Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Video

Membedah Jalan Panjang Demokrasi dan Kronik Otoritarianisme Indonesia Bersama Zainal Arifin Mochtar dan Muhidin M. Dahlan

Redaksi oleh Redaksi
8 Juli 2025
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Apakah republik ini pernah benar-benar dikuasai oleh sipil?

Pertanyaan itu menjadi titik tolak diskusi panjang antara Kepala Suku Mojok bersama Zainal Arifin Mochtar (Uceng) dan Muhidin M. Dahlan, dalam membedah buku Kronik Otoritarianisme Indonesia. Buku ini bukan sekadar catatan peristiwa, melainkan peta luka republik—yang menelusuri dengan telanjang bagaimana militer menjadi aktor utama kekuasaan, bahkan sejak demokrasi parlementer tahun 1955, hingga ke hari-hari terkini dalam era Jokowi.

Dalam perbincangan yang intens dan reflektif, diskusi ini menelusuri akar historis dominasi militer dalam sejarah republik—mulai dari pembungkaman oposisi, penggulingan kabinet, hingga politik patronase yang menjadikan TNI dan Polri sebagai instrumen kekuasaan sipil—dengan syarat, sipilnya harus tunduk. Mereka menyingkap bagaimana dekrit, darurat militer, hingga operasi pembangunan nasional (seperti Ganefo dan PSN) dijalankan dengan wajah militeristik. Bahkan gedung DPR/MPR pun dulunya adalah hasil operasi militer sipil.

Diskusi ini juga menyorot bagaimana setiap rezim, dari Soekarno, Soeharto, SBY, hingga Jokowi, menyimpan pola yang sama: membungkam oposisi, memanipulasi partai, dan menyingkirkan lawan-lawan politik. Dalam perjalanannya, demokrasi di Indonesia lebih sering menjadi kosmetik, yang menutupi kenyataan bahwa oposisi selalu dianggap ancaman. Bahkan kini, ketika hampir tak ada oposisi tersisa, kekhawatiran akan kembalinya otoritarianisme bukan lagi asumsi, melainkan realitas.

Namun, tidak semua gelap. Zainal dan Muhidin juga menyuarakan bahwa harapan itu belum mati, asalkan demokrasi dikembalikan pada pemilik sejatinya: rakyat (demos). Oposisi harus diciptakan ulang, masyarakat sipil harus direkonstruksi, dan partai-partai alternatif berbasis ideologi dan gerakan sosial harus tumbuh untuk menantang oligarki.

Sebuah obrolan tajam, reflektif, dan penuh peringatan bahwa:

Demokrasi tidak akan tumbuh di tanah yang tidak memberi tempat pada perbedaan dan perlawanan.

Mari simak Putcast Mojok hingga tuntas. Agar kita tidak gagal paham, dan tidak menyerah terlalu cepat pada sejarah yang terus berulang.

Tags: Demokrasi Indonesiadominasi militerkronik otoritarianismePolitik IndonesiaPutcast

Terpopuler Sepekan

UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan Mojok.co

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.