Berkat Bus Safari Dharma Raya, Mahasiswa NTB Berhasil Mewujudkan Cita-citanya untuk Kuliah di Jogja

Safari Dharma Raya Wujudkan Cita-cita Anak NTB Kuliah di Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi Safari Dharma Raya Wujudkan Cita-cita Anak NTB Kuliah di Jogja. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COBus Safari Dharma Raya menempati posisi spesial di hati anak muda NTB. Berkat bus ini, anak muda NTB berhasil mewujudkan cita-citanya kuliah di Jogja.

Safari Dharma Raya menempuh jalan sunyi. Mereka membuka rute Mataram-Jogja yang lebih sepi jika membandingkannya dengan Jalur Pantura. Hal tersebut menjadikan PO ini sebagai satu-satunya yang mendarmabaktikan dirinya, untuk menjadi pengumpan cita-cita besar mahasiswa NTB.

Terbukanya rute tersebut memberi pengaruh besar. Khususnya kepada keterjangkauan pendidikan yang lebih maju di Jogja bagi masyarakat Bima-Dompu, Sumbawa, dan Lombok.

Bukan nama baru bagi masyarakat NTB

Safari Dharma Raya memang bukan nama baru bagi masyarakat NTB. Bus ini telah meramaikan jalan lintas sejak masih sepi dan sering ditongkrongi hewan ternak seperti kambing dan sapi pada era 90-an dengan rute Bima-Jakarta. 

Namun, untuk rute Mataram-Jogja, bus ini punya ruang khusus di hati para mahasiswa NTB. Terlebih untuk mereka yang kuliah di Jogja.

Mandalika sebagai rendezvous

Sebelum populer sebagai nama sirkuit seperti sekarang, Mandalika telah lebih dulu menjadi nama terminal utama Tipe A di ibu kota Provinsi NTB, Mataram. Mandalika akan menjadi titik pertemuan bagi penumpang Safari Dharma Raya yang mayoritas merupakan mahasiswa yang berkuliah di Jogja. 

Untuk rute ini, kelas yang tersedia biasanya hanya Executive. Waktu keberangkatan berlangsung antara pukul 08:30 hingga 09:00 WITA.

Interior bus berisi kursi dengan konfigurasi 2-2, dengan masing-masing sisi terdapat ruang bagasi di atas kepala. Kursinya cukup empuk dengan fitur penyesuaian sudut kemiringan dan selembar antimacassar

Menjelang malam, kru Safari Dharma Raya membagikan selimut kecil dan tipis. Ini cukup lumayan sebagai lapisan tambahan menghalau udara dingin. Toilet sudah pasti ada. Meski pemain tunggal, kenyamanan bus ini sudah terhitung pantas.

Usai proses muat tuntas, bus bersasis Mercedes Benz memulai perjalanan panjang. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 17 jam. 

Dari Mandalika, bus Safari Dharma Raya akan menjangkau perhentian pertamanya, Pelabuhan Lembar, dalam waktu 30 menit. Bagi calon mahasiswa baru dari Pulau Lombok, mungkin akan menjadi pengalaman pertamanya menumpangi kapal roro (roll-on roll-off). Sementara camaba dari Pulau Sumbawa lebih senior satu klik berkat pengalamannya pada penyeberangan Poto Tano-Kayangan.

Penyeberangan melintasi Selat Lombok yang juga merupakan jalur ALKI II ini sangatlah panjang dan bisa membosankan. Menyewa kamar adalah opsi terbaik karena bisa rebahan dengan nyaman dan bebas mengisi daya hape juga laptop. 

Harga Rp50.000 untuk kamar sudah sepadan untuk menghabiskan waktu 4 sampai 5. Yah, ketimbang hanya keliling dek kapal atau memandangi laut. Lagi pula, jika ada partner perjalanan, bisa deep talk di kamar. Bon voyage!

Janti adalah elysium Safari Dharma Raya

Selama 1,5 jam setelah mengaspal di Padang Bai, bus Safari Dharma Raya akan tiba pada titik makan pertama, RM Namirah di Denpasar Utara. Selesai makan, waktu sudah sore dan selanjutnya bus akan menyusuri jalur selatan. 

Saat di Jembrana, pemandangan sisi kanan dipenuhi terasering sawah dan sisi kiri terhampar laut luas yang bila Magrib tiba, segera dikecup oleh senja di garis cakrawala. Sebentang Jembrana sudah cukup untuk membuat jatuh cinta pada Bali.

Selain berganti pulau, penyeberangan Gilimanuk-Ketapang selama 30 menit akan turut mengubah zona waktu dari WITA ke WIB. Dari pelabuhan, Safari Dharma Raya langsung memasuki Jalur Pantura hingga penumpang bisa menyaksikan betapa terangnya PLTU Paiton dalam kegelapan malam. 

Kemudian, bus akan melintasi jalan tol ketika di Probolinggo atau Surabaya. Perjalanan berlanjut hingga tiba pada perhentian selanjutnya di Ngawi untuk makan kedua kalinya di RM Duta.

Safari Dharma Raya melintas di perbatasan DIY dan Jawa Tengah yang ditandai gapura dan tampak fasad Candi Prambanan. Kami berhenti sesaat di lampu merah pertigaan Bandara Adisutjipto. Resmi sudah kami masuk Jogja, setelah melihat apa yang dalam buku sejarah ditulis sebagai Lapangan Udara Maguwo dan sasaran awal Operatie Kraai tahun 1948 ketika Jogja masih menjadi ibu kota negara.

Memulai perjalanan dari terminal ternyata tidak diakhiri di terminal, melainkan Jalan Raya Janti. Jalan raya ini terkenal akan jembatan layangnya yang memberi kesan lebih bagi calon mahasiswa baru.

Jembatan yang mereka kenal selama ini hanya jembatan yang melintasi sungai, bukan yang mengangkangi jalan raya dan rel kereta api di bawahnya. Safari Dharma Raya sangat cerdas memilih Janti sebagai titik henti, letaknya di tengah lingkaran Jalan Lingkar alias Ringroad.

Safari Dharma Raya, kamulah satu-satunya

Dalam “Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Nusa Tenggara Barat 2023” oleh BPS NTB, tampak sebuah angka statistik. Angka-angka tersebut menunjukkan masih kurang sejahteranya warga NTB secara umum. Rumah tangga yang belum memiliki sanitasi layak, rendahnya akses terhadap air minum layak, tingginya persentase penduduk miskin yang masih 2 digit selain Kota Bima dan Kota Mataram, dan masih banyak lagi indikator lainnya.

Sebagaimana biasanya, angka statistik lebih indah dari realita. Di statistik saja sudah kurang, di kenyataannya bisa berkali lipat. Hal ini tentu mendorong generasi muda NTB untuk mengupayakan taraf hidup yang layak. Salah satunya dengan mengakses pendidikan tinggi yang lebih berbobot di Jogja. Dengan adanya bus dari Safari Dharma Raya yang membuka rute langsung Mataram-Jogja, biaya pendidikan mahasiswa NTB bisa lebih ditekan.

Misalnya mahasiswa dari Bima, harga tiket menggunakan bus mencapai Rp900 ribu. Sangat curam selisihnya dengan tiket pesawat yang mulai di angka Rp2,5 juta. Baru angka bersih dengan asumsi hari biasa, bukan saat libur nasional atau musim mudik. 

Sebenarnya bisa lebih murah dengan perjalanan estafet lintas moda. Namun, opsi tersebut hanya cocok bagi perjalanan tujuan pelesiran mode backpacker dengan kenyamanan serta keamanan yang belum tentu terjamin.

Bus yang memberi banyak manfaat

Sampai hari ini, untuk rute Mataram-Jogja, saya belum pernah menemukan kasus kehilangan, kecelakaan, juga merasakan dan mendengar keluhan soal sopir yang ugal-ugalan. Jargon “safety adalah harga mati” ternyata mampu dibuktikan oleh PO yang khas dengan livery gambar 4 gajah dan dengan nama OBL ini. Keamanan dan kenyamanan lebih terjamin.

Safari Dharma Raya tentu saja motivasi utamanya berbisnis. Namun, inisiatifnya menciptakan dampak beruntun penuh manfaat yaitu tersedianya pilihan untuk mengakses pendidikan yang lebih layak. 

Pemerintah Provinsi NTB atau organisasi mahasiswa kedaerahan NTB di Jogja bisa membuat semacam hall of fame bagi Safari Dharma Raya. Bus ini, sudah lebih dari 2 dekade menjadi pengumpan mimpi mahasiswa NTB untuk bisa tiba di Jogja.

Penulis: M. A. Hidayatullah

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Safari Dharma Raya OBL: Bus Legendaris Kebanggaan Temanggung dengan Trayek Terjauh, Hingga Nusa Tenggara Barat dan pengalaman menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Exit mobile version