Asal Usul Nama Gedung Setan di Surabaya yang Nggak Banyak Orang Tahu

Ilustrasi Asal Usul Nama Gedung Setan di Surabaya yang Nggak Banyak Orang Tahu. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Gedung Setan jadi salah satu ikon bangunan tua di Surabaya. Meski ada banyak kejadian mistis, asal usul penamaan gedung ini tidak ada hubungannya dengan hal tersebut.

***

Siapapun yang hidup atau sedang berkunjung ke Surabaya dan melintasi fly over Pasar Kembang lalu menoleh arak kiri (jika menuju ke arah Kedungdoro), maka akan melihat sebuah bangunan besar tua yang tampak angker. Bangunan itu masyhur dikenal dengan nama Gedung Setan. 

Minggu lalu 12 Februari 2023, Saya dan seorang teman (Andre) menyempatkan diri mengunjungi tempat ini untuk mengobati rasa penasaran yang tak henti menghantui setiap melihat bangunan ini.

Lokasi Gedung Setan terletak di Jalan Banyu Urip Wetan 1A Nomor 107, Surabaya. Akses menuju gedung ini terbilang gampang-gampang angel karena letaknya di tengah-tengah perkampungan dengan gang-gang kecil ‘khas’ Surabaya. 

Apalagi saya mengunjunginya saat pagi yang bertepatan dengan keberadaan pasar di depan pintu masuknya, sehingga kian kesulitan mencari tempat parkir kendaraan. Akhirnya saya memarkir sepeda motor di atas jembatan kecil yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk gedung.

‘Jembatan’ yang menghubungkan rasa penasaran saya menuju kejelasan adalah Pak Herman (73). Ia salah satu satu di antara penghuni Gedung Setan dan termasuk sesepuh di gedung ini karena telah tinggal di sini selama 50 tahunan. Pak Herman sendiri memiliki darah Tionghoa, karena nama aslinya adalah Peng Ho. 

Gedung Setan dari Fly Over Pasar Kembang. MOJOK.CO
Gedung Setan dari Fly Over Pasar Kembang pada 12 Februari 2023. (Akhmad Idris/Mojok.co)

Karena cerita Pak Herman inilah rasa penasaran saya terobati. Meski banyak kejadian mistis di tempat ini, ternyata penamaan Gedung Setan bukan karena kejadian-kejadian yang di luar akal dan logika. Gedung ini juga menjadi bukti solidaritas masyarakat Tionghoa.

Asal-usul penamaan Gedung Setan di tahun 1965

“Awalnya gedung ini milik orang Belanda, Mas. Lalu dibeli oleh orang Cina,” ungkap Pak Herman. Lebih jelasnya, Pak Herman menceritakan bahwa pemilik awal gedung ini merupakan bekas pemimpin sipil VOC di wilayah Jawa Timur, J.A Riddle Von Middelkop. 

VOC sendiri bubar tahun 1799 karena bangkrut, sedangkan gedung tersebut mulai pembangunan pada tahun 1809 dan selesai di tahun 1815. Sekitar tahun 1945-an, seorang dokter berdarah Tionghoa, Teng Khoen Gwan membelinya.

“Setelah membeli, pemiliknya meminta seseorang yang bernama Pak Joyo untuk menjaga gedung ini,” tutur Pak Herman. Ia lalu menambahkan bahwa pada masa G30S PKI, ada kabar bahwa akan ada orang-orang yang akan menyerang gedung ini. Oleh sebab itu, Pak Joyo dengan beberapa tentara bersiap untuk melakukan pengamanan. 

“Agar semakin aman, Pak Joyo menyebar kabar bahwa di gedung ini akeh setan e,” imbuhnya. Sejak saat itulah, masyarakat mengenal bangunan ini dengan nama Gedung Setan.

Berdasarkan kisah Pak Herman, penamaan Gedung Setan pada dasarnya bukan karena keberadaan banyak setan, tetapi tercipta untuk ‘menakut-nakuti’ siapapun yang berencana melakukan penyerangan. 

Pak Herman juga menambahkan bahwa orang-orang dulu sangat takut dengan embel-embel genderuwo. Berbeda dengan orang-orang zaman sekarang yang mulai meninggalkan mistikisme.

Dari kantor menjadi tempat penampungan keturunan Tionghoa

“Dulu sekitar tahun 1948, terjadi banyak kerusuhan di beberapa daerah. Akibatnya, banyak orang-orang Tionghoa yang hendak dibantai. Mereka akhirnya melarikan diri ke Surabaya karena di Surabaya terdapat persatuan orang Tionghoa. Tempat inilah yang menampung mereka,” ucap Pak Herman dengan sedikit berkaca-kaca.

Pintu Masuk Gedung Setan. (Akhmad Idris/Mojok.co)

Menurut kisah Pak Herman, awalnya penghuni gedung ini sekitar 30 KK dan kini sudah mencapai 50 KK. Seluruh penghuninya memang memiliki darah Tionghoa, meskipun telah terjadi perkawinan silang dengan orang Jawa dan Madura. Keberadaan gedung ini juga menjadi bukti solidaritas tingkat tinggi masyarakat Tionghoa kepada sesamanya untuk saling peduli dan melindungi.

Kini Gedung Setan telah berusia ratusan tahun dan banyak bagian-bagian gedung yang sudah terlihat rapuh. “Gedung ini termasuk cagar budaya kelas B, Mas. Jadi tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Berbeda dengan bangunan cagar budaya kelas A,” tutur Pak Herman. 

Mulai banyak bagian bangunan terancam roboh sewaktu-waktu, tapi ada beberapa donatur yang siap membantu menjaga kelestarian Gedung Setan sebagai tempat tinggal cum bangunan cagar budaya. Bagi seluruh penghuni, maupun orang-orang yang pernah tinggal di tempat itu, gedung ini lebih dari sekadar tempat tinggal. Gedung Setan adalah saksi bisu persatuan masyarakat Tionghoa yang juga sangat mencintai bumi pertiwi.

Sisi mistis dan rencana sebagai transit jenazah

“Sebenarnya pemilik gedung ini berniat menjadikannya sebagai tempat transit jenazah sebelum dimakamkan,” cerita Pak Herman. Hal ini cukup masuk akal, karena sebelum menjadi pemukiman warga seperti saat ini, tanah di sekitar gedung adalah bekas kuburan Cina yang menyambung ke area pemakaman bong Kembang Kuning menurut Pak Herman.

Letak geografis ini juga yang mendukung gedung ini dikenal sangat angker, karena konon beberapa rumah yang berdiri di tempat ini menempati makam yang jenazahnya belum diambil. Tak heran jika di gedung ini juga kerap terjadi hal-hal gaib di luar nalar. 

Gedung Setan dari jalan Raya. (Akhmad Idris/Mojok.Co)

Sebut saja bayangan putih yang sering berseliweran di area gedung. Bahkan ada orang yang sampai nggelundung saat melintasi tangga hendak ke lantai dua. “Seperti ada yang mbegal saat menaiki tangga. Mungkin tidak sengaja menginjak atau apa gitu ya,” ungkap Pak Herman tertawa.

Di balik kemegahannya, Gedung Setan menyimpan banyak kisah mengharukan yang jauh lebih dominan daripada penamaan mistis yang melabelinya: tentang perjuangan dan persatuan masyarakat Tionghoa.

Penulis: Akhmad Idris
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet dan reportase menarik lainnya di kanal Liputan.

 

Exit mobile version