[MOJOK.CO] “Dugaan buruk yang biasa dialamatkan ke produk China tidak berlaku untuk mobil ini. Tapi, dengan harga yang tetap khas China, tentu saja.”
Embusan AC dari dasbor Wuling Confero sebenarnya sempat membuat lupa kalau sedang berada di dalam mobil buatan China. Namun, kenikmatan itu langsung buyar ketika kawan saya di kursi sopir mengomentari transmisi manualnya.
“Ini kenapa sih? ” berulang kali ia berkomentar saat memindah-mindahkan tuas transmisi si Wuling Confero, “Kok ngelos? Koplingnya juga enteng banget, nyangkut nggak nih?” lanjutnya sambil memajukan mobil dengan ndut-ndutan. Maksudnya, maju sedikit, berhenti, maju sedikit, berhenti. Gaya nyopir yang nggak enak banget.
Iya, ndut-ndutan karena berulang kali mesinnya mati saat mobil hendak bergerak. Saya lantas jadi berpikir dalam hati, ini memang mobilnya “oblak” atau si teman tidak bisa nyetir mobil manual?
“Coba sini, saya coba!” pinta saya sambil memberi kode dia membuka pintu dan pindah ke kursi tempat saya duduk. Sementara saya cukup menggeser pantat saja dari kiri ke kanan. Kabin depannya lumayan lega sehingga memuluskan perpindahan badan dari kiri ke kanan, hanya terhalang konsol tengah dan tuas transmisi yang katanya “oblak” tersebut.
Sudah di depan kemudi, terasa mobil boxy-nya memang. Pandangan ke depan tidak serendah Avanza atau Mobilio, bahkan Xpander. Terasa lebih tinggi, tapi sekaligus pandangan ke depan jadi lebih luas. Namun, “hidung pesek” Wuling Confero ini membuat saya sedikit kagok awal mula di depan kemudi, sedikit waswas, kalau nabrak hanya terlindung dengan hidung pesek tersebut dan airbag dari setir.
Saya coba memindah-mindahkan tuas transmisinya. Ya, memang oblak, apalagi kalau di posisi netral. Kan memang seperti itu transmisi manual. Saya jadi berpikir, si teman ini memang anaknya kekinian, kaum milenial yang tidak kenal mobil transmisi manual. Maunya tinggal gas, rem, gas, rem.
Setelah saya injak-injak, koplingnya memang sangat, sangat enteng. Justru ini sebenarnya jadi poin plus karena betis kaki kiri tidak akan lekas kram saat menghadapi kemacetan lalu lintas. Sedikit lebih ribet dari mobil matic, iya, tapi tidak lantas jadi jauh lebih pegal kok.
Interior kabin Wuling Confero lumayan mewah, kemewahan yang tidak dipaksakan. Head unit layar sentuhnya kekinian, juga panel-panel pengaturan AC terlihat tidak murahan. Barulah ketika saya mendekatkan mata pada beberapa bagian material dasbor, masih terlihat sedikit “kelas bawah” sesuai kodrat harga jual Wuling Confero yang memang di bawah pasaran.
Mobil meluncur tanpa drama ndut-ndutan seperti yang dialami saat teman saya memegang kendali setir. Suara mesin terdengar meraung sampai ke dalam kabin. Sepertinya, mesin 1.500 cc-nya masih kesulitan mengajak Wuling Confero bergerak dari posisi diam meskipun sudah dibantu transmisi manual. Istilahnya, tenaga bawah masih “lemot” sehingga mesin perlu sedikit meraung untuk mengail tenaganya.
Saya melihat ke samping sesekali. Si kawan terlihat masih begitu penasaran dengan mobil buatan China ini. Matanya tajam mencari-cari kekurangan dari kabin Wuling. Sesekali dirinya melongok ke belakang, tempat kursi baris kedua model captain seat seperti di mobil-mobil mewah. Lega? Sudah pasti. Nyaman? Harus pindah dulu ke kursi belakang baru bisa berkomentar, hehe.
Saya sempat sok tahu dan menduga-duga kalau Wuling Confero bakal limbung geal-geol saat dikemudikan, tapi ternyata tidak. Sebabnya, karakter suspensinya lumayan keras untuk ukuran MPV. Tapi, lagi-lagi ini bagus, jadi mobil terasa stabil dan membuat saya tak ragu-ragu melahap tikungan demi tikungan sampai pada saat permukaan jalan yang rusak dan bergelombang.
Yang menjadi problem ketika memasuki jalan rusak adalah kabin yang berisik. Entah karena peredaman kabin yang kurang baik atau karena beberapa bagian di dalam kabin tidak terkunci baut dengan sempurna sehingga ketika terkena guncangan, getarannya di luar batas normal. Kabin yang bergemuruh bisa terselamatkan dengan menaikkan volume audio dengan kualitas speaker yang biasa saja, tapi lumayan daripada mendengar suara gradak-gredek dari luar mobil.
Setelah sedikit menasihati si teman tentang bagaimana cara membawa mobil transmisi manual dengan karakter seperti Wuling Confero dan memastikan suara dari mulut sang teman untuk berkomentar makin sepi, saya pindah ke belakang.
Joknya dilapis bahan kulit sintetis. Terlihat mewah, meski tidak akan menyamai kemewahan dan kenyamanan bahan kulit ori. Cukup nyaman diduduki berlama-lama berkat konfigurasi captain seat. Berasa di dalam kabin mobil travel kelas eksekutif.
Sandaran kursi saya rebahkan agar menambah kenyamanan. Saya memang penasaran, seberapa sanggup sih Wuling Confero memanjakan saya di dalam kabinnya. Baru saja sepasang mata hendak terpejam karena mengantuk, handphone saya bergetar dan layarnya menunjukkan notifikasi untuk segera melakukan pengisian ulang baterai.
Colokan USB ada di bagian tengah kursi baris kedua. Wah, cuma modal kabel data bisa ngecas hape langsung nih. Nyatanya, kemanjaan ini diteruskan oleh Wuling sampai kursi baris ketiga, jadi setiap baris kursi Wuling Confero bisa untuk ngecas hape. Wah, kalau membawa 8 orang manusia di dalamnya, tentu tidak akan rebutan ngecas hape lagi.
Eh, 8 orang manusia?
Iya. Saya berani mengklaim seperti itu karena kelegaan kabin Wuling Confero. Kalau saja kursi baris kedua bukan tipe captain seat seperti pada tipe rendahnya, diisi dengan dua orang di depan, tiga di tengah dan belakang, Wuling masih lumayan nyaman dan nggak maksa seperti MPV pesaingnya. Untuk kelegaan kabin, saya acungi jempol untuk Wuling Confero.
Kesimpulannya, setelah mencoba Wuling Confero, rasanya mobil ini layak dan jadi lebay kalau kita terus mencibirnya sebagai mobil murahan. Harganya yang dibanderol Rp128,8 juta sampai Rp165,9 juta memang murah untuk sebuah mobil sebesar ini.
Mulai dari tampang luarnya yang saya rasa sekarang ini sudah mulai sering kita lihat seliweran di jalan raya, bagus tidak desainnya tentunya soal selera. Saya sih yes untuk desain luarnya. Tapi, perlu ada beberapa pekerjaan tambahan untuk Wuling soal jeroan kabinnya, terutama soal peredaman kabin yang masih kurang maksimal untuk membuat penumpang nyaman di dalam.
Kalau bukan karena komentar “transmisinya oblak” tadi, mungkin saya juga tidak perlu sampai harus mencari-cari kekurangan mobil ini apa. Soalnya, Wuling Confero memang mobil yang enak.