MOJOK.CO – Toyota Sienna adalah minivan yang sangat solid, dikembangkan bertahun-tahun mengikuti pasar Amerika, menjadikannya mobil yang versatile.
Dipikir-pikir, industri mobil skala global itu lucu, ya.
Tiap pasar di berbagai belahan dunia punya preferensinya masing-masing. Amerika misalnya, senang sekali dengan mobil bongsor bermesin besar. Wajar sih, jalanan mereka lega banget, jarang ada gang-gang sempit, dan harga bensin di sana relatif murah.
Lalu ada pasar Eropa yang senang sekali dengan mesin diesel di berbagai jenis mobil, dari hatchback sampai SUV. FYI, di Eropa, Honda CR-V baru ada pilihan mesin diesel dengan transmisi manual, loh. Nggak lupa juga, Jepang yang terkenal dengan Kei-car culture-nya, mobil bermesin 600 cc yang oke dipakai di perkotaan, dan harganya nggak mahal. Indonesia sendiri, well kalian tahu sendiri.
Anyway, keberagaman industri mobil ini cukup bikin saya kaget ketika hendak menyewa mobil di Kanada. Jadi ceritanya, saya pernah tinggal di negara Daun Maple tersebut sekitar tiga tahun untuk sekolah dan bekerja.
Suatu saat, saya dan teman-teman ingin roadtrip ala-ala ke salah satu kota di provinsi British Columbia yang bernama Whistler, di mana kota tersebut merupakan destinasi untuk ski dan rekreasi dari hiruk-pikuk kota Vancouver, di mana saya tinggal.
Karena total yang berangkat ada tujuh orang, saya memutuskan untuk menyewa mobil yang muat tujuh penumpang melalui agensi rental mobil lokal. Mirip di Indonesia, rental mobil di sini hanya bisa memilih jenis mobil, bukan merk tertentu.
Setelah mengurus paperwork untuk rental, seorang petugas membawa saya ke tempat parkir. Di situ terparkir rapi satu unit Toyota Sienna keluaran 2018. Sembari memegang kunci mobil yang diberikan petugas, saya bergumam, “Wow, lebar banget dah nih mobil.”
Dan ya, emang beneran lebar. Dibilang panjang banget, sih, enggak juga, karena panjangnya sendiri kira-kira sekitaran Alphard. Tapi lebarnya itu, lho. Kalau dikira-kira, lebar Toyota Sienna sekitar dua meter. Alphard sendiri saja, yang menurut saya juga mobil yang cukup lebar, hanya sekitar 1,8 meter.
Tapi, dipikir-pikir, ya wajar saja, lha wong jalanan di Kanada hampir sama dengan Amerika, lebarnya nggak kira-kira. Eksteriornya sendiri bisa dibilang lumayan cakep, dengan lekukan di sana-sini, tidak seperti minivan “kotak” pada umumnya. Mungkin Toyota ingin mematahkan stigma bahwa minivan harus bentuknya boxy dan tidak aerodinamis.
Ketika masuk ke dalam Toyota Sienna manfaat body lebarnya itu langsung terasa. Duduk di kursi pengemudi dan melihat ke kursi penumpang samping, rasanya seperti social distancing di dalam mobil sendiri. Konsol tengah yang lapang, ditambah posisi tuas transmisi yang menggantung di dasbor layaknya Daihatsu Grand Max, membuat jarak antar-penumpang semakin terasa.
Ini cocok untuk menaruh banyak barang, tetapi kurang cocok rasanya untuk kawula muda yang sedang mesra-mesranya untuk sok-sokan pegangan tangan di mobil, karena pasti jadinya malah “sesi peregangan”. Dasbornya sendiri lapang, dengan visibilitas yang lumayan, ya walaupun kap mesin mobil ini agak tinggi sebenarnya, tapi oke, lah.
Sayangnya, di pilar A, kaca kecil tambahan untuk membantu visibilitas pojok samping sangat kecil, mengingat ini adalah fitur yang wajib untuk minivan menurut saya. Untuk urusan hiburan, Toyota Sienna menyediakan layar infotainment ukuran enam inci bawaan Toyota sendiri, yang sayangnya tidak dilengkapi Apple CarPlay atau Android Auto. Tapi, at least, dia punya sambungan Bluetooth yang berarti saya masih bisa mendengarkan tembang alunan Koes Plus dari smartphone sembari melintasi pegunungan British Columbia.
Ketika saya menyalakan mesin Toyota Sienna, terdengar deru halus mesin 3.500 cc V6-nya. Ya, kamu tidak salah baca, dan memang wajar saja mesin sebesar ini di mobil yang juga besar ini.
Sekadar informasi, semua tipe Sienna menggunakan mesin yang sama apa pun trim-nya. Transmisi saya masukkan ke posisi D, rem parkir saya lepas, dan mulai melaju mobil bongsor dua ton ini. Sembari menjemput teman-teman saya yang sudah menunggu di depan kos-kosan, saya coba tes akselerasi Toyota Sienna di pergantian lampu lalu lintas.
Hasilnya? Hmm, jujur agak kurang memuaskan. Ketika saya gas pol lampu hijau, sempat ada rasa throttle delay beberapa detik, lalu torsinya seakan-akan langsung “menendang” di rentang 3.500 rpm.
Untuk sampai ke 3.500 rpm membutuhkan waktu cukup lama, namun setelah masuk, deru mesin V6 yang halus itu mulai terasa, dan pergantian gigi serta power-nya lebih stabil. Berarti memang, mobil ini harus “dipaksa” ke rentang rpm segitu.
Untuk penggunaan dalam kota, mobil ini rasanya kurang cocok. Tapi memang, mobil seperti ini kan gunanya untuk mengangkut banyak orang dan untuk perjalanan jauh. Dapat saya katakan, setelah perjalanan jauh, baru terasa manfaat mesin yang bertenaga 296 hp itu. Di jalan raya terbuka pinggir laut, begitu terasa halusnya mesin ini ketika dibawa 100-120 km/h, di mana biasanya mesin empat silinder biasa sudah mulai “ngoyo” di minivan seperti ini.
Ketika melakukan manuver menyalip, mobil terasa responsif dan sigap. Dalam mobil sendiri juga terasa nyaman dan stabil dibawa kecepatan segitu, dengan testimoni teman-teman saya yang bahkan bisa tertidur lelap.
Soal kepraktisan, tidak perlu diragukan. Ruang penyimpanan ada banyak, proses pelipatan bangku yang sangat mudah, dan vacuum cleaner bawaan pun tersedia untuk membersihkan interior mobil.
Secara keseluruhan, Toyota Sienna adalah minivan yang sangat solid, dikembangkan bertahun-tahun mengikuti pasar Amerika, menjadikannya mobil yang versatile.
Cocok bagi yang sudah berkeluarga, dan bagi yang pacaran bisa membawa pacar satu, kedua, dan ketiga ditambah ibu mereka. Calon mertua tenang, pacar pun senang.
BACA JUGA Luxio Itu Bukan MPV, tapi Panser yang Menyamar. Barang Hampir 1 Ton Bisa Diangkut! atau ulasan mobil-mobil dahsyat lainnya di rubrik OTOMOJOK.