MOJOK.CO – Pesan moral dari kisah main catur ini: Kalau ketemu teman, mending suruh nyebutin password dulu.
Cerita ini adalah pengalaman Bapak A yang merupakan salah seorang pegawai rumah sakit di Wonogiri.
Pada suatu malam, Bapak A menjalankan piket malam. Masuk pukul 2 pagi, Bapak A kedatangan tamu. Seorang kawan bernama Agus yang memang sering mampir ke tempat kerjanya.
Setelah basa-basa sedikit, Bapak A mengeluarkan sebuah benda yang tak asing dari bawah meja. Benda itulah yang membuat Bapak A dan Agus menjadi akrab sejak dulu, yaitu papan catur. Belakangan, olahraga catur yang digemari keduanya itu diharamkan oleh seorang pemuka agama kondang.
Namun, tak peduli dengan hukum bermain catur, Bapak A mengajak Agus untuk adu otak di pagi buta.
“Biasanya kalau nggak ada kerjaan gini, aku main catur sendiri aja, Gus,” ungkap Bapak A. “Untung, kamu kebetulan berkunjung kemari. Jadi aku ada lawannya.”
Agus hanya mesam-mesem sambil memajukan kuda untuk mengobrak-abrik pertahanan Bapak A.
Gerakan itu bikin Bapak A bengong. Bukan karena takjub dengan kekuatan Agus yang bisa ngangkat kuda pakai satu tangan (tangan kiri pula), tapi Bapak A dilanda bingung mau mengorbankan benteng atau gajah.
“Sulit ini, Gus. Sulit.” Bapak A memijat kening kayak mbah-mbah mikirin anak-cucu. “Kasih aku waktu mikir ya.”
Tanpa ba-bi-bu, Agus berdiri dan meninggalkan Bapak A.
“Eh, mau kemana? Aku belum nyerah loh, Gus!” kejar Bapak A.
“Ke dapur dulu,” ucap Agus kalem.
“Oh, mau bikin teh ya? Dua ya. Bikinin buat aku juga,” pesan Bapak A manja.
Sejam kemudian, Bapak A masih belum memutuskan mau mengorbankan benteng atau gajah. Namun, yang lebih mengherankan adalah Agus tak kunjung kembali. Setahu Bapak A, bikin teh tidak selama itu. Kecuali bikin tehnya satu barel untuk orang satu rumah sakit.
Penasaran, Bapak A ngacir ke dapur. Di sana hanya ada teman kerjanya yang sedang video call dengan pacarnya di kampung. Agus tidak kelihatan batang hidungnya.
“Tadi ada Agus kemari, nggak, Lur?” tanya Bapak A.
“Agus? Dari tadi nggak ada yang kesini, Pak.” Teman jaga Bapak A menjawab polos.
“Serius, Lur.” Bapak A mulai panik.
Yang dipanggil Lur itu justru menunjukkan layar hapenya yang menampilkan pacarnya di seberang sana. “Kalau nggak percaya, tanya aja pacarku. Dari tadi aku sama dia aja kok, Pak.”
“Ke mana ya larinya si Agus?!” heran Bapak A.
“Pak. Ini Agus yang dimaksud Agus B?” tanya si Dulur.
“Iya Agus B aja. Temen kita,” beber Bapak A.
Mendengar jawaban Bapak A, si Dulur langsung diam. Ada jeda sebentar.
“Kenapa, Lur?” Bapak A mencium sesuatu yang tidak beres.
“Begini, Pak,” ucap si Dulur setelah menelan ludah. “Sebenarnya, Agus sudah meninggal 3 minggu yang lalu. Memang banyak orang yang ndak tahu karena keluarganya juga lupa mengabari teman-temannya. Jadi, yang ketemu Bapak tadi kemungkinan bukan Agus.”
“Yang bener kamu, Lur!” Bapak A tampak tak percaya. “Jangan bercanda, ah. Ndak lucu!”
“Kalau nggak percaya, tanya aja pacarku,” ujar si Dulur sembari menunjukkan layar hapenya.
BACA JUGA Bertemu Tukang Pijat yang “Menitipkan” Tiga Makhluk Gaib atau cerita syeram lainnya dir rubrik MALAM JUMAT.