Jualan Pentol hingga Jadi Kasir Alfamart karena Ditinggal Orang Tua, Lulus S2 UMS sampai Kuliah S3 di UM Malang

Ilustrasi kasir Alfamart bisa kuliah hingga S3 (Ega/Mojok.co)

Hidup sebatang kara karena ditinggal orang tua sejak balita, sempat kerja jadi kasir Alfamart hingga jualan pentol, Alberta Adinata bisa mendobrak batas. Bisa sarjana, lulus kuliah S2 UMS Solo, hingga kini ia sedang berjuang menempuh studi S3 di UM Malang.

Berta (26), sapaan akrabnya, kini mengenang perjalanan hidupnya sambil tertawa. Perjuangannya masih panjang. Namun, sebagian fase berat berhasil ia lalui selepas sarjana dan lulus kuliah S2. Padahal, dulunya untuk sarjana pun agak tak terbayang di benaknya.

“Jadi, selepas orang tua pergi aku tinggal sama nenek, kadang sama budeku,” kata lelaki asal Ngawi ini kepada Mojok Selasa (5/3/2024).

Ia merupakan anak tunggal. Selepas kedua orang tuanya bercerai, baik bapak dan ibunya masing-masing menikah lagi. Sebagai anak, Berta tentu ingin ikut bersama salah satu di antaranya. Namun, ia merasa tak dianggap lagi.

“Orang tua seperti nggak menerima. Jadi sebenarnya, rasanya seperti yatim piatu sejak kecil,” tuturnya.

Hingga SMP, ia tinggal bersama neneknya. Lalu meneruskan pendidikan di SMK Trisakti Ngawi sejak 2013. Di sana, Berta mengaku sering tidur di salah satu ruang sambil membantu bersih-bersih di sekolah.

Tak punya orang tua yang bisa jadi sandaran ekonomi, akhirnya ia memutuskan untuk bekerja jadi pegawai angkringan. Selepas pulang sekolah hingga tengah malam. Demi dapat uang saku dan memenuhi kebutuhan sekolahnya.

Namun, usahanya tidak berhenti di situ. Sebelum merasakan jadi kasir Alfamart, di masa SMK ia sudah menjajal berbagai pekerjaan. Selain bersih-bersih di sekolah, jadi karyawan angkringan, ia pernah juga menjajal jadi loper susu sapi.

kasir alfamart jadi sarjana dan kuliah S2 di UMS Solo hingga S3.MOJOK.CO
Sosok Alberta saat wisuda S2 di UMS (Dok. Alberta)

Keuntungannya sebagian ia sisihkan untuk modal usaha. Sampai akhirnya, pada 2016 jelang kelulusan sekolah ia sempat usaha berjualan pentol. Dagangan yang sempat membantunya bertahan hidup sebelum bisa kuliah.

“Aku gap year dua tahun. Baru bisa kuliah 2018. Habis jualan pentol sempat kerja di jadi pramusaji termasuk kasir Alfamart,” kenangnya.

Dari kasir Alfamart hingga penjual es demi modali kuliah

Selepas jualan pentol, Berta merasa perlu punya pendapatan yang agak tetap. Ia pun akhirnya mencoba mendaftar kerja di Alfamart sebagai pramusaji yang tugasnya menata barang hingga jadi kasir.

Selama jadi kasir Alfamart, ia merasakan getir kehidupan. Sering makan sekali sehari, lupa meretur barang expired sehingga harus mengganti uang, hingga berbagai tantangan lainnya.

“Hidup di masa jualan pentol sama kerja kasir Alfamart itu menantang. Sering makan sekali, kebawa jadi maag sampai sekarang,” ceritanya.

Sekitar setahun menjadi kasir Alfamart, akhirnya Berta memutuskan untuk kembali membuka usaha. Sesuatu yang sepertinya sudah jadi passion dalam dirinya. Namun, kali ini usahanya perlu modal agak besar. Jumlahnya hingga sekitar Rp10 juta.

“Umur 19 mau pinjam duit segitu sama saudara nggak dipercaya. Akhirnya, aku jual motor Honda BeAT hasil nabung, demi buka usaha,” terangnya.

Usaha minuman yang ia beri nama Ahola akhirnya buka. Hampir 5 bulan ia mengaku dagangannnya sepi. Namun, ia coba segala cara untuk promosi sampai akhirnya di bulan keenam, mulai banyak pelanggan.

Hasil jualan itulah yang jadi modal untuk kuliah S1 Manajemen di Universitas Muhammadiyah Ponogoro (UMPO) pada 2018 silam. Beruntungnya lagi, pada semester 2 ia dapat bantuan dana beasiswa sekitar Rp3 juta per semester hingga semester 8. Hal yang membuat napasnya terasa lebih ringan.

Baca halaman selanjutnya…

Ingin raih doktor, jadi dosen, dan bantu mahasiswa dengan keterbatasan 

Perjuangan hingga S3 di UM Malang demi jadi dosen

Kesempatan untuk kuliah ia manfaatkan dengan sungguh-sungguh. Pekerjaannya berjualan es juga masih terus berjalan demi bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Belum lagi, pada semester akhir ia banyak membantu berbagai penelitian dosen. Meski kuliah sambil bekerja dan berbagai aktivitas lainnya, nyatanya Berta tetap bisa lulus tepat waktu jadi sarjana pada 2022.

Aktivitasnya melakukan penelitian bersama dosen, jadi salah satu alasannya terdorong untuk melanjutkan gelar sarjana dengan kuliah S2 secara linier di bidang yang sama. “Ada dosen yang benar-benar jadi mentorku. Beliau menyarankan agar lanjut S2,” katanya.

Biaya tentu jadi kendala. Namun, keberuntungan kembali mendatangi Berta. Ia berhasil lolos beasiswa S2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kesempatan itu tak mau ia sia-siakan.

“Bisa dibilang, dosen yang jadi mentorku itu benar-benar berpengaruh besar dalam studiku. Saat S1 dia datang wisudaku karena memang aku nggak ada yang menemani, saat S2 di UMS juga datang,” kenangnya.

Berta lulus kuliah S2 di UMS hanya dalam waktu 1 tahun 1 bulan. Tak mau berlama-lama, ia langsung mencari peluang studi S3. Mengingat biaya studi doktoral yang perlu biaya hingga puluhan juta, ia mencari kampus yang relatif terjangkau. Sampai akhirnya pilihannya jatuh ke UM Malang.

Berta baru lolos seleksi S3 UM Malang pada awal 2024 silam. Perjalanannya hingga bisa menyandang gelar doktor masih panjang. Namun, lelaki yang pernah bekerja sebagai penjual pentol hingga kasir Alfamart ini tak patah arang.

Sejak kuliah, mimpinya memang ingin menjadi dosen. Berta punya tekad untuk bisa berbagi ilmu kepada para mahasiswa. Selain itu, juga memberi semangat bagi mereka yang terkendala studinya.

“Apa yang aku lalui, aku harap bisa jadi pelecut bagi teman-teman mahasiswa yang punya kendala ekonomi,” katanya.

Tak heran, jika lewat akun TikTok dan Instagram miliknya, mantan kasir Alfamart ini kerap menerima curhatan mahasiswa yang mengalami kendala dalam perkuliahan. Ia terbuka untuk mendengar dan mencoba memberi solusi kepada mereka yang membutuhkan. Sebab, pernah merasakan sendiri getirnya perjuangan demi bisa kuliah tanpa kehadiran kedua orang tua.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Semester 14 tapi Skripsi Baru Dua Lembar, Mahasiswa ITS Terakhir di Angkatan Tolak Menyerah Demi Orang Tua

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version