Cerita-cerita di luar nalar dari Tumiyo, sang penjual peti mati
Sebagai penjual peti mati, Tumiyo tidak memungkiri kerap mengalami hal-hal di luar nalar. Tentang mitos adanya peti mati yang memberi tanda-tanda kalau akan laku, Tumiyo membenarkan.
Ia juga menceritakan meski hanya berwujud kotak kayu, ia mewanti-wanti untuk tidak menjadikannya sebagai bahan bercandaan yang kelewatan. Pernah ada orang yang memesan peti mati untuk kerabatnya.
Saat datang ke rumahnya untuk mengambil peti mati, orang tersebut meminta masuk ke dalam peti mati. Ia ingin tidur di dalam peti tersebut selama perjalanan dari rumah Tumiyo hingga rumah duka.
“Saya sudah mengingatkan untuk jangan main-main, tapi orangnya tetap ngeyel dan tiduran selama perjalanan ke rumah duka. Setelah itu dapat kabar kalau orang itu sakit dan meninggal 7 hari kemudian,” kata Tumiyo.
Soal mitos peti mati akan memberi tanda kalau ada orang yang akan memerlukan, Tumiyo membenarkan hal itu karena mengalami sendiri. Biasanya ia akan mendengar suara,”gluduk gluduk”. Seperti peti mati yang bergoyang dan menimbulkan suara. “Boleh percaya atau tidak sih, Mas, tapi rata-rata kalau ada yang butuh, pasti ada suara seperti itu,” kata Tumiyo.
Omongan Tumiyo soal kejadian di luar nalar itu sekaligus menutup obrolan kami dengannya malam itu. Apalagi salah satu dari kami yang katanya bisa melihat hal-hal di luar nalar sudah gelisah dan memberi kode untuk pulang.
Tumiyo, percaya diri dengan buatannya
Saya dan mahasiswa-mahasiswa RPL UNY ini kembali menemui Tumiyo pada Rabu 30 Agustus 2023. Mereka akan membuat video profil Tumiyo untuk membantunya mempromosikan usaha peti matinya.
Pak Tumiyo sebenarnya sudah punya langganan tetap untuk peti mati yang ia buat yaitu RSUD Wates dan juga beberapa mitra toko penjual peti mati. Namun, sebagai pengusaha UMKM tentu ia ingin naik kelas. Ia ingin masyarakat di DIY dan sekitarnya lebih tahu kalau ia jualan peti mati. Tumiyo percaya diri dengan kualitas peti mati buatannya.
Sampai kini Pak Tumiyo masih berhubungan dengan pengusaha peti mati yang mengajarinya, bahkan menjadi mitra. Di sisi lain, pengusaha itu berpesan untuk jangan sampai menurunkan standar kualitas peti yang ia buat.
“Orang mati kan nggak bisa milih petinya, Mas. Namun, dari sisi kerapian, kebersihan, kejujuran saya jamin. Pesan dari orang yang ngajari saya buat peti mati, jangan sampai mengurangi kualitas hanya karena ingin dapat untung. Saya jaga betul karena saya punya kelebihan di situ sehingga bisa bersaing,” kata Tumiyo.
Sediakan peti mati gratis untuk masyarakat tidak mampu
Satu hal lagi, ia menyediakan peti mati gratis untuk masyarakat kurang mampu yang membutuhkan.
“Sudah ada donatur yang menanggung biaya produksi. Dia mau membiayai biaya produksinya, jadi kalau ada yang nggak mampu, bilang saja ke saya, gratis,” kata Pak Tumiyo.
Tumiyo mengaku sudah mengumumkan ke orang-orang yang mengurusi pangrukti laya, ke gereja-gereja, dan masyarakat umum. Namun, masih sedikit yang memanfaatkan hal itu. Ia sangat terbuka dihubungi 24 jam jika ada masyarakat kurang mampu atau tertimpa musibah yang membutuhkan peti mati.
“Pokoknya kalau ada tetangga, sanak saudara yang tidak mampu atau tertimpa musibah, dan betul-betul tidak mampu, kami siap bantu,” kata Tumiyo.
Ia juga siap 24 jam bila ada orang yang butuh peti mati di wilayah DIY dan Magelang. “Asal jangan minta COD, Mas. Kalau saya sih berani, tapi mosok peti mati COD di perempatan. Mending saya antar ke rumahnya,” katanya tertawa ngakak.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Donasi Peti Mati yang Dibuat Relawan dengan Berat Hati
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News