Penis Kejepit Cincin dan Cerita-cerita dari Pemadam Kebakaran

damkar dari penis kejepit cincin

Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) kini tidak hanya berurusan dengan api. Namun, juga siap sedia membantu warga yang butuh pertolongan. Mulai dari hal yang gawat darurat hingga yang terdengar remeh seperti mengevakuasi tokek di kos cewek.

Mojok berbincang dengan para petugas yang sedang berjaga di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan  (Damkarmat) Kota Yogyakarta untuk menggali cerita menantang sekaligus unik saat bertugas. Mereka dengan senang hati berkisah, meski di tengah cerita, ada panggilan tugas memadamkan kebakaran yang tak bisa ditunda.

***

Suatu malam ada pesan masuk melalui nomor WhatsApp aduan Dinas Damkarmat Jogja. Pesan yang masuk sekitar sekitar pukul sepuluh malam itu berbunyi permohonan pertolongan. Pesan itu dikirim oleh seorang perempuan muda.

“Katanya ada tokek di kamar kosnya,” kata Okta Kusniawan (25), salah satu petugas Damkar Kota Jogja.

Pihak Pemadam Kebakaran lantas berusaha mengonfirmasi apakah tokek itu berusaha menyerang si perempuan. Sebab jika mengancam keselamatan, mereka harus segera meluncur memberikan pertolongan.

“Ternyata enggak. Tokek itu hanya menganggu suaranya,” ujar Okta geleng-geleng kepala.

Namun, malam itu, akhirnya Okta bersama satu regu Damkar meluncur menuju kos cewek itu. Mengevakuasi tokek yang dianggap meresahkan. Walaupun belum sampai tahap menganggu keselamatan jiwa.

Rabu (5/10) sore, Okta menjadi salah satu petugas yang menemui saya di Markas Damkarmat Kota Yogyakarta. Badannya tegap, rambutnya cepak, ia merupakan salah satu petugas termuda di sini. Selain terlihat sigap, ia juga banyak bercerita, kisah tokek tadi jadi salah satu pembukanya.

damkar pemadam kebakaran
Petugas Damkar Kota Yogya menerima laporan di ruang operator. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Saat saya datang, petugas sedang melakukan beragam aktivitas di markas. Ada yang mencuci motor, berkaraoke, hingga ngopi-ngopi santai. Okta bercerita kalau petugas Damkar memang kerap dianggap punya banyak waktu luang. Padahal tidak selalu demikian.

“Ketika nggak ada kebakaran orang mikirnya kita nganggur terus. Padahal sekarang itu banyak tugas untuk penyelamatan. Selain itu, ketika tidak ada panggilan kami juga sering latihan. Dulu banyak orang yang nggak tahu, sekarang sih, sudah mendingan,” curhatnya.

Memindah sarang tawon berujung ditodong pistol

Selain Okta, petugas lain yang turut membagikan ceritanya yakni Danu Triatmaja (43). Ia merupakan salah seorang petugas senior di Damkarmat Kota Yogyakarta. Merintis karir dari anggota, pernah menjadi komandan regu, hingga sekarang ditugaskan sebagai staf penyelamatan dan pemadaman. 

Sambil duduk santai di belakang kantor, Danu nostalgia saat ia menjadi komandan regu. Pernah suatu hari ia mendapat panggilan untuk mengevakuasi sarang tawon di sebuah perumahan. Sejatinya ni merupakan permohonan bantuan yang lumrah diterima Damkar.

“Tapi pas itu ada miskomunikasi,” ujarnya.

Pihak yang menelfon dan meminta bantuan adalah seorang satpam perumahan. Katanya ada sarang lebah besar di sebuah rumah. Pemiliknya minta untuk dibantu mengevakuasi.

“Sesampainya di sana, kami diarahkan ke rumahnya. Kata Pak Satpam penghuninya sedang pergi,” kenangnya.

Danu dan anggotanya dengan sigap menuju rumah tersebut. Memasang peralatan lalu menaiki rumah tersebut. Maklum, sarang tawon biasanya beradap di atap.

Namun, saat seorang anggotanya sudah kepalang naik, tiba-tiba dari rumah keluar seorang lelaki. Ternyata rumah ini tidak kosong. Lelaki itu marah dan menodongkan sebuah pistol. Tentu saja, Danu yang sedang mengawasi para rekannya kaget.

“Kami dikira maling,” ujarnya tertawa.

Danu memperkirakan bahwa lelaki itu adalah aparat sehingga punya senjata. Keributan itu lantas membuat satpam kompleks datang. Para petugas Damkar yang tadinya jadi sasaran kekesalan kini terselamatkan.

Potret petugas Dinas Damkarmat Kota Yogyakarta. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

“Akhirnya satpamnya yang kena marah. Memang, bapak itu sempat bilang kalau ingin dievakuasi sarang lebahnya. Tapi tidak hari ini,” katanya.

Para petugas pun disuruh kembali. Hari itu, niat awal untuk melaksanakan tugas malah berakhir sial bagi Danu dan timnya. Namun hal seperti ini memang sesekali terjadi.

“Kadang panggilan itu datangnya bukan langsung dari pemilik properti. Tapi orang lain seperti tetangga. Ini yang kadang repot,” terangnya.

Namun kejadian lucu itu berlanjut sehari berselang. Danu yang sedang piket mengangkat sebuah panggilan. Ternyata dari lelaki yang kemarin marah-marah. Hari itu, ia memohon bantuan terkait sarang lebah yang sebelumnya membuat petugas kena marah.

Sesampainya di tempat itu, situasi berubah, kini para petugas disambut ramah. Bahkan dijamu makanan. Hal yang berbalik 180 derajat dari hari sebelumnya.

Penis kejepit cincin

Bicara pengalaman unik, para petugas ini seperti punya stok cerita yang tak ada habisnya. Usai cerita tentang sarang tawon, Danu lanjut bercerita tentang kasus yang terjadi di Bantul beberapa bulan lalu. 

“Ada laki-laki yang kejepit cincin,” ujarnya tertawa.

Saya kira, cincin itu menjepit jari dan tidak bisa lepas. Tapi ternyata cincin itu nyangkut di penis. Hal yang membuat Danu geleng-geleng kepala saat menceritakannya.

“Entah iseng atau gimana, tapi itu betul-betul terjadi. Bukan kami yang menangani tapi Damkar Bantul,” tuturnya.

Mulanya laki-laki itu meminta bantuan di RS PKU Bantul. Namun oleh pihak rumah sakit, dipanggilkan Damkar lantaran alat untuk memotong cincin seperti itu dimiliki pihak mereka. Akhirnya pihak Damkar datang dan menyelamatkan lelaki itu.

Pemadaman kebakaran jadi tantangan berat

Hal-hal tadi merupakan kisah-kisah tentang tugas penyelamatan yang dilakukan regu Damkar. Selain penyelamatan, prioritas yang tidak bisa diganggu gugat yakni tugas untuk memadamkan kebakaran.

Beberapa kali, tugas penyelamatan seperti evakuasi lebah harus ditunda dahulu. Lantaran ada panggilan darurat untuk memadamkan kebakaran di waktu yang sama. Proses pemadaman api biasanya menyita lebih banyak personil ketimbang penyelamatan.

Damkarmat Jogja sendiri punya tiga peleton petugas. Setiap peleton terdiri dari empat regu yang masing-masing beranggotakan sekitar lima orang.

Danu bercerita bahwa proses pemadaman memang paling berisiko, melelahkan, dan terkadang menghadirkan trauma tersendiri di kalangan personil. Ia punya pengalaman yang tak pernah terlupakan hingga sekarang.

“Ada satu momen. Saat itu kebakaran di Jalan Kusumanegara. Sebuah rumah berlantai dua,” katanya.

Para petugas Damkar langsung bersiap menuju lokasi setelah mendapat laporan. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Kondisi api sudah tidak terkendali. Banyak bahan mudah terbakar di rumah itu. Beberapa bagian rumah sudah runtuh. Saat itu, seorang rekan yang tepat berada di depan Danu, tiba-tiba terperosok jatuh saat hendak naik ke bagian atas rumah.

“Dia posisi pegang ujung selang nozzle. Tangannnya kena kaca, pas di nadinya. Darah keluar banyak sekali,” kenangnya.

Dengan segera, Danu menarik selang bertekanan tinggi dari rekannya tersebut. Ujung selang memang sulit dikendalikan karena tekanan yang tinggi. Dan hal itu membahayakan tangan sang rekan yang terluka parah.

Beruntung, sang rekan masih bisa turun dari lantai dua meski api sudah menjalar hebat. Ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Hidayatullah. 

“Alhamdulillah sampai sekarang teman saya masih hidup. Tapi cacatnya masih ada. Saya sampai setiap lihat kebakaran itu trauma,” ujarnya pelan.

Selain momen itu, Danu juga berkisah tentang pengalaman memadamkan kebakaran di tengah demonstrasi besar. Api mungkin tidak terlalu besar, akan tetapi momen yang ia lewati cukup menegangkan.

Hal itu terjadi tahun 2020 lalu ketika terjadi demonstrasi besar di sekitar Gedung DPRD DIY. Kala itu, sebuah kafe di samping gedung mengalami kebakaran. Saat tim Damkar berusaha mendekati area, ada satu dua oknum demonstran yang melempari batu ke mobil pemadam.

“Damkar ini hanya untuk menolong bukan membubarkan massa demonstran,” ujarnya.

Namun tak berselang lama, ada beberapa demonstran yang membantu dan mengondisikan. Bahkan turut menolong proses pemadaman. Akhirnya proses pemadaman berjalan lancar. Ia merasa bahagia ketika tugas selesa dan pemadam disoraki bak pahlawan.

“Meski awalnya ada kendala. Itu momen berkesan. Kami disoraki meriah saat hendak pulang,” kenangnya bahagia.

Dilema diandalkan warga

Damkar memang dianggap dekat dan cepat merespons kondisi darurat di kalangan warga. Tak melulu masalah genting, sekarang beragam kondisi bisa meminta pertolongan para petugas ini.

“Bahkan roling door pagar rusak itu kami dipanggil. Harusnya dikasih oli itu kelar. Tapi kami berangkat juga,” ucap Danu.

“Sekarang memang apa-apa urusannya ke Damkar,” lanjutnya tertawa.

Sore itu saya juga sempat bertemu dengan Kepala Dinas Damkarmat Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat. Ia mengaku kalau Damkar dalam banyak aspek begitu diandalkan warga. 

“Pernah ada maling saja, telfon ke Damkar,” terangnya. Padahal jelas bahwa urusan tindak kriminal itu ranah pihak kepolisian.

Secara kelembagaan memang kini pemadam kebakaran sudah menyatu dengan tugas penyelamatan. Baik penyelamatan manusia, hewan peliharaan, hingga evakuasi hewan yang membahayakan.

Octo bercerita kalau Damkarmat akan selalu berupaya menjawab keluhan masyarakat yang masuk. Namun ketika permohonan bantuan itu ada di luar ranah mereka, pihak Damkarmat akan menghubungi dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

“Kami memberikan penjelasan bahwa ini merupakan kewenangan instansi tertentu. Tapi tetap mengawal kejadiannya.”

“Misalnya ada kabel listrik putus di jalan dan warga telfon ke kami. Maka kami selamatkan dulu. Kami pinggirkan kabelnya. Lalu berkoordinasi dengan PLN untuk proses penyelesaiannya,” terang Octo.

Damkarmat Kota Yogyakarta secara kelembagaan memang menjadi dinas khusus di bawah Pemerintah Kota. Hal itu berbeda dengan sejumlah daerah lain di DIY. Sleman misalnya, menurut Octo, Damkar berada di bawah Satpol PP. Kemudian di Provinsi DIY, Damkar berada di bawah naungan BPBD.

“Kalau tidak salah baru 104 daerah se-Indonesia  Dinas Damkar dan Penyelamatan yang berdiri jadi dinas sendiri,” terangnya.

Baginya, Damkar punya peran yang untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Seperti halnya TNI dan Polri yang dikenal memegang peran itu.

“Dari situlah ada semangat pantang pulang sebelum padam walau nyawa taruhannya,” ujarnya.

Mobil pemadam meninggalkan markas dengan sirine berbunyi kencang. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Menjadi petugas Damkar, buat Octo, utamanya harus memiliki mental kuat. Tidak takut dengan api, binatang, air, hingga ketinggian. Selain itu fisik harus prima karena tugas berat selalu menanti 24 jam dalam sehari.

Panca Dharma Damkar sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 2013 tahun 2014 secara jelas mengatur tugas dan fungsi pokok petugasnya. Ada lima tugas utamanya yakni pencegahan kebakaran, pemadaman kebakaran, penyelamatan (kebakaran dan non kebakaran, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Menjadi petugas Damkar memang dituntut untuk serba bisa segala hal terkait penyelamatan. Banyak proses belajar yang perlu dilakukan. Demi menjadi petugas yang bisa diandalkan masyarakat.

Usai memberikan beberapa penjelasan, Octo kemudian izin pamit pergi lantaran ada agenda lain. Saya kemudian lanjut berbincang berbagai hal bersama beberapa petugas yang masih terus berjaga di markas.

Di tengah perbincangan kami, tiba-tiba suara bel berbunyi. Okta dan Danu lantas berpandangan satu sama lain.

“Ada kebakaran,” kata Okta. Petugas muda ini langsung beranjak dari duduknya dan berlari menuju ruang ganti.

Danu yang kini tidak bertugas sebagai bagian operasional untuk turun ke lapangan lantas memberi tahu saya bahwa setiap kebakaran terdapat respons time. Waktu yang singkat ini harus segera dimaksimalkan para petugas untuk meminimalisir dampak kebakaran.

“Ada respons time. Dalam 15 menit, targetnya dari telfon sampai ke lokasi, sampai selesai,” terangnya.

Danu kemudian beranjak juga melihat proses persiapan. Saya mengikuti di belakangnya. Para petugas dengan cekatan sudah siap sedia berganti seragam khusus tugas pemadaman. 

Sirine mobil sudah berbunyi. Satu petugas naik ke mobil. Tak berselang lama dua mobil pemadam sudah melaju kencang. Menyisakan beberapa petugas saja yang berjaga di markas.

Selepas itu, saya duduk sambil menghela nafas setelah melihat hiruk pikuk yang dengan cepat berubah dari situasi santai ke darurat. Tiba-tiba telfon suara bel berbunyi. Tiga petugas kemudian menaiki mobil khusus penyelamatan.

Samar-samar saya dengar obrolan kalau ada permintaan evakuasi ular dari rumah warga. Mobil itu pun melenggang meninggalkan markas. Begitulah, situasi cepat berubah bagi para pemadam. 

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Rica-rica Pak Giyatno Jombor, Pedasnya Jadi Penawar Mabuk Orang dari Klub Malam

Exit mobile version