MOJOK.CO – Suzuki Jimny Katana milik ayah saya AC-nya sudah mati, jok tipis, suspense keras. Sebuah mobil yang cocok jadi sauna berjalan dan uji ketahanan pinggang.
Mari kali ini kita bahas Jimny. Mobil ini sudah 40 tahun lebih mengaspal di jalanan Nusantara. Jimny, yang kali pertama masuk adalah jimny jangkrik 800cc tahun 1979. Kebanyakan dari kita mengenal perbedaan Jimny dari nama-nama unik, misalnya Jimny Jangkrik, Jimny Trepes, atau Jimny Katana.
Kebetulan, pada 2013 sampai 2016, ayah saya pernah punya Jimny Katana tahun 1990. Saat itu, saya masih SMP. Bagi kami, mobil seperti itu sudah lumayan daripada naik Honda Karisma.
Jimny Katana ini dipakai setiap hari dan untuk semua keperluan. Mau usung-usung sembako, antar simbah berobat ke mantri, atau setia mengantar ayah bekerja jadi guru. Jadi harus memilih mobil yang irit disesuaikan keuangan guru pada saat itu.
Selain irit, tampilan gagah dan mudah dirawat menjadi alasan ayah membeli mobil ini. Cocok untuk kantong PNS seperti ayah saya. Selain itu, paling tidak, mobil ini ada bonnet-nya, sehingga tidak membuat kaki sopir dan penumpang depan jadi jaminan kalau terjadi tabrakan. Dengan pertimbangan itu, bermodalkan mahar Rp40 juta, kami bawa pulang si Jimny katana yang saya beri nama Mbah Jimin.
Yang mengherankan, justru sekarang pasaran Jimny bisa mahal. Katana bekas yang mulus harganya bisa diatas Rp50 jutaan. Bahkan saking populernya, Jimny generasi terbaru harga barunya Rp380 jutaan. Karena permintaan yang tinggi, calon pembeli harus inden bertahun-tahun. Sampai banyak pemilik jimny baru yang menjual mobilnya dengan harga sampai setengah miliar, dan masih ada yang beli juga.
Kembali ke Mbah Jimin. Soal penampilan, jelas mobil ini sudah keliatan kuno. Meskipun begitu, mobil ini tetap enak dipandang asal bersih dan terawat. Apalagi kalau dikasih ban lumpur dan ditinggikan sedikit. Gagah sekali.
Modelnya yang seperti Jip kecil menggendong ban konde, membuat mobil ini sudah gagah sejak generasi lawas. Bentuk khasnya yang ringkas namun keren itulah yang membuat Jimny dicintai banyak orang sampai sekarang.
Jimny, dari fitrahnya lahir sebagai Jip kecil besutan Suzuki. Ada yang 4×4 atau 4×2. Kebetulan, Mbah Jimin yang 4×2. Jimny Katana termasuk pelan, tapi masih ada tenaganya. Ya, ada saja, bukan jenis yang enak banget buat tarikan.
Mesinnya sendiri pakai mesin legenda Suzuki berkode F10A, cuma 970cc berteknologi karburator dan masih platina. Karena teknologinya kuno, alhasil tenaganya cuma bisa keluar 50 horsepower. Itu pun kalau kondisinya masih baru, kalau sudah puluhan tahun jelas turun tenaganya.
Mesin ini paling terkenal pernah dipakai sama angkot Carry 1000 dan Karimun kotak. Jadi bisa dibuktikan kalau mesin ini irit. Konsumsinya, 1 liter bisa menempuh 12 kilometer di jalanan Jogja. Bensinnya cukup yang Pertalite.
Bisa dibilang, mesin ini bandel dan awet. Asal perawatannya benar dan rajin cek platinanya. Tapi namanya mobil sudah berumur, pasti ada saja masalahnya. Misalnya, kaki-kaki sudah glodakan, body keropos, sering mogok karena setelan platinanya tidak pas, dan masih banyak lagi.
Keadaan seperti itu membuat ayah saya banyak akal seperti orang Indonesia pada umunya. Mobilnya boleh Jimny Katana, tapi karbunya pakai punya Kijang, extra fan pakai punya Karimun. Suku cadangnya banyak tersedia, murah pula. Bengkel resmi atau bengkel di bawah pohon pun bisa menangani karena kesederhanaannya.
Soal performa, mesin ini karakternya punya torsi kuat di rpm bawah. Jadi enak buat jalan-jalan di medan pegunungan. Tapi akselerasinya di jalan lurus menyedihkan, jangan harap menang dari Daihatsu Ayla.
Untuk top speed, Mbah Jimin yang tua cukup sampai 100 kilometer per jam saja. Bisa lebih kalau jalannya menurun. Tapi ya sudah, yang penting utamakan selamat. Toh, wheelbase-nya yang pendek dan body relatif tinggi membuat mobil ini jadi sangat limbung kalau diajak manuver di kecepatan tinggi.
Karena kebanyakan dipakai untuk off-road, jangan terlalu berharap sama kenyamanan Jimny Katana. Kabinnya sempit, terutama bagian penumpang. Suspensinya keras mirip naik batu. Lingkar kemudinya belum dilengkapi power steering, ditambah rodanya berukuran besar.
Jadi, mobil ini memang lebih cocok untuk olahraga, deh. Belum lagi joknya tipis dan super keras, cocok unuk ngetes ketahanan pinggang. AC yang mati juga menghiasi fitrah Jimny Katana ini sebagai mobil tua. Jadi, naik mobil ini di siang bolong bisa terasa seperti di dalam sauna berjalan.
Meskipun banyak derita seperti itu, saya tetap berusaha menghargai jasa Mbah Jimin dengan cara menulis artikel ini. Semoga awet sama juragan yang baru ya, Mbah. Salam dari mantan pemilikmu.
BACA JUGA Berburu Mobil Bekas di Bawah 25 Jutaan untuk Kaum Low Budget atau ulasan mobil tua lainnya di rubrik OTOMOJOK.