MOJOK.CO – Perempuan masih kerap jadi mangsa oknum montir nakal waktu servis motor. Haruskah perempuan menyamar biar nggak diremehkan? Sedih banget.
April. Bulan di mana emansipasi perempuan menjadi salah satu narasi yang “dirayakan” dunia. Konon katanya sih, emansipasi perempuan membuat para perempuan mencapai haknya secara sempurna. Yakin, sudah begitu? Rasanya sih belum, ya.
Seperti yang terlihat di beberapa sektor, masih banyak perempuan yang mengalami diskriminasi, pelecehan, bahkan kekerasan. Contohnya di bidang otomotif. Begitu melihat perempuan datang ke bengkel, oknum montir nakal langsung kayak dapat “mangsa”. Perempuan dianggap nggak tahu apa-apa soal dunia yang katanya sangat maskulin ini.
Satu hal yang saya heran adalah, beberapa teman perempuan menjadi korban kejahatan oknum montir nakal di bengkel resmi. Kok saya malah jarang menemukan pengalaman ada perempuan kena tipu di bengkel tidak resmi di pinggir jalan. Memang, nggak semua bengkel resmi kayak gitu. Ada juga yang jujur dan fair.
Nah, atas pengalaman ini, meski dikit-dikit, saya belajar soal suku cadang. Saya nggak mau dong jadi korban oknum montir nakal dan tidak bertanggung jawab. Ketika perempuan datang ke bengkel, mereka akan menjadikanmu sasaran empuk modus penjualan dengan dalih mengganti suku cadang.
Dulu, saya pernah hampir menjadi korban penipuan montir nakal karena dianggap nggak paham soal suku cadang. Untung saja saya belajar dikit-dikit soal suku cadang. Mulai dari ban, kampas, roller, hingga lampu senja.
Bahkan saya sampai punya prinsip: “Meski otomotif dianggap bukan dunianya perempuan, nyatanya perempuan tetap perlu mempelajari. Setidaknya biar nggak ditipu saat servis motor di bengkel.” Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya dengan judul: “Pentingnya Perempuan Tahu Soal Otomotif Biar Nggak Ditipu Saat Servis di Bengkel”.
Namun, tahu nama dan fungsi sparepart tidak akan menjadikan seseorang yang paham lepas dari daftar korban montir nakal, lho. Terlebih jika kamu terlihat lemah. Lemah? Iya, ketika sendirian, manusia akan berada di posisi yang lemah. Makanya nggak heran jomblo gampang masuk angin, kan?
Lho emang perempuan lemah? Nyatanya, di Indonesia, perempuan masih menyandang cap makhluk lemah.
Suatu kali, saya hampir jadi korban montir nakal sebuah bengkel resmi. Jadi, saya datang ke bengkel resmi untuk servis rutin bulanan. Biasanya, saya meluangkan waktu untuk servis motor di akhir pekan. Karena ada keperluan penting di akhir pekan, saya membawa motor saya di tengah pekan.
Semuanya berjalan biasa saja. Karena harus bekerja, saya tidak menunggui servis motor kala itu. Saya meninggalkan nomor hape karena dijanjikan akan dihubungi ketika motor saya selesai diservis. Siang harinya, motor saya selesai digarap dan saya ambil.
Namun, baru juga berjalan beberapa puluh meter, saya merasa ada yang aneh. Nggak nyaman banget. Lantaran belum jauh dari bengkel, saya memutuskan putar balik. Saya komplain ke CS dan montir nakal yang tadi menggarap motor saya. Di sini terjadi kejanggalan.
Oknum montir nakal itu cek kembali motor saya. Saya perhatikan dia nggak serius membongkar motor saya. Di sini saya membatin, “Kok aneh betul. Kalau nggak dibongkar lagi, gimana bisa tahu kerusakannya?”
Benar saja. Belum lama dia megang-megang motor saya, dihidupkan, di-bleyer-bleyer gasnya, oknum ini bilang kalau ada suku cadang lain yang rusak dan PERLU GANTI. Pernyataan itu didukung oleh CS bengkel ini yang tiba-tiba nimbrung.
Karena merasa aneh, saya membantah, dong. Saya bilang, “Kalau memang ada yang rusak, kenapa tadi nggak sekalian dibenerin atau setidaknya saya dikontak. Kan saya udah ngasih nomor hape.”
Oknum montir nakal dan CS bengkel itu malah menyuruh saya kembali lain waktu dengan tambahan biaya yang tidak seharusnya saya keluarkan. Masalahnya itu bukan soal uangnya, tapi pihak bengkel ini sudah mengotori kepercayaan saya dengan kalimat, “Ya tinggal dibawa ke sini lagi aja, kok.”
Mirisnya, si CS yang terhormat ini langsung mengatakan saya nggak paham soal motor. Kenapa? Karena saya perempuan?
Katanya lagi, sparepart yang perlu diganti harus dipesan dulu dan besok baru ada. Berawal dari komstir, rem, hingga roller, tiba-tiba merembet ke bagian stang. Lha, kok bisa? Batinku.
Kata pihak bengkelnya, “Ya bisa gitu, Mbak (ternyata banyak part yang mereka anggap “rusak” setelah dibawa balik). Mbaknya yang nggak paham soal mesin jadinya datang ke sini cuma pas udah rusak, makanya perlu banyak yang ganti.”
Terus saya harus nurut begitu? Oh, tunggu dulu! Mereka pikir saya nggak paham soal sparepart motor.
Saya putuskan untuk membawa pulang motor dalam keadaan yang sama sekali nggak enak buat ditunggangi. Tapi ini lebih baik daripada saya harus debat kusir dan dipaksa membayar lebih.
Sampai di kantor, saya menanyai beberapa teman, baik yang paham maupun nggak soal mesin. Betapa mengejutkan, beberapa teman pernah jadi korban montir nakal di bengkel resmi ketika servis motor.
Salah seorang teman diminta untuk ganti 4 macam sparepart dengan taksiran biaya hampir Rp1 juta. Setelah diperiksa oleh montir bengkel lain (posisi jauh dari domisili dan bukan bengkel resmi) ternyata hanya perlu mengganti 1 atau 2 suku cadang aja dengan biaya tidak lebih dari Rp200 ribu. Gila.
Teman yang lain juga mengalami masalah serupa. Diminta mengganti suku cadang karena “rusak”. Karena nggak paham mesin, dia iya-iya aja dan kena biaya lebih dari Rp500 ribu. Padahal hanya perlu mengganti lampu depan dan lampu sein. Tapi oleh si oknum montir nakal dibilang ini masalah kelistrikan dan agak berat.
Oleh sebab itu, perempuan harus tahu soal suku cadang dan mesin. Setidaknya dikit-dikit tahu, lah. Namun, masalahnya nggak berhenti sampai di paham aja. Banyak oknum montir nakal yang memanfaat ketidakberdayaan perempuan, bukan lagi ketidaktahuan. Mereka mengintimidasi karena ruang perempuan dianggap cuma sebatas dapur dan kasur saja.
Terus kalau udah kaya gini gimana dong? Haruskah perempuan menyamar saat servis motor ke bengkel resmi? Pakai kumis dan rambut palsu biar kelihatan kayak cowok? Cuma sebatas biar nggak diremehkan dan jadi korban intimidasi montir nakal? Sedih nggak, sih….
BACA JUGA Pentingnya Perempuan Tahu Soal Otomotif Biar Nggak Ditipu Saat Servis di Bengkel dan pengalaman perempuan di dunia otomotif lainnya di rubrik OTOMOJOK.