Berawal dari Jualan Sayur di Sleman, Alumnus UNY Dapat Kesempatan Belajar di Harvard hingga Selandia Baru Gratis

Ilustrasi ikut pelatihan di Harvard (Mojok.co)

Janu Muhammad, alumnus UNY yang empat tahun terakhir menggeluti usaha jual beli sayur di Sleman berkesempatan belajar di berbagai kampus ternama dunia. Kesempatan itu, salah satunya datang berkat misi besar di balik berjualan sayuran.

Alumnus Program Studi Pendidikan Geografi UNY 2015 ini menjadi satu dari 30 pemuda di Asia Tenggara dan China yang lolos program Equity Initiative Fellowship 2024. Program yang berlangsung sekitar satu tahun ini membawanya belajar di berbagai negara.

Terakhir, ia baru saja dari Harvard dan Masshacusetts Institute of Technology, yang termasuk deretan kampus terbaik di Amerika Serikat. Beberapa isu yang ia dalami di sana berkaitan kemiskinan yang sejalan dengan isu besar tema Equity Initiative Fellowship 2024 yakni keadilan dan kesetaraan dalam akses kesehatan.

“Sebelum ke Amerika, sepanjang tahun ini saya sudah ke Selandia Baru dan Vietnam untuk belajar topik terkait. Setelah dari Amerika ini, rencana juga akan ke Filipina hingga Malaysia,” terang Janu saat Mojok wawancarai Jumat (5/7/2024).

Tidak disangka, alumnus UNY yang menamatkan S2 di University of Birhimingham ini, bisa mengikuti program tersebut berkat usaha jual beli dan budidaya sayur yang ia lakukan di Sleman. Bisnis itu ia rintis sejak 2020 silam.

“Jadi dalam usaha Sayur Sleman itu selain untuk menyediakan sayur maupun buah bergizi, juga ingin punya andil  dalam menciptakan ketahanan pangan dan regenerasi petani muda. Itu salah satu yang jadi modal saya membuat paper untuk lolos program ini,” ungkapnya.

Alumnus UNY merintis bisnis “Sayur Sleman” sepulang dari Inggris

Bisnis Sayur Sleman, Janu rintis sepulang S2 di Inggris. Ia memang lahir dari kedua orang tua bernama Ngadiyo dan Lasiyem yang berlatarbelakang pedagang sayur di pasar.

Sepulang ke Indonesia, Janu merasasakan kegelisahan lantaran dagangan orang tuanya yang sepi. Padahal, ia menyadari bahwa sayur merupakan kebutuhan primer masyarakat. Sehingga sebenarnya punya potensi yang besar. Sayangnya, ia melihat banyak anak muda yang belum mengembangkan sektor tersebut.

“Pangan adalah kebutuhan tiap hari sehingga pasti selalu ada permintaan,” ungkap alumnus UNY ini.

Baca halaman selanjutnya…

Bergerak ajak generasi muda agar terus mau bertani

sosok janu alumnus UNY asal Sleman.MOJOK.CO
Sosok Janu saat berada di Amerika Serikat (Dok. Narasumber)

Sejak kecil ia memang terbiasa melihat kedua orang tua yang berdagang sayur sekaligus bertani di kebun. Sehingga, keinginannya untuk mengembangkan sektor sayur semakin kuat. Namun, ia ingin menjualnya dengan inovasi baru.

Hingga akhirnya, pada Mei 2020 ia mulai memasarkan sayur, buah, dan lauk melalui platform @sayursleman.id di Instagram dan WhatsApp. Ia ditemani sang istri selama merintis bisnis ini.

Usahanya perlahan berkembang. Pelanggan pertama memang datang dari tetangga kampung yang mendapat informasi dari media sosial.

Tidak sekadar usaha

Lewat usahanya, Janu tidak sekadar menjual produk. Alumnus UNY ini juga memberi perhatian kepada aspek sosial.

Pada masanya, Sayur Sleman menggalakkan program berbagi dengan menyalurkan sedekah dari para donatur ke masyarakat kurang mampu. Selain itu, Janu juga menggarap program Sayur Sleman Bertani. Program ini memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi masyarakat.

“Kalau sekarang kami sedang fokus mengembangkan produk-produk hidroponik untuk menyediakan sayur dan buah minim pestisida,” terangnya.

Area kebun hidroponik tersebut juga dikonsep sebagai open farm. Sehingga, masyarakat belajar di wahana agro eduwisata tersebut.

Program lain yang sedang digencarkan adalah Sayur Sleman Academy. Merekrut dan memberikan berbagai pelatihan sebagai langkah untuk menciptakan lebih banyak petani muda. Hal ini yang sejak awal memang menjadi salah satu mimpi sang alumnus UNY.

Aspek-aspek yang dijalankan Sayur Sleman inilah yang menginspirasi Janu untuk mendaftar Equity Initiative Fellowship yang didanai penuh oleh China Medical Board dan Atlantic Philanthropies. Sebuah program yang ia ketahui sejak 2021 silam.

“Dulu tahu dari senior-senior tentang program ini. Profil-profil yang lolos sangat menginspirasi. Seleksinya ketat juga. Alhamdulillah, akhirnya dari mimpi tahun ini bisa jadi salah satu bagiannya,” pungkas alumnus UNY ini.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Cerita Janu, Alumnus UNY yang Jualan Sayur di Sleman Usai S2 di Inggris

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version