Saya tahu bahwa dalam hidup ini kita telah memiliki timer masing-masing yang menghitung mundur kapan kita mati, namun saya butuh timer yang lebih dari itu.
Saya termasuk golongan orang yang butuh banyak syarat untuk tidur. Itu sebabnya saya menyalakan lampu, televisi, dan Spotify sebagai pengantar tidur. Agar tidak menyala sepanjang malam, saya selalu memasang timer untuk mematikan ketiganya. Saya bisa memakai guling sebagai teman tidur atau barang apa pun yang ada di sekitar saya. Meski saya juga butuh guling, namun yang satu itu lebih mudah untuk saya akali.
Tatkala berada di rumah rutinitas saya sebelum tidur adalah menyalakan televisi dan memasang timer (atau pengatur waktu) hingga televisi tersebut mati dengan sendirinya. Saya pasang timer kira-kira 30-90 menit, tergantung taraf mengantuk saya saat itu.
Hal tersebut tak berubah manakala saya tidak sedang bermalam di rumah. Jika tempat yang saya tinggali tidak memiliki televisi, saya harus memutar lagu-lagu di Spotify dengan earphone dan memasang timer. Terkadang saya terbangun oleh iklan di sela-sela lagu sebab akun saya belum menjadi akun premium.
Membayangkan jasa-jasa yang telah diberikan timer kepada saya, saya berpikir: Bagaimana kalau ternyata kita juga memiliki timer dalam kehidupan sehari-hari?
Saya yakin semua manusia pernah memiliki problemnya sendiri terhadap waktu. Mengenang masa kecil saya di rumah, saya memiliki timer yang dapat menyuruh saya untuk berhenti mengerjakan sesuatu dan beristirahat. Timer tersebut adalah ibu saya. Kala saya belajar untuk ulangan harian esok hari, Ibu sering kali menghentikan saya dan menyuruh saya tidur. Tentu saya cuma bisa manut lantaran saya memang mengantuk.
Keesokan paginya saya menyesal karena saya tidak mendapat nilai ulangan yang maksimal. Saat itu saya selalu menyalahkan Ibu sebab tak membiarkan saya belajar dan selalu menyuruh saya beristirahat. Kendati demikian, dewasa ini saya tersadar bahwa nilai ulangan yang tak maksimal itu toh tak menjerumuskan saya ke mana-mana. Lagi pula, waktu untuk istirahat dan tidur yang saya pakai saat itu tak akan pernah kembali.
Ibu menyadarkan saya bahwa tak ada sesuatu yang pantas diperjuangkan mati-matian. Oleh karenanya, saya sering membayangkan jika ada timer dalam hidup saya yang dapat bekerja seperti Ibu: tahu kapan saya harus berjalan dan kapan saya harus beristirahat. Toh hidup hanya sekadar untuk terus bersama orang-orang tersayang. Kita sering kali terbuai mengejar dunia, padahal sejatinya dunia tak beranjak ke mana-mana.
Apabila ada timer lain di dunia ini yang bisa bebas saya atur, saya akan menghidupkan timer yang bisa membuat saya kembali berpijak di bumi.
“Bagaimana jika esok hari begini” atau “bagaimana jika esok hari begitu” adalah hal yang selalu membuat saya penat dan muak. Angan-angan memang tak selamanya harus mengenai hal bagus. Saya justru lebih sering membayangkan hal-hal buruk yang dapat terjadi pada diri saya. Angan-angan itu pulalah yang menghentikan saya dalam mengerjakan sesuatu lantaran terus dihantui ketakutan-ketakutan yang hanya terjadi di pikiran saya.
Oleh karena itu, jika bisa dan mungkin, saya akan menyalakan timer yang mengatakan kepada saya untuk berhenti memupuk ketakutan dan terus melangkah. Ketakutan yang selalu saya bayangkan tak akan menyelesaikan masalah atau merampungkan pekerjaan.
Saya sering bersantai dan tak melakukan apa-apa meski saya tahu bahwa masih banyak yang harus saya kerjakan. Terlalu banyak yang harus saya kerjakan sehingga saya bingung harus memulai dari mana.
Ini tak kalah penting dengan opsi-opsi timer yang saya inginkan tadi. Saya juga membutuhkan timer yang bisa membentak saya. Timer yang menyadarkan saya dari lamunan panjang dan meyakinkan saya bahwa hari ini terlampau indah untuk saya habiskan hanya dengan melamun.
Bukankah hidup akan terasa begitu indah jika kita memiliki timer yang dapat selalu mengingatkan kita… atau justru kita yang harus belajar untuk menjadi timer bagi diri kita masing-masing? Timer seperti Ibu tidak akan mungkin menemani kita selamanya. Oleh sebab itu, tentu kita harus mempersiapkan segalanya demi melanjutkan hari-hari panjang.
Getirnya Mahasiswa Kedokteran Hewan yang Menghilangkan Peliharaan Klien
Generasi Permen Karet Menyebalkan di Organisasi Kampus
Bukan LSM atau Start-up, Kerja di Pemerintahan yang Paling Enak
Balada Dinda-Dinda yang Punya Resting Bitch Face
Canlı Gambling Establishment Oyunları Oynayın Ve Çevrimiçi Spor Bahisleri Yapın
1xbet Giriş: En Güncel Ve Güvenilir 1xbet Linkleri Burada!
Kasino Mostbet Hrajte Nejlepší On The Web Automaty A Automaty
Best Online Internet Casinos Canada 2024 Best Sites For Canadian Players