bisa bikin kremian, karena justru setelah makan cacing-cacing tersebut jadi keluar? Jadi, bukannya memunculkan cacing kremi, sebetulnya parutan kelapa malah mengeluarkan si cacing. Bukankah begitu?
Kremian ternyata merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing kremi yang penularannya cukup mudah. Cacing ini perlu diwaspadai karena memang dapat menular dengan lebih mudah dibanding cacing berjenis lainnya. Dan lebih banyak terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa.
Cacing ini adalah jenis parasit yang berukuran kecil sekitar 2-13 mm, dan menyerang usus besar manusia. Penularannya bisa lewat sentuhan langsung dengan kulit atau benda yang sudah terkontaminasi oleh cacing kremi atau telurnya. Biasanya tangan-tangan yang sudah terkontaminasi tersebut tidak dicuci dan langsung digunakan untuk makan.
Nah, saat makan dengan tangan tidak dicuci inilah kemudian menjadikan si cacing tersebut masuk ke dalam tubuh. Di dalam tubuh manusia, cacing tersebut berkembang biak dan memunculkan rasa gatal, nyeri, dan ruam di anus. Jika cacing tersebut di dalam tubuh seseorang semakin banyak, hal ini dapat memicu komplikasi seperti infeksi saluran kemih ataupun radang vagina.
Gejala lainnya yang juga bisa muncul antara lain, gatal pada bagian anus terutama saat malam hari, tidur terganggu karena rasa gatal yang nggak karuan, anus jadi sakit dan ruam, nyeri perut, hingga merasa mual.
Oleh karena itu, melihat penyebab seseorang jadi cacingan itu beraneka ragam. Orang tua perlu membiasakan kegiatan yang sehat bagi anak. Sesederhana mencuci tangan terlebih dulu sebelum makan. Supaya tangan kita yang telah digunakan untuk kegiatan kotor atau memegang barang-barang penuh bakteri, akhirnya menjadi bersih dan higienis. Selain itu, membeli makanan di tempat yang bersih dan tidak memakan lagi makanan yang jatuh di lantai, juga bisa mencegah dari cacingan.
Apalagi, karena telur cacing kremi dapat bertahan di handuk atau pakaian hingga 2-3 minggu, sehingga upaya lain pun perlu diusahakan. Seperti mengganti pakaian dalam setiap hari, tidak terbiasa mengisap jari, mencuci pakaian dan perlengkapan lain yang terkontaminasi, membiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun, hingga menghindari menggaruk anus saat gatal.
Semoga kebiasaan hidup sehat dan bersih kita, dapat menjauhkan dari cacing-cacing kremi yang bikin gatal itu, ya~(A/L)