Mobil Ayla 1000cc, Si Anak Tiri yang Bensinnya Irit Kayak Sepeda Motor

MOJOK.CODaihatsu sangat bangga dan berterima kasih kepada Ayla 1000cc, yang ikut mensukseskan program mobil LCGC sejuta umat. Namun sejak Ayla 1200cc datang menyerang, semua berubah.

Sore itu saya berteduh di emperan sebuah toko bersama istri dan anak saya. Hujan di kota Malang turun begitu deras. Sialnya saya lupa membawa jas hujan yang kemarin saya buat untuk alas menjemur karak di emperan rumah. Ya, di rumah, jas hujan memang memiliki fungsi sambilan sebagai penjemur karak saat hujan tak menampakkan batang hidungnya. Alhasil sore ini saya dan anak istri menggigil kedinginan menunggu hujan reda.

Ah, coba saya punya mobil sederhana, mungkin anak istri saya nggak bakal kedinginan seperti ini.

Dari kejadian kecil itulah saya bertekad untuk membeli sebuah mobil impian. Yang ramah di kantong, ramah di lingkungan, dan ramah di mata mertua. Setidaknya bisa nyaingin mengkilapnya polesan Wax Avanza-nya mertua.

Mengingat garasi di rumah cuma 3×4 meter, berarti saya harus mencari mobil yang cukup masuk ke garasi itu. Ya impiannya sih Pajero, tapi mempertimbangkan kapasitas garasi cuma segitu dan kapasitas duit di dompet cuma cukup buat beli dudukan plat nomernya aja, akhirnya niat mulia itu, saya urungkan mengenaskan dengan cukup sadar.

Ya, bukan Pajero yang sesungguhnya saya butuhkan. Saya membutuhkan mobil yang kecil, gesit, irit, ramah lingkungan dan ramah di kantong. Yup, saya memilih untuk mensukseskan pemerintah dengan program mobil rakyat LCGC sejuta umatnya. Mobil yang digadang-gadang akan meningkatkan daya beli masyarakat dan sekaligus meningkatkan kemacetan di Indonesia. Alhasil saya mulai survey LCGC mana yang layak untuk dijadikan piaraan. Saya pun mulai rajin melihat video-video review, membaca majalah mobil, hingga nyamar menjadi orang sok kaya dengan masuk ke setiap dealer cuma buat ngecengin mbak-mbak SPG sama ngumpulin brosur.

Setelah proses survey dan investigasi yang cukup rumit dan mumpuni, akhirnya pilihan saya mulai mengerucut pada Daihatsu Ayla, Suzuki Karimun Wagon R, dan Datsun Go. Setidaknya 3 mobil itu yang masuk kategori mobil impian saya dan mobil impian untuk isi dompet saya. Lalu saya pun bimbang, mana yang harus saya pilih?

Memilih di antara 3 pilihan yang baik itu sungguh sulit. Memilih di antara ketiganya itu, tak jauh berbeda seperti halnya jika saya diminta memilih Raisa, Shandy Aulia, dan Ariel Tatum. Tergantung mana yang lebih diprioritaskan. Apakah cantiknya yang mempesona, senyumannya yang merekah, atau dadanya yang ah, sudahlah.

Setelah menimbang-nimbang dengan seksama, pilihan saya jatuh pada Ayla. Mengapa? Pasalnya cuma Ayla-lah yang pada saat itu kaca pintu sampingnya telah dilengkapi power window. Yap, bukan window by power alias engkol—seperti kepunyaan Karimun. Selain itu, saat hujan Ayla lebih kedap, dibandingkan atap Datsun GO yang saat diguyur hujan deras suaranya udah kayak Orkes Dangdut lagi konser.

Langsung saja saya mengunjungi dealer terdekat. Tapi sayangnya, kali ini saya tidak mendapatkan SPG atau sales cewek seksi yang biasa dipajang di pameran mobil. Hanya seorang pria rapi yang kemudian dengan sigap menghampiri. Lantas, ke mana para SPG dan sales-sales cantik itu? Sial, saya merasa di permainkan.

Seperti lumrahnya sales-sales pengejar target penjualan, mereka selalu menjual kelebihan saja, tanpa menunjukkan kekurangan yang ada pada si mobil. Saya pun iseng menanyakan,

“Mas, mobil ini kelebihannya apa?”

“Ayla 1000cc Facelift, modelnya udah futuristik, Mas. Interior sudah banyak improvement. Power window di 4 pintu dengan tombol pengontrol utama di bangku driver, electric mirror, side impact beam, ada sensor parkir, dan wiper belakang. Lalu jika Mas suka membawa botol-botol minuman, mobil ini dilengkapi dengan 8 cup holder.”

Ya, sebuah penjelasan yang sangat brosur-sentrik, di mana semua info itu bisa kita baca langsung di brosur. Kemudian, saya iseng menanyakan lagi tentang kekurangannya,

“Kalau kekurangannya apa, Mas?”

“Kekurangannya, ehm, kurang mahal, Mas. Jadi mobil ini murah, terjangkau, dan yang pasti perawatan hemat di kantong.” Hadeh, ini sales minta digaruk atau gimana, sih? Ditanya kekurangan kok tetap aja jawabannya kelebihan yang terselubung.

Lalu saya tanyakan, bonus apa saja yang bakal saya dapat jika mengambil 1 unit Ayla 1000cc Facelift ini. Si sales tampak bingung menjawab. Entah takut salah atau takut bonusnya kemahalan. Pokoknya nggak ada jawaban yang pasti.

Namun agak aneh saat saya iseng menanyakan apa bonus yang saya dapat jika saya mengambil 1 unit Ayla 1200cc Facelift.

“Oh, ada beberapa bonus, Mas. Nanti bisa kami kasih kaca film, karpet, dan kami pertimbangkan untuk mendapat cover jog.” Apa???!!! Kenapa Ayla 1000cc dibedakan seperti itu? Ini sih namanya dianak tirikan. Mentang-mentang udah ada yang baru, abis manis sepah didaur ulang.

Varian Ayla 1200cc memang lebih menggoda, kapasitas mesin lebih besar dan punya fitur-fitur yang menawan. Tapi karena kembali lagi pada kemampuan kantong saya yang terbatas, akhirnya saya putuskan mengambil 1 unit Ayla 1000cc Facelift yang berwarna putih.

Sudah beberapa minggu mobil itu nongkrong di garasi rumah saya. Impresi pertama sih keren juga ini mobil. Putih, bersih, mulus dan ada rodanya 4. Tapi ya, udah, gitu aja.

Aksen-aksen krom di beberapa sudut body exterior mobil membuat mobil murah ini menjadi sedikit terlihat tidak terlalu murahan. Cukup oke lah kalau dibawa ke kondangan yang tempat resepsinya di hotel bintang 3 setengah. Lalu bagaimana keadaan interiornya?

Aroma khas mobil baru semerbak memenuhi ruangan di antara jok-jok yang masih terbalut plastik bening. Improvement paling ketara terlihat di handle pintu dan power door lock yang sudah tidak menggunakan model “Colokan Mata”. Namun menjadi lebih modern dalam bentuk tuas kecil di atas handle pintu. Aksen krom juga terlihat di beberapa sudutnya, seperti di handle pintu, tuas presneling, knop AC dan di tepian kisi-kisi AC yang membentuk lingkaran. Blink-blink persis gelang emas ibu-ibu PKK yang lagi arisan.

Mesin 3 silinder 1000cc memang terkenal akan getarannya yang cukup terasa. Kurang halus dan suara masih terdengar meski sudah dilengkapi peredam. Bagi kalian yang biasa naik Bajaj trus naik mobil ini, getaran mesin tentu tidak jadi masalah. Tapi yang biasa naik Mercy E-Class, akan jadi persoalan lain.

Memang bukan muhrimnya membandingkan mesin 3 silinder dengan 4 silinder yang lebih halus getarannya. Jelas-jelas sudah beda kelas. Seperti kita membandingkan KFC dengan ayam goreng krispi pinggir jalan atau biasa di sebut KFC bajakan KW super.

Mobil baru ini, ya saya nikmati aja. Saya ajak untuk muter-muter kota. Menjajal gesitnya mesin Ayla, dan lincahnya bodi sekecil ini nyelip-nyelip di antara kemacetan. Enaknya punya mobil sekecil ini adalah kita tidak bingung saat mencari tempat parkir. Tidak butuh lahan luas untuk memarkirkan sebuah Ayla. Nyempil di pojokan parkiran di samping tempat sampah aja udah cukup.

Untuk masalah gaya, jangan kuatir. Bumper baru Ayla 1000cc Facelift tipe X Deluxe ini cukup sporty. Dengan tambahan aerokit di samping kiri-kanan depan-belakang udah kelihatan seperti Super Car wanna be lah. Udah cukup buat nongkrong di pengkolan ngecengin anak SMA pulang sekolah.

Lalu apakah fitur-fitur di atas sudah memenuhi target saya untuk memiliki mobil idaman? Ehm, masih ada satu faktor lagi yang saya perhitungkan. Yaitu konsumsi bahan bakar.

Kabar burungnya sih LCGC itu terkenal eco-friendly, jadi seperti sudah dapat dipastikan iritnya. Entah burung siapa yang sok tau itu, tapi yang jelas saya ingin membuktikannya sendiri dengan menempuh perjalanan ke rumah mertua sejauh 130 km.

Mulailah Sabtu jam 7 pagi mobil sudah nangkring di SPBU. Indikator bensin yang sudah kelip-kelip saya gelontor dengan 150 ribu pertalite, dengan indikator menunjukkan 6 strip. Ya udah, saya geber aja di jalan raya, bermanuver dan sesekali kick down. Biar kayak review-review terkenal di Youtube. Empat jam perjalanan, sampailah saya di ‘pondok mertua indah’. Karena penasaran, saya langsung melihat konsumsi bahan bakar di MID…

…Wow! 1:25. Jadi, satu liter untuk 25 kilometer. Sumpah, ini sungguh irit parah. Udah kayak bawa motor. Mobil ini sukses memenuhi dahaga saya untuk sebuah mobil impian nan sederhana. Mesin 3 silinder memang lebih irit. Kekaguman saya masih belum selesai hingga terdengar suara bapak mertua nyeletuk tentang Shark Tail yang baru saya pasang di atap mobil.

“Ini apaan?”

“Sirip hiu, Pa. Buat aksesoris…”

“Pppfftt, sirip hiu? Ngapain pakai sirip hiu? Memangnya dia bisa berenang kalau banjir?”

Eh busyeeettt. Mobil saya disamaain sama Pesut Ancol.

Exit mobile version