Fayza Kamalia, siswa SMA Masa Depan di Sleman, berhasil lolos seleksi kampus luar negeri. Bukan hanya satu, melainkan sebelas universitas ternama di dunia sekaligus. Kepada Mojok, siswi angkatan pertama di sekolahnya itu berbagi kiat dan rahasia supaya kuliah di luar negeri, bersaing dengan calon mahasiswa dari seluruh dunia.
***
Gadis kelahiran 2004 ini saat ini tidak bingung lagi untuk menentukan pilihan kuliahnya. Sudah ada 11 kampus di Inggris, Kanada, dan Australia yang siap menampungnya. Fayza, hanya tinggal mempersiapkan skema beasiswa supaya ia bisa menempuh studi secara gratis.
Fayza mengaku, keinginan untuk bisa berkuliah di luar negeri sudah terbesit di pikirannya sejak masih duduk di bangku SMP. Namun, saat itu ia belum terbayang bagaimana cara untuk mewujudkannya. Selain itu belum ada gambaran kampus yang hendak ia tuju.
“Tapi bayangan itu mulai konkrit saat masuk SMA,” katanya.
Pada 2020 lalu, ia masuk ke SMA Masa Depan. Sebuah sekolah baru yang terletak di Kalasan, Sleman, DIY. Fayza menjadi angkatan pertama di sana.
Sebagai generasi awal sekolah, belum ada lulusan yang bisa menjadi rujukan bagi Fayza dan teman-temannya untuk membayangkan akan meneruskan studi di mana. Merekalah calon alumni pertama yang nantinya jadi referensi bagi generasi penerus sekolah.
Beruntung, Fayza mengaku kalau di sekolahnya banyak pengajar yang punya pengalaman studi S2 dan S3 di luar negeri. Para guru membagikan kisah suka duka studi di berbagai negara. Hal itu membuat gadis kelahiran Jogja ini semakin tertantang untuk bisa mengikuti langkah para gurunya.
Terlebih terdapat program coaching dari sekolah yang sudah diterapkan dari kelas 10. Para siswa, dibekali persiapan matang untuk menyiapkan masa depan studi mereka.
Fayza ingat, ia mendapat tugas awal untuk membuat sebuah esai bertajuk “siapakah diriku?”. Tulisan panjang untuk mendefinisikan dirinya secara detail. Mulai dari karakter diri, keluarga, hingga mimpi yang ingin dicapai.
“Kalau menulisnya kurang detail pokoknya revisi terus, deh,” kenangnya saat Mojok hubungi Senin (29/5).
Menemukan jurusan pilihan saat kuliah
Mengenali diri adalah proses penting yang hendak sekolah tanamkan kepada siswanya. Setelah itu, para siswa dikenalkan dengan konsep ikigai yang mempertemukan antara potensi diri, minat, dan manfaatnya bagi lingkungan sekitar. Setelah itu proses panjang dan konsisten harus Fayza lalui demi meraih mimpinya.
Program pendampingan juga meliputi proses menemukan bidang studi yang hendak siswa masuki. Fayza harus memikirkan betul, suatu bidang yang benar-benar ingin ia pilih. Pemilihan jurusan tidak hanya berdasarkan minat pribadi tapi juga potensi penerapan di masyarakat.
“Jadi aku punya perhatian pada isu kesehatan mental. Akhirnya setelah diskusi dengan guru, aku putuskan ambil bidang psikologi,” terangnya.
Ada sejumlah kisah yang membuat Fayza tertarik pada bidang tersebut. Sejak lama ia telah mengikuti pemberitaan mengenai isu penanganan gangguan jiwa di Indonesia. Anak pertama dari empat bersaudara ini mengaku prihatin masih ada penyintas yang mengalami pemasungan.
Selain itu di masa awal pandemi ia juga mendengar beberapa kisah temannya yang mengalami child abuse. Kisah yang membuat hatinya menjerit.
“Tapi saat itu aku belum mengetahui betul cara membantu dengan benar,” kenangnya.
Hal-hal itu membuatnya mantap ingin mendalami ilmu yang mengkaji tingkah laku manusia tersebut. Setelahnya, ia mulai diarahkan oleh pendamping sekolah untuk memilih destinasi negara dengan keunggulan di bidang tersebut.
“Jadi pemilihan kampus itu berdasarkan keunggulan ilmunya, kualitas universitas, dan peluang masuk. Tiga hal ini jadi pertimbangan,” paparnya.
Tetap realistis bisa kuliah di luar negeri
Gadis ini tertawa tatkala mengingat target kampus yang hendak ia masuki saat masih duduk di kelas 10. Saat itu, ia berkeinginan bisa lolos di deretan kampus paling top di dunia seperti Cambridge dan Oxford University.
“Pasti awalnya pengen yang tinggi. Belum berhadapan dengan realitas yang ternyata sulit,” ujarnya tertawa.
Beberapa kendala untuk masuk di kampus terbaik di dunia yakni ujian persamaan kurikulum. Di Cambridge misalnya, calon mahasiswa dari luar harus ujian Cambridge A level yang menurut Fayza sangat berbeda dengan kurikulum sekolah di Indonesia.
Selain itu, hasil ujian IELTS di masing-masing kategori harus melampaui nilai tujuh. Sayangnya Fayza masih punya satu mata uji yang berada di bawah standar tersebut. Ia pun akhirnya mengalihkan tujuan ke kampus yang masih berperingkat baik di dunia namun lebih memungkinkan.
Sebagai angkatan pertama di sekolah, Fayza berprinsip mengetuk pintu sebanyak-banyaknya. Mencoba banyak pilihan hingga akhirnya diterima di sebelas universitas ternama.
Ada sebelas kampus yang menerimnya, yaitu University of British Columbia, Monash University, RMIT University, Swinburne University, Middlesex University, University of Adelaide, Deakin University, Macquarie University, University of Exter, University of Western Australia, La Trobe University.
“Kebanyakan Australia karena memang di sana ilmu psikologinya bagus,” kata Fayza.
Di antara banyak pilihan tersebut, ia paling mantap hendak menuju Monash University. Universitas tersebut duduk di peringkat 53 dunia berdasarkan QS World University Rankings 2023. Sebagai gambaran,
Selain peringkat yang tergolong unggul, Fayza melihat Monash University memiliki memiliki program studi bachelor of phsychology. Lebih spesifik daripada sejumlah kampus lainnya yang mayoritas bachelor of art atau bachelor of science.
Fayza juga melihat peluang mendapat beasiswa dari pihak Monash University. Selain itu ia juga mencoba peruntungan dengan mendaftar Beasiswa Pendidikan Indonesia (BSI) yang kini juga terbuka untuk mahasiswa S1 di luar negeri.
“Pastinya pengen beasiswa penuh supaya tidak membebani orang tua,” harapnya.
Tips lolos banyak kampus untuk kuliah di luar negeri
Salah satu pendorong utama Fayza untuk meraih mimpinya adalah dukungan kedua orang tua. Ayahnya merupakan desainer grafis dan ibunya bekerja sebagai dosen. Mereka selalu memberikan semangat bagi sang anak sampai di titik ini.
Namun selain itu, Fayza melakukan beberapa persiapan ketat selain mengikuti program dari sekolah. Baginya, kunci utama agar bisa lolos kuliah di luar negeri adalah sikap pro aktif dan tidak hanya menunggu arahan dari guru.
Hal itu lantaran lini masa pendaftaran masing-masing kampus berbeda. Begitu pula dengan persyaratan yang beragam dan berbeda satu dengan yang lain.
“Selain itu juga relasi dengan guru jadi penting. Ada banyak persyaratan seperti surat rekomendasi yang aku butuhkan dari mereka,” paparnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga nilai rapor selama sekolah. Namun nilai rapor juga perlu diperkaya dengan pengalaman dan prestasi di luar kelas.
“Nanti di persyaratan esai perlu menjelaskan kegiatan di luar kelas. Dengan aktif di ekstrakulikuler dan lomba menunjukkan kepada university admission bahwa kita pembelajar yang aktif,” jelasnya.
Hal penting lain adalah proses peningkatan kemampuan bahasa Inggris. Fayza menyarankan supaya rutin menyimak kajian atau perkuliahan alih-alih belajar bahasa melalui medium seperti film atau lagu. Hal itu lantaran ujian IELTS mensyaratkan kemampuan bahasa secara formal akademik.
Beruntungnya, Fayza memang memiliki hobi menonton tayangan YouTube yang berisi pemaparan dan cerita berbahasa Inggris. Hal itu membantunya belajar lebih cepat.
Dukungan sekolah
Fayza mengaku keberhasilannya saat ini tidak bisa terjadi tanpa program khusus dari sekolahnya. Untuk bisa berkuliah di luar negeri pada jenjang S1, peran sekolah dalam mendampingi memang sangat dibutuhkan.
SMA Masa Depan memang memiki komitmen untuk mendukung siswanya meraih mimpi sesuai minat dan bakatnya. Kepala SMA Masa Depan, Luqman Fikri Amrullah mengatakan dukungan tidak terbatas pada coaching semata.
“Kami percaya, setiap siswa memiliki potensi masing-masing yang luar biasa. Mereka hanya perlu diarahkan, diberi kesempatan, dibina dan didampingi. Maka kami merancang berbagai program terstruktur sejak awal. Kami banyak melakukan outing untuk belajar dari sumbernya,” kata dia, melansir dari Kompas.
Pada April 2023 lalu, Ryura Assyifa Ramadhina siswa SMA Pradita Dirgantara juga menarik perhatian publik lantaran berhasil lolos ujian di 10 universitas top luar negeri. Seperti Fayza, sekolah Ryura juga menerapkan sejumlah program khusus.
Ryura mengaku berhasil karena melakukan persiapan panjang beserta program khusus dari sekolahnya. SMA Pradita Dirgantara ternyata memiliki program persiapan bagi mereka yang ingin kuliah di luar negeri.
Sejak masuk kelas 11, para siswa akan mengelompok sesuai minat studi di perguruan tinggi kelak. Mulai dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Luar Negeri (PTLN), sampai kedinasan.
Bagi mereka yang ingin masuk ke kampus luar negeri, ada guru khusus yang akan memberikan bimbingan. Mulai dari persiapan esai, wawancara, dan sejumlah langkah penting lain dalam proses seleksi PTLN.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Meratapi Tabungan Ratusan Juta dan Uang Pensiun akibat Tergiur Hunian Murah di Tanah Kas Desa
Cek berita dan artikel lainnya di Google News