Warisan Ibu dan Kemampuan Khusus dari Keluarga di Tegal

Warisan Ibu dan Kemampuan Khusus dari Keluarga di Tegal MOJOK.CO

Ilustrasi Warisan Ibu dan Kemampuan Khusus dari Keluarga di Tegal. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COKeluarga di Kabupaten Tegal mempunyai kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan makhluk astral. Kemampuan yang kini saya warisi dari ibu.

Kepekaan orang terhadap hal mistis itu berbeda-beda. Ada yang memang bisa melihat secara nyata, ada juga yang memang hanya sekedar merasakan. Dan, menurut beberapa orang, faktor keturunan berpengaruh terhadap kepekaan tersebut. 

Saya setuju dengan pendapat tersebut, bahwa beberapa kerabat saya dari pihak ibu di Tegal memiliki kemampuan semacam itu. Bahkan ibu saya sendiri mempunyai kemampuan tersebut. Rumah saya sendiri beralamat di Dukuh Legokmeno, Desa Jejeg, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Dulu, ketika berumur lima tahun, badan saya kurus, kering, dan cengeng. Sehingga banyak orang mengira bahwa saya mengalami gizi buruk. Padahal tidak demikian. 

Waktu itu saya hampir selalu diliputi ketakutan luar biasa. Bagaimana tidak takut kalau setiap ke kamar mandi di TK pasti ketemu hantu yang kakinya berbentuk O. Lalu, kalau ikut ke pasar, selalu dicegat oleh hantu mirip biksu.

Sampai kemudian saya menceritakan semua penglihatan itu kepada kakek di Tegal. Nah, sejak saat itu, saya tidak bisa lagi melihat makhluk astral. Menurut penuturan ibu, kakek “menutup mata” saya. Ibu khawatir kalau kejiwaan dan mental saya terganggu karena belum siap.

Saat itu saya mengira mereka bukan hantu, tetapi orang aneh. Beberapa tahun kemudian, saya baru tahu bahwa mereka memang benar hantu. Menurut penuturan orang yang rumahnya dekat TK, memang benar bahwa di kamar mandi terdapat sosok hantu berkaki O. Ia selalu menirukan suara anak yang menangis.

Sementara untuk hantu biksu, menurut penuturan ibu, dulunya mendiami sebuah rumah. Ia selalu ribut dengan hantu bibir sumbing dan hantu tentara Belanda. Mereka bisa sampai saling melempar piring. Sampai kemudian pemilik rumah tersebut meminta bantuan kakek buyut saya di Tegal guna memindahkan ketiga hantu tersebut.

Nenek kebaya dan hantu drakula

Suatu kali, saya pernah 12 hari berada di Solo untuk menyelesaikan tugas liputan. Setelah selesai, saya kembali ke Jakarta. Lantaran sudah lima bulan tidak pulang kampung ke Tegal, saya memutuskan untuk meninggalkan Jakarta untuk sejenak.

Lama tidak pulang ke Tegal, saya menyaksikan perubahan yang cukup banyak. Salah satunya adalah lahan kosong di depan rumah yang lama terbengkalai. Kini, pembangunan rumah di lahan tersebut sedang terjadi. Pemiliknya adalah seorang dokter. 

Ketika mengobrol dengan ibu, saya sempat bertanya. “Bu, ini buka kakinya tidak di lahan tersebut ya?” 

Ibu menjawab, “Iya, di rumah lama katanya, digabung sama tingkeban.”

Sepengetahuan saya, selamatan “buka kaki” tradisinya dilakukan sebelum pondasi. Prosesi tersebut dilakukan di atas lahan yang hendak dibangun.

Baca halaman selanjutnya….

Pertemuan di alam mimpi

Malam harinya, seorang nenek berkebaya mendatangi saya. Nenek tersebut bilang bahwa dirinya adalah penghuni lahan kosong di depan rumah saya. Katanya, dia mewakili “teman-temannya” untuk protes. 

Mereka kebingungan mau pindah ke mana kalau sebuah rumah berdiri di lahan tersebut. Maka dari itu, dia minta tolong untuk dicarikan tempat. Terus saya menjawab, “Saya nggak tahu apa-apa, kok mintanya sama saya.” Saya membatin, coba minta hunian ke Pemkab Tegal, tapi saya urungkan. Nanti jatuhnya malah lucu.

Keesokan harinya setelah bangun tidur, kepala saya pusing, badan greges, dan tengkuk pegal sekali. Seperti gejala kurang darah. Sampai malam hari masih seperti itu. Terus ada sebuah bisikan minta diantarkan ke pemilik bangunan. Ibu menemani saya jalan kaki di depan rumah lama milik dokter tersebut. Ajaib, pusing saya hilang.

“Seharusnya ketika di mimpi itu kamu bilang, sana kembalinya ke tempat sebelumnya. Jadi, lahan kosong di depan rumah kita itu tempat nongkrong para hantu. Mereka ada yang dari kuburan, bendungan, sungai yang ada di Kabupaten Tegal ini,” ujar ibu.

Hantu mirip “drakula” dan nenek tua

Ibu melanjutkan ceritanya bahwa hantu yang suka berkumpul di lahan kosong tersebut di antaranya ada “drakula”. Gigi taring hantu tersebut terlihat panjang. Rumah aslinya di pohon manggis di kuburan. Cuman kalau malam sering main ke situ. Terkadang juga sepanjang hari di lahan kosong tersebut. Kata ibu, hantu itulah yang seharian menempel kepada saya.

Adik bungsu saya sering main-main di jendela dekat lahan kosong. Sedetik setelah menempelkan muka ke kaca, tiba-tiba adik saya berlari kencang ke tempat ibu mencuci baju. Adik saya menangis kencang. Setelah tenang, dia bilang, “Wedi.” Artinya, dia ‘takut’ sambil menirukan ekspresi “drakula” mengeluarkan taringnya.

Sementara itu, nenek tua berkebaya tinggal di samping kanan teras, dekat pohon pisang. Dia belum lama mendiami tempat tersebut. Suatu malam, paman ibu yang bernama Nawir hendak memindahkan hantu yang suka bikin keributan di lantai dua rumahnya. Hantu tersebut akan dipindahkan ke perbatasan Kabupaten Tegal.

Nah, ketika lewat di depan rumah saya itulah ada yang nyeletuk dalam Bahasa Jawa. 

Pan digawa nang ndi sih?” 

Terus oleh Mbah Nawir dijawab “Yuh koen melu?” 

Ora lah wis betah nang kene.” 

Keesokan harinya Mbah Nawir bercerita kepada ibu bahwa ada penghuni baru di samping kanan teras rumah. Produktif sekali diskusi mereka.

Sudah tiga minggu saya berada di Tegal. Suatu malam, ibu kedatangan tamu; dua orang ibu-ibu dan satu anak sekitar umur delapan tahun. Ibu memang dikenal sebagai “tabib pengobatan alternatif”. Sementara itu, saya sedang asyik bermain handphone di kamar yang terletak di samping ruang tamu. Oleh sebab itu, obrolan di ruang tamu akan terdengar.

Hantu jawara

Jadi, sang ibu menceritakan bahwa anaknya yang sebelumnya penurut menjadi tempramen. Dia mulai sering membuat keributan. Bahkan tadi siang tiba-tiba ngamuk di kelas, dan ketika ngamuk, bisa sampai mengangkat golok sambil mencak-mencak (ngomel) seperti orang dewasa. Padahal usianya masih delapan tahun.

Ketika si ibu sedang bercerita, tiba-tiba lampu teras “bertingkah”. Dari nyata, lalu mati, nyala lagi, lalu mati. Jadi seperti ada yang memainkan saklarnya. Memang, ketika ada entitas makhluk yang berasal dari hutan, lampu teras rumah saya di Tegal akan seperti itu.

Ketika sedang asyik menonton reels Instagram, tiba-tiba sekilas muncul dalam bayangan saya, seorang laki-laki dewasa umur 50 tahun. Dia menggunakan pakaian seperti centeng Belanda, lengkap dengan goloknya. Tangan kanan saya tiba-tiba terasa sakit dan berat.

“Ini anaknya main di hutan, ya? Hutan yang dekat lapangan,” ujar ibu. 

“Iya, Mbak. Beberapa hari yang lalu main di situ. Sepulang dari situ tiba-tiba mengamuk,” ujar ibu dari anak tersebut. 

Hutan dekat lapangan yang dimaksud beralamat di Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Lebih lanjut ibu menjelaskan bahwa anak tersebut ketempelan centeng Belanda. Sementara itu, tangan saya masih terasa berat dan sakit dan lampu teras masih nyala, mati, nyala, nyala, mati.

Sekitar 20 menit bertamu, mereka pamit pulang. Spontan saya langsung ikut keluar kamar, dan ikut mengantarkan mereka. Begitu saya keluar pintu, lampu kembali normal lagi dan tangan kanan saya terasa biasa saja. Kemudian ibu menceritakan bahwa tadi hantu centeng itu melompat ke tangan saya.

Ternyata usut punya usut, rumah dari hantu tersebut tidak sengaja tertendang oleh si anak. Makanya, di hantu lalu mengikutinya guna meminta pertanggungjawaban. Terkait mengapa tangan saya sakit, si hantu tersebut bermaksud meminta tolong kepada saya agar dicarikan rumah baru. Lagi dan lagi, saya jadi seperti agen perumahan di Kabupaten Tegal. 

Kunti

Beberapa hari kemudian, ibu kedatangan tamu lagi dari desa seberang kali, seorang bapak-bapak. Si bapak ini berasal dari Dukuh Tenjo, Desa Muncanglarang, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Si bapak sedang melakukan ikhtiar demi kesembuhan istrinya. Dia rela berjalan sendirian menelusuri berhektar-hektar sawah yang gelap dan derasnya sungai. Pengobatan modern sudah dilakukan, tetapi kata dokter tidak ditemukan masalah.

Bapak-bapak tersebut menceritakan bahwa istrinya sakit setelah mengalami kejadian di sawah. Ketika itu, istrinya sedang bekerja di sawah menyiangi padi. Lokasinya di Sawah Duk, Dukuh Tenjo.

Nah, sebelum pulang, salah satu temannya minta ditungguin sebab hendak buang air kecil di semak-semak. Setelah ditunggu, kok lama sekali, lalu oleh istri dari bapak-bapak tersebut di samperin. Ternyata temannya sudah terlentang lemas. 

Malam harinya, justru istri dari bapak tersebut mimpi dijambak. Dia ditarik ke dalam laut. Keesokan harinya dia terbaring lemas.

“Di sekitar semak-semak itu ada batu kembar dempet, dan air kencingnya itu mengalir ke batu tersebut. Penghuninya nggak terima, lebih nggak terima lagi tatkala istri bapak nolongin. Sehingga marahnya pun beralih ke istri bapak,” jelas ibu.

Saya yang sedang berada di dalam kamar tiba-tiba sendawa disertai kentut. Barulah setelah bapak-bapak itu pamit, sendawa dan kentut saya hilang. 

Setelah lampu ruang tamu dimatikan, saya kembali ke kamar saya. Tidak berapa lama kemudian, dari teras rumah terdengar suara tangis perempuan diselingi suara tawa. Saya tidak mau peduli dan memutuskan untuk tidur.

Malam itu saya mimpi. Saya diperlihatkan sebuah peristiwa tragis. Seorang asisten rumah tangga sedang menggoreng pisang, terus ditusuk oleh majikan perempuannya. 

Ternyata, dia bersekongkol dengan suami dari asisten rumah tangga tersebut yang merupakan selingkuhannya. Jasadnya dibuang di pohon jati dekat sawah. Berubahlah dia menjadi arwah penasaran, menjelma menjadi kuntilanak.

Keesokan harinya, ibu menceritakan juga semalam mendengar suara tangis perempuan, diselingi suara tawa. Arwah tersebut meminta tolong agar diantarkan pulang. Dia ingin sekali ketemu anaknya.

Jin qorin

Setelah dua bulan di Tegal, saya berangkat kembali ke Jakarta. Baru satu setengah bulan di Jakarta, saya mudik Lebaran ke Tegal.

Nah, jadi kamar saya di rumah memang dekat dengan garasi milik tetangga yang saya ceritakan tadi. Saya terbiasa tidur di atas pukul 23.00. Selama tinggal di rumah, setiap kali pukul 22.50, jendela kaca kamar saya selalu ada yang mengetuk. Kalau saya mengabaikannya, suara ketukan malah semakin kencang. Terkadang setelah ketukan dilanjutkan dengan suara tangis perempuan.

Ternyata ibu juga mendengarnya. Ibu mengatakan bahwa entitas tersebut bukan hantu, tetapi jin qorin yang bermaksud meminta tolong agar diikhlaskan utangnya. 

Semasa masih hidup, orang itu dekat dengan ibu. Hitungannya masih kerabat dan sering minta tolong. Ibu saya sih tidak menganggapnya utang. Ibu paham kondisi ekonomi orang tersebut. Tetapi, orang tersebut menganggapnya utang dan berjanji melunasi. Sebelum bisa menepati janjinya, dia sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Suatu kali, suara ketukan kaca jendela dan tangis perempuan terdengar lagi. Ibu saya, dari dalam kamar saya, mengatakan bahwa dirinya sudah mengikhlaskannya. Ibu tidak pernah menganggap utang. Sejak itu, suara ketukan kaca jendela dan tangis perempuan tidak terdengar lagi.

Penulis: Malik Ibnu Zaman

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Teror di Sebuah Gedung Stasiun TV Indonesia dan kisah misteri lainnya di rubrik MALAM JUMAT.

Exit mobile version