Perang Wuling Cortez-All New Innova Mirip Xiaomi A1 vs iPhone X

otomojok Wuling Cortez vs Innova MOJOK.CO

[MOJOK.CO] “Ibarat beli Xiaomi dapat kualitas iPhone tanpa perlu jual ginjal, kayak gitulah perbedaan Wuling Cortez dibanding All New Innova.”

Wuling lagi, Wuling lagi, dua kali sudah pabrikan Tiongkok ini coba-coba mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Seperti Xiaomi A1 yang coba mencuri perhatian di tengah ingar bingar kehadiran iPhone X. Perang kedua merek mobil Tiongkok vs Jepang ini mirip-mirip ternyata.

Siapa yang tidak kenal Toyota Kijang Innova? Bahkan berdasarkan data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) November 2017, All New Innova berada di posisi kedua sebagai mobil terlaris di Indonesia. Hanya dikalahkan Toyota Avanza di peringkat pertama.

Sama halnya dengan teman saya yang baru saja membeli Xiaomi A1 seharga 3 jutaan, yang dengan pede membandingkan jepretan kameranya dengan kepunyaan iPhone sebagai “Sebelas dua belas, tapi harganya nggak sampai belasan juta,” itu juga yang terjadi pada kedua benda yang bisa ditumpangi ini. Sama-sama punya kapasitas tujuh orang penumpang, sama-sama hanya menggunakan empat roda, dan sama-sama pakai bahan bakar untuk membuatnya bisa melaju.

Wuling Cortez adalah keluaran terbaru Wuling yang diumumkan Desember ini. Dia lebih besar dari Wuling Confero sehingga banyak orang langsung membandingkannya dengan Toyota Kijang Innova seperti banyak orang membandingkan Xiaomi dengan iPhone. Tapi, apa iya kedua mobil ini layak dibandingkan?

Dengan modal nekat khas strategi pemasaran pabrikan Tiongkok, Wuling Cortez mau tidak mau harus siap bersanding dengan All New Innova. Beruntungnya, si Cortez ini tak melulu mengandalkan harga miring.

Untuk urusan harga, Wuling Cortez hanya dibanderol setengahnya dari harga Innova. Harga All New Innova di kisaran 298-404 juta, sedangkan perkiraan harga termahal Wuling Cortez di angka 200 jutaan. Soal kualitas, mari bandingkan keduanya agar tak melulu larut dalam perdebatan kusir. Soalnya kita akan membicarakan mobil, bukan kuda maupun delman.

Dari segi tampang, lagi-lagi ini soal selera. Saya melihat ada karisma gagah dan tangguh pada sosok Innova. Dari model sebelumnya yang serba-membulat, Toyota sedikit berhasil melakukan permak dengan menambah beberapa otot pada anatomi Innova. Memang jadi mirip lelaki yang sixpack-nya nanggung, tapi lumayan terlihat berisi.

Grill besar, mata sipit, sudut menajam jadi ciri khas Innova pada bagian depan. Meski saya sebenarnya lebih suka melihat bokongnya yang terlihat lebih seksi, seperti perpaduan antara ketangguhan dan kemewahan sekaligus, tidak seperti bagian wajah yang “tampannya” terkesan dipaksakan alias hasil dandanan.

Sementara Wuling Cortez menawarkan ketampanan wajah yang lebih alamiah tanpa makeup. Aksen krom seperlunya, lampu dengan desain tajam kekinian berteknologi LED Projector, serta ada juga LED Daytime Running guna menambah kesan kemewahan. Karakter wajahnya lebih smooth, tidak segarang Toyota Kijang Innova. Mungkin agar berkesan lebih ramah untuk dijumpai dan ditunggangi seluruh anggota keluarga.

Bokong Wuling Cortez juga cenderung cute dan elegan. Spoiler atap, lampu LED, serta foglamp belakang yang tidak cuma tempelan membuat Wuling Cortez terkesan mahal, meski harganya tidak semahal All New Innova. Meski cenderung lebih parlente, Wuling Cortez kelihatan lebih manly dengan adanya roof rail pada atap, yang tidak ada pada atap Innova.

Kelar urusan tampang yang pada akhirnya berujung pada selera visual manusia, perang makin memanas saat kita membicarakan kandungan dan komposisi fitur pada kedua MPV ini.

Pernah saya membaca salah satu artikel dari salah satu media, Apple bisa mendapat untung sampai Rp7,8 juta dari setiap pembelian iPhone X yang banderolnya mencapai Rp20 jutaan.

Padahal, kalau spesifikasinya dikuliti, sensasi menggunakannya sebelas dua belas dengan Xiaomi A1, sementara Xiaomi terbaru ini harganya hanya Rp3 jutaan. Lalu, apa yang membedakan sampai harganya jomplang banyak? Barangkali faktor gengsi yang paling mencolok, seperti halnya orang nyetir Innova dan orang nyetir Wuling Cortez.

Padahal, Wuling Cortez punya sejumlah fitur canggih yang bahkan tidak diberikan Toyota untuk All New Innova. Kalau Toyota selalu berani dan sedikit sesumbar soal fitur keselamatan pada mobil-mobilnya paling lengkap, Wuling coba menantangnya dengan sodoran fitur keselamatan pada Cortez yang juga lengkap-kap-kap!

Menu-menunya seperti rem parkir elektrik dan Automatic Vehicle Holding seperti di Honda CR-V. Tahu diri kalau bodinya bongsor, sensor parkir pun disematkan sebanyak dua titik di depan dan empat titik di belakang. Juga jumlah airbag yang hampir menyamai jumlah airbag pada All New Innova tipe paling mahal, yakni sepasang di depan, dan dua di bagian samping.

Kalau apa yang dipunya All New Innova tapi Wuling tak punya, itu adalah pilihan mode berkendara ECO dan Power, walau Wuling punya fitur TPMS alias Tire Pressure Monitoring System, cakep untuk jalan raya di Indonesia yang rawan ranjau paku.

Masih kurang puas? Siapkan dulu uangnya, nabung dulu sampai awal tahun depan, karena Wuling Cortez masih menyimpan sejumlah fitur canggih seperti yang dipunya All New Innova, seperti Electronic Stability Control, lalu ABS, EBD, dan BA, serta traction control, bahkan Hill Start Assist, kamera mundur sampai Jok ISOFIX sudah jadi standar untuk Wuling Cortez.

Kok bisa? Ya nyatanya memang bisa.

Mulai bosan membaca panasnya pertarungan Wuling Cortez dengan Toyota Kijang Innova? Sebaiknya jangan dulu. Pertahankan sorot mata kalian pada jajaran teks ini karena sejumlah fitur menarik bisa membuat kalian stres memikirkan dari mana mendapat dana untuk membayar DP Wuling Cortez agar bisa dibawa pulang ke garasi rumah.

Sistem entertainment Wuling Cortez fantastis, sama dengan All New Innova: menggunakan layar sentuh seukuran 8 inci yang sudah mendukung mirroring, Bluetooth, navigasi, juga tombol audio pada setir. Tapi, All New Innova atapnya tidak bolong seperti Wuling Cortez, yang sudah disediakan sunroof dengan pengaturan elektrik!

Selain itu, masih yang berbau-bau elektrik. Ngatur posisi kursi sopir juga sudah elektrik, dan untuk setiap baris kursi Wuling Cortez sudah dilengkapi fitur jaman now berupa colokan USB untuk ngecas hape.

Sekarang baru urusan memanjakan pak sopir, yakni performa mesin. Di sini barulah ada beda mencolok antara Wuling Cortez dan Toyota Kijang Innova.

Dengan risiko akselarasi jadi lebih lemot, Wuling dengan cerdas mengakali sistem perpajakan agar harga lebih murah dengan menyematkan mesin lebih kecil dari Toyota Kijang Innova, yakni 1.800 cc P-TEC, mesin yang dipinjam dari Chevrolet Orlando dan Chevrolet Cruze.

Tenaga yang dihasilkan mesin itu sebesar 129 Hp dan torsi 174 Nm untuk menggerakkan bodi bongsor dengan panjang mencapai 4,7 meter, lebar 1,8 meter, dan tinggi 1,7 meter. Bandingkan dengan mesin bensin (jangan mesin diesel ya) All New Innova, yang punya kapasitas 200 cc lebih besar dengan tenaga 139 Hp dan torsi 183 Nm.

Juga untuk mengakali harga jualnya agar murah, sodoran tenaga mesin Wuling Cortez itu dikawinkan dengan transmisi otomatis. CVT? Bukan, tapi transmisi i-AMT alias intelligent Automated Mechanical Transmission. Canggih ya namanya, meski fungsinya mirip-mirip dengan transmisi AGS pada Suzuki Ignis. Pastinya, transmisi ini dipilih karena biaya pembuatan dan perawatan yang lebih murah.

Sampai di sini, baik penggemar Toyota Kijang Innova maupun para newbie fans Wuling Cortez pasti saling sepakat kalau si Cortez ini ngeselin. Sudah baru, sok-sokan menantang Kijang Innova, harganya setengah lebih murah, terus dengan spesifikasi dan fitur yang, hmm….

Dengan kondisi ekonomi sedang susah kayak sekarang, selisih ratusan juta tentu terlalu bodoh untuk tidak dipertimbangkan, apalagi kalau memang niatnya punya benda yang sekadar bisa menunjang mobilitas keluarga. Sama halnya Xiaomi dan iPhone, kalau cuma telpan-telpon, cek ricek sosial media, sampe ber-selfie ria, masak sampai harus jual ginjal untuk satu nama kemapanan dan gengsi merek?

Kecuali kalian mau sedikit berfoya-foya untuk membeli gengsi seharga ratusan juta, monggo.

Exit mobile version