Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Magrib di Alas Purwo: Ketika 2 Orang yang Saya Kasihi Ditelan Kegelapan Hutan Bambu (Bagian 2)

Gelapnya hutan bambu di sini terasa lebih pekat dibanding gelap biasanya. Rasanya, hawa yang terasa langsung berubah drastis ketika sinar matahari menghilang. Sesak sempat terasa di dada.

Agnes Putri Widiasari oleh Agnes Putri Widiasari
27 Oktober 2022
A A
Magrib di Alas Purwo MOJOK.CO

Ilustrasi Magrib di Alas Purwo. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Posisi kami masih ada di hutan bambu Alas Purwo ketika Magrib datang. Detik-detik ketika 2 orang yang saya kasihi ditelan kegelapan hutan.

Baca dulu bagian 1 di sini: Ekspedisi Alas Purwo: Penjelajahan Pertama ke Hutan Angker (Bagian 1).

Baru beberapa jam berlalu, tapi saya sudah merasa letih sekali. Mungkin, pekerjaan sebagai peneliti dan arkeolog bukan pekerjaan yang cocok untuk saya. Baru saja selesai meneliti, kami harus melanjutkan perjalanan ke titik lain. Sampai di tengah perjalanan, saya melihat bapak tua yang mungkin sudah berusia 60 tahunan atau lebih berdiri di pinggiran jalan.

Tidak jauh dari tempat si bapak tua itu berdiri, Uncle Jack memberhentikan mobil dan kami sepertinya akan mengarah masuk ke dalam hutan belantara lewat jalan setapak. Saya pikir awalnya bapak tua itu adalah pertapa. Ternyata, dia adalah kuncen atau juru kunci Alas Purwo.

Saya rasa Uncle Jack sudah tahu identitas di bapak tua ini. Jadi, kami langsung berhenti ketika berpapasan dengannya. Sayang sekali saya tidak diizinkan untuk menuliskan nama kuncen Alas Purwo di tulisan ini. Seterusnya, saya akan menggunakan nama Mbah Kuncen.

Bertemu dengan juru kunci Alas Purwo

Sebelum masuk area pedalaman hutan Alas Purwo, tim ekspedisi sempat mengobrol sebentar dengan Mbah Kuncen. Karena kami bertujuan untuk meneliti dan mengambil sampel artefak sejarah dan flora, Mbah Kuncen juga merekomendasikan beberapa tempat yang layak diteliti.

Jika menyimak saran dari Mbah Kuncen, kami direkomendasikan untuk masuk ke jalur napak tilas. Ada juga yang menyebutnya sebagai jalur pertapa. Mbah juga banyak merekomendasikan gua-gua bersejarah yang ada di Alas Purwo. Salah satunya adalah Gua Istana yang memang sudah sangat terkenal. Yah, kalau saya lihat dari daftar objek yang akan diteliti, Gua Istana memang termasuk.

Saat itu, Mbah Kuncen juga sedikit bercerita soal sarkofagus tua yang berada di Gua Istana. Selain itu, konon katanya, gua itu juga menjadi saksi bisu pertemuan Presiden Pertama Indonesia, Ir. Sukarno dengan Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan. 

Setelah selesai berbincang-bincang, kami melanjutkan perjalanan. Uncle Jack memberikan HT untuk masing-masing orang. Setelah semua alat berfungsi dengan baik, kami siap-siap mengambil perkakas dan tas carrier masing-masing. Saya, Ajay, dan Dinda hanya membawa tas daypack saja karena kami juga sepertinya tidak akan mengikuti kegiatan ekspedisi ini sampai selesai.

Awalnya, Uncle Jack sebagai ketua ekspedisi ingin melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Namun, lokasi Gua Istana ternyata masih cukup jauh. Sementara itu, akses jalan masih bisa dilalui mobil. Maka, sembari menuju ke Gua Istana, kami akan mengambil sampel di hutan bambu Alas Purwo.

Sebelum kami pergi, Mbah Kuncen sempat memberikan peringatan kepada kami. Saya masih ingat betul kata-kata beliau.

“Apa saja yang akan dilihat dan yang akan terjadi, jangan lupa tujuan dan niatmu datang ke tempat ini. Berpegang teguh pada keyakinan yang ada di hati. “Mereka” akan mencoba merasuk ke dalam hati dan pikiranmu. Maka, jagalah hati dan pikiranmu dari hal-hal negatif”

Menampik larangan Alas Purwo

Saya agak sedikit aneh mendengar kata “mereka”. Siapa yang dimaksud oleh Mbah Kuncen? Apakah “mereka” itu para pertapa? Apa mungkin “mereka” itu adalah penghuni Alas Purwo? Saya sempat menanyakan itu ke Uncle Jack. Namun, paman saya itu melarang saya memikirkan hal-hal seperti itu. 

Paman saya menjelaskan, biasanya, orang-orang zaman dahulu itu memang suka memakai bahasa kiasan. Tujuannya untuk meyakinkan anak, cucu, dan keturunannya agar tidak melanggar larangan. Ya intinya sih, kami harus mengutamakan sopan santun di mana saja kami berada dan jangan melewati batasan-batasan tertentu. 

Iklan

Sayangnya, Damian yang memang tidak percaya dengan hal-hal mistis malah seperti menertawakan peringatan Mbah Kuncen. Dia menampik semua yang disampaikan oleh juru kunci Alas Purwo itu. Baginya, itu adalah mitos semata bahkan terdengar seperti dongeng untuk anak kecil. Bahkan, Damian masih sempat-sempatnya menakuti saya, Ajay, dan Dinda dengan berkata ada sesuatu di pinggiran jalan, di balik pohon. Melihat reaksi kami yang ketakutan, dia tertawa puas.

“Lihat, itu karena kalian terlalu gampang percaya dengan omongan orang tua tadi. Lebih baik kalian santai saja dan jangan terlalu dipedulikan, itu hanya sekadar cerita dongeng di luar nalar logika manusia. Aku sih nggak percaya dengan hal-hal gaib seperti itu.” Ujar Damian dengan Bahasa inggris.

Yah, Damian mungkin tidak tahu kalau di balik pohon-pohon Alas Purwo, memang ada yang mengawasi kami….

Awal mula keganjilan

Saya sempat beradu mulut dengan lelaki Australia itu. Bagi saya, hal-hal gaib itu ada dan memang hidup berdampingan dengan manusia. Tapi percuma menjelaskan, toh memang dia tidak meyakini hal tersebut.

Kami sempat terdiam dan hening saat di perjalanan sebelum terdengar suara ledakan cukup keras.

Kami semua dikagetkan dengan suara ledakan ban mobil. Mendengar itu, spontan Uncle Jack memberhentikan mobilnya. Ethan segera turun untuk memastikan kondisi ban mobil kami. Dia mengisyaratkan kondisi ban mobil kami sudah sangat buruk. Padahal, sebelum berangkat, semua komponen mobil diperiksa. Hasilnya, semua dalam kondisi terbaik.

Baru juga setengah jalan, kami harus dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Uncle Jack menyuruh saya, Ajay, Dinda dan Damian untuk turun dari mobil. Mendengar obrolan Ethan dengan paman, sepertinya kami tetap harus melanjutkan perjalanan dengan menumpang mobil tim lain. 

Saat itu, tim kami dibagi ke dalam tiga mobil. Saya dan Ajay ikut mobil kedua, Ethan dan Dinda ikut mobil ketiga, dan Uncle Jack serta Damian berada di mobil keempat. Cukup desak-desakan karena mobilnya sudah sesak oleh perkakas untuk keperluan ekspedisi. Kalau tidak salah menghitung, butuh waktu sekitar 7 menit berjalan, kami sampai di dekat lokasi gua. Mobil kami tinggal di Pos Pancur dan lanjut berjalan kaki menuju Gua Istana tersebut.

Baca halaman selanjutnya
Histeria di hutan bambu Alas Purwo

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 27 Oktober 2022 oleh

Tags: Alas Purwobanyuwangicerita seramhutan angkerJawa TimurMalam Jumat
Agnes Putri Widiasari

Agnes Putri Widiasari

Sosok pengembara di dunia tipu-tipu.

Artikel Terkait

Pengalaman 22 Jam Naik Kereta Api Membelah Pulau Jawa MOJOK.CO
Otomojok

Pengalaman Dianggap Nekat dan Gila ketika Menempuh Nyaris 22 Jam Naik Kereta Api dari Ujung Barat Pulau Jawa Sampai ke Ujung Paling Timur

24 November 2025
12 Hari Belajar Bahagia di Perkebunan Kalijompo Jember MOJOK.CO
Esai

12 Hari Tinggal di Perkebunan Kalijompo Jember, Belajar Menjadi Manusia yang Selalu Bersyukur dan Merasa Cukup meski Keterbatasan Ada di Depan Mata

29 September 2025
Sound horeg di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. MOJOK.CO
Ragam

Sound Horeg bikin Kaca Jendela Rumah Pecah, Langsung Labrak Tetangga dengan Cara Elegan

23 Juli 2025
Hati nelangsa lihat ibu dan adik perempuan joget erotis di karnaval sound horeg di Jawa Timur MOJOK.CO
Ragam

Karnaval Sound Horeg Ubah Ibu dan Anak Perempuan: Rela Menor dan Joget Erotis demi Jadi Sorotan, Ditegur Tak Mempan

22 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.