MOJOK.CO – Tugas moderator mewakili tiga kepentingan: panitia, peserta, dan pembicara. Namun, ada moderator yang tidak sepenuhnya paham tugas dan fungsinya.
Akhir-akhir ini, saya lumayan sering hadir sebagai peserta beberapa forum ilmiah. Entah kenapa, saya merasa terganggu dengan polah para moderator. Mungkin tulisan ringan dan ringkas ini bisa membantu mengingat fungsi dan peran seorang moderator dalam berbagai bentuk diskusi ilmiah, baik secara formal maupun semiformal.
Moderator, dalam pengertian yang paling dasar dan sederhana adalah orang yang diberi mandat untuk mengatur jalannya forum. Sehingga setidaknya, dia mewakili tiga kepentingan: kepentingan panitia penyelenggara, pengertian peserta, dan kepentingan pembicara.
Sampai sekarang masih sering terjadi kekeliruan pemahaman, moderator dianggap sebagai kasta kedua dalam sebuah forum, di bawah pembicara. Ini pengertian yang keliru. Karena tanggung jawab, fungsi, dan tugas moderator begitu penting, maka derajatnya sama dengan pembicara, bahkan kadang bisa lebih tinggi.
Saya sudah pernah mengisi sebagai pembicara di berbagai forum. Tampak sekali kekeliruan ini masih sering terjadi. Para pembicaranya hebat dan bagus, tapi moderatornya tidak punya kapasitas.
Saya bahkan jarang sekali, mungkin hanya dua kali, diundang khusus sebuah panitia untuk mengemban tugas moderator. Coba perhatikan di seminar dalam kampus yang dihelat adik-adik mahasiswa, para pembicara yang diundang dianggap ahli dalam bidang tersebut, giliran moderator, diberikan kepada mahasiswa. Saya bukan menyepelekan mahasiswa, tapi hanya hendak meluruskan sejak awal, moderator dianggap sebagai kasta kedua.
Maka dalam forum-forum yang otoritatif, moderator selalu diberikan kepada salah satu ahli. Saya kasih contoh mudah saja. Di acara Indonesian Lawyers Club yang banyak penggemarnya itu, dimoderatori oleh bukan sembarang orang: Karni Ilyas.
Apakah Karni Ilyas lebih bodoh dibanding para pembicara? Tentu tidak. Dalam acara Mata Najwa, sama juga. Kita tidak bisa mengatakan Najwa Shihab lebih buruk pemahamannya tentang tema yang dibicarakan dibanding para narasumber. Dua contoh mudah itu, saya rasa cukup. Tapi kalau Anda menonton acara teve tahun 90an, tentu ingat betapa hebat sosok bernama Wimar Witoelar dalam memandu jalannya sebuah diskusi. Wimar orang yang sangat cerdas.
Kekeliruan lain yang juga sering terjadi adalah moderator dianggap semata sebagai orang yang fasih bicara. Saya pernah beberapa kali mengikuti diskusi tentang sastra, tapi para moderator tidak begitu tahu soal sastra. Atau dalam diskusi soal media digital, moderatornya tidak melek media digital. Tentu saja forum tersebut tidak berjalan optimal, untuk tidak mengatakan kacau.
Setelah beres pengertian yang kerap keliru itu, kita beranjak ke beberapa hal yang penting. Tugas moderator yang utama adalah memandu dan mengatur jalannya acara atau forum. Oleh karena itu, dia harus sadar ruang dan sadar waktu. Sadar ruang, dia tahu persis kapasitas pembicara dan karakter umum peserta serta bentuk forum. Memandu acara formal di kampus, tentu berbeda dengan memandu acara semiformal di sebuah pendapa komunitas.
Moderator juga harus sadar waktu. Dia harus tahu berapa lama durasi acara, sehingga bisa membagi dengan baik berbagai sesi, dan memberi jatah yang adil kepada para pembicara.
Hal penting lagi, moderator harus tahu diri. Dia mungkin menguasai tema dalam diskusi itu. Tapi dia bukan pembicara. Jadi si moderator terlarang untuk mengambil alih fungsi pembicara.
Dalam berbagai forum, tugas moderator adalah mengingatkan ulang kepada peserta tujuan forum tersebut. Apa kepentingan forum itu. Lalu menperkenalkan para pembicara, sekaligus menjelaskan dengan ringkas dalam konteks apa pembicara tersebut penting dalam forum itu.
Memang, salah satu keterampilan memandu acara adalah dengan memecah kebekuan agar suasana lebih rileks dan tidak tegang. Suasana yang cair akan memudahkan pembicara memaparkan isi dan pokok bahasan mereka, sekaligus peserta bisa lebih tenang dalam memahami materi. Namun hal itu tidak bisa dilakukan berlebihan. Moderator bagus kalau bisa melucu, tapi dia bukan pelawak dan forum diskusi bukanlah panggung lawak.
Dan yang paling penting, moderator harus ingat agar dia mewakili peserta. Tidak semua peserta punya kesempatan bertanya. Maka beberapa hal yang dirasa penting diketahui oleh peserta, boleh ditanyakan oleh moderator.
Moderator juga bukan hakim isu diskusi. Tugas moderator adalah ia bisa meluruskan, menajamkan, mencari tahu dan membuat gamblang. Tapi tidak dengan membuat melakukan bantahan-bantahan yang itu semua ada dalam pikirannya sendiri. Dia tidak sedang memperjuangkan pikirannya.
Hal dasar lain yang perlu diketahui oleh moderator adalah dia boleh membuat kesimpulan sebuah forum. Tapi boleh juga tidak. Tergantung forumnya seperti apa. Kalaupun dia membuat kesimpulan, maka kesimpulan itu didasarkan atas jalannya forum. Bukan karena jalan pikirannya sendiri.
Moderator juga tidak harus mengulang pertanyaan dari peserta. Kalau memang forum sudah jelas, pembicara sudah paham, tidak perlu diulang. Kenapa harus diulang? Selain menghabiskan waktu, juga cenderung membosankan.
Terakhir, ini juga hal yang sering dipahami secara keliru oleh moderator: forum dianggap bagus kalau ada peserta yang bertanya. Siapa yang mengharuskan begitu? Kalau peserta sudah paham dan puas, kenapa harus bertanya? Lebih kacau lagi, moderator kemudian seakan memaksa peserta bertanya. Moderator apa-apaan ini…