Belakangan, selama Bulan Ramadan, lomba balap lari jalanan kembali ramai di beberapa daerah. Dari Jakarta sampai Samarinda, semua bergembira. Namun tetap saja, selalu ada sisi gelap dari oknum yang memanfaatkan agenda lomba balap lari ini.
***
Awalnya saya tersenyum, lantas senyum itu menjadi tawa. Sebab senyum saya adalah sebuah postingan di TikTok yang menampilkan dua orang sedang lomba balap lari dengan vibes lomba balapan motor liar. Riuh tepuk tangan, sorak-sorai penonton, dan ketegangan yang serupa. Sedang tawa saya membuncah ketika mampir ke beberapa story Instagram dan menemukan beberapa peserta lomba lari yang sedang mencari lawan.
Salah satu story Instagram tersebut tulisannya begini, “Cari lawan buat malam ini aja. 100m daerah Pulomas. Spek: Jantung geter dikit, betis Sonic Saber, paha dynamo kilikan 4WD, paru-paru bore-up diameter piston tambahan.” Ketika membaca spek pelari, saya tertawa ngakak. Dari woro-woro yang bersifat guyon ini, ternyata terselip sebuah agenda yang serius, yakni lomba balap lari jalanan.
Muhammad Farhan begitu antusias ketika ditanya tentang lomba balap lari yang belakangan ia ikuti. “Aku taunya dari Jakarta Keras, terus ngajak teman. Ikut, deh,” katanya. Ia lantas ikut lomba balap lari jalanan di daerah Joglo Raya, Kembangan, Jakarta Barat. Videonya yang sedang selebrasi tersebar sampai beberapa akun Instagram.
Laki-laki yang memiliki nama panggung “Zombie” ini mengaku bahwa kegiatan tersebut positif. Ia juga mengatakan bahwa memiliki bakat untuk lari. Ketika ditanya apakah ia ikut naungan bos dan dicarikan lawan oleh bos, Farhan tidak ikut naungan bos manapun di dunia balap lari jalanan area Jakarta Barat.
Nampaknya, Farhan tidak sendiri. Masih banyak pelari amatir yang menjadikan lomba balap lari jalanan sebagai kesenangan dan hobi semata. Namun di mata beberapa orang lainnya, lomba balap jalanan lari beralih fungsi menjadi ladang cuan yang menggiurkan. Lantas, apa arti istilah bos yang telah disinggung di atas? Nampaknya, itu adalah salah satu kepingan fragmen sisi gelap dari lomba balap jenis ini.
Dari judi sampai kucing-kucingan dengan polisi
Dalam pesan di media sosial, Nando* terus memastikan, bahwa saya bukan dari pihak kepolisian. Ia juga minta bahwa saya jangan sampai membocorkan apa yang akan ia informasikan kepada beberapa komunitas. Setelah menerima uang pelicin untuk diwawancara, ia bersedia.
Saya yang domisili Jogja menghubungi Nando di Jakarta via telepon. “Balap lari ini adalah bisnis yang menggiurkan,” katanya sebagai permulaan. Dari cara Nando bernegosiasi untuk diwawancara, sampai gaya dia mempertahankan beberapa jawabannya, saya paham ia memang ahli dalam bidang bertaruh dan berjudi.
Menurut keterangan Nando, postingan di media sosial yang menampilkan spek para pelari, itu adalah gambaran kecil lomba balap lari. Kata Nando, mereka hanyalah para pelari baru yang belum punya bos yang menaungi. Bos, dalam dunia lomba balap lari itu seperti sebuah agensi. Dan Nando adalah salah satu dari sekian banyak bos lomba balap lari di Jakarta.
“Bos ini menaikan nama (mengorbitkan nama pelari baru) para pelari. Bos juga mencari bakat para pelari,” katanya.
Peran bos di sini mengacu kepada orang yang bertugas memberikan pendanaan kepada joki. Sedangkan arti kata joki adalah orang yang bertugas sebagai pelari. Sebagai bos, Nando bertugas mencari joki-joki jagoan yang akan dipertandingkan dengan joki milik bos lain. Menurut keterangannya, di daerahnya bos balap lari sudah banyak. Mereka punya joki-joki andalan.
Cara kerja bos adalah saling menghubungi di balik layar, negosiasi apa yang dipertaruhkan, untung rugi diselenggarakannya acara, dan memasukan klasifikasi joki-joki mereka yang akan dipertandingkan. Mulai dari jarak 100 meter atau 500 meter, berat badan, tinggi badan, dan aturan yang disetujui belakangan oleh kedua belah pihak. Dari sini, keahlian bos dalam negosiasi dan judi dipertaruhkan.
Setelahnya, mereka menghubungi beberapa akun yang bertugas menyebarkan acara lari. Lantas, beberapa pelari baru yang tidak punya bos banyak yang mendaftar. Di balik senang-senang mereka, ada agenda para bos yang terselubung untuk berjudi. Tidak menutup kemungkinan peserta yang lain juga berjudi, namun hanya judi kecil-kecilan.
Solikin (16)* adalah joki andalan Nando. Dalam dua minggu atau selama bulan puasa ini, total ia sudah memainkan delapan laga tanpa menelan satu kekalahan pun. Dalam sebulan, biasanya ia bisa mendapatkan Rp1 juta dari lomba balap lari jalanan. “Kadang buat asik-asikan, kadang buat cari tambah-tambah uang sekolah,” jelasnya ketika dihubungi via WhatsApp.
Solikin sendiri tidak pernah bercerita kepada kawannya yang juga sesama pelari. Alasannya, bisnis ini cukup rahasia. “Temen gua (juga sesama pelari) enggak tau kalau gua joki andalan salah satu bos. Mereka pure buat seru-seruan. Jadi kalau balap lari diliat (sebagai hal) negatif mulu, kayaknya enggak deh, Bang,” tambahnya, “Masih ada yang (jadikan lomba balap lari ini) buat seru-seruan.”
Nando berkata bahwa masih banyak komunitas atau perkumpulan yang tidak tersentuh bos. “Mereka ngisi waktu,” katanya ketika ditanya alasan kenapa ia tidak menawari jasa menjadi bos di komunitas tersebut.
Bahkan, ada beberapa perkumpulan yang hanya mempertaruhkan botol air minum. “Yang kalah bayarin dua botol air mineral. Satu buat dia (pelari yang kalah), satunya buat yang menang.” Dari kesimpulan Nando, dalam kacamatanya, komunitas seperti itu tidak bisa dicari untung.
Awal mula Nando menjadi bos bermula kepada keisengannya belaka. Iseng mengadakan lomba lari di antara tongkrongannya, mengelola taruhan dalam lingkup kecil, banyak yang nonton, Nando menjadi tergiur. Ia melebarkan sayap ke antar tongkrongan. Sekarang, Nando memegang salah satu daerah di Jakarta.
Ketika ditanya apakah pernah berhubungan dengan polisi, Nando menjawab pernah. Namun, polisi tidak menyentuh bisnis judi Nando yang bisa dikatakan illegal itu. Polisi hanya menertibkan kerumunan yang ditimbulkan dari lomba balap lari yang mereka selenggarakan. Karena pada saat itu, Jakarta masih ketat memberlakukan PPKM berlevel.
Judi yang dilakukan Nando bisa dikatakan benar-benar tertutup. Alurnya begini; dua bos setelah deal dengan berbagai ketentuan joki yang dipertaruhkan, maka akan mengagendakan kapan dan di mana lomba berlangsung. Dalam satu lomba akan ada sepuluh sampai lima belas lomba lari. Misalnya dari sepuluh laga, hanya ada satu sampai dua laga yang menjadi pertaruhan dua bos penyelenggara.
“Kalau ada yang judi (penonton lain) selama lomba, gua enggak tahu. Judi di tempat, paling untungnya dikit,” kata Nando. Judi di tempat, keuntungan maksimal hanya Rp 100 ribu atau malah hanya satu bungkus rokok. Sedangkan bisnis bos, perputaran uang dilakukan setelah lomba selesai. Kata Nando, hal ini meminimalisasi adanya sidak dari pihak kepolisian.
Hitung-hitungan keuntungan per pelari bisa sampai lima ratus hingga jutaan. Joki-joki atau pelari yang menang, akan mendapatkan 60% sedangkan joki 40%. Bagaimana jika joki Nando kalah? Jawabannya cukup membuat saya kesal, “Kayaknya enggak mungkin kalah, deh.” Kalau pun kalah, Nando tetap memberi beberapa puluh ribu untuk jokinya.
Kepercayaan yang diberikan Nando kepada joki-jokinya bukan tak berdasar. Nando begitu lihai memperkirakan bakat-bakat mana yang memiliki potensi untuk menang lebih besar. “Dari kaki, berat tubuh, dan pengalaman,” katanya, begitu ulung. Judi, bagi Nando bukan hanya sekadar tebak-tebakan. “Gua memperkecil kemungkinan rugi, itu adalah judi,” katanya.
Solikin memandang lomba balap lari masih sebagai hal positif. “Untuk menyalurkan hobi dan gabut, Bang,” katanya. Solikin juga tidak mengerti bahwa ketika ia “disabung” oleh bosnya, bisa saja kena pasal tindak pidana. Dengan polos, Solikin hanya melihat hal ini sebagai alih fungsi kebosanan. Sedang Nando berbeda, lomba balap lari tetaplah harus cuan.
Lantas, bagaimana dengan aturan perihal penggunaan jalan raya? Dilansir dari Kompas.com, pada 2020 silam ketika lomba balap lari mulai muncul, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Sambodo Purnomo Yogo menegaskan ada sanksi pidana. Yakni Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Namun satu sisi, banyak yang menilai hal ini terlalu berlebihan. Alih-alih memberikan ancaman, ada baiknya para pelari ini diberikan ruang untuk menyalurkan hobi mereka. Karena dalam lomba lari jalanan, tidak hanya diisi oleh orang-orang berotak cuan seperti Nando saja.
Menjadi manfaat di tangan yang tepat
Kenapa tongkrongan mereka tidak ikut agenda kompetitif game online saja? Jawaban Ashari menarik, yakni di daerahnya game online tidak terasa asik. Ashari yang merupakan pelari dari Depok ini mengatakan game online terkesan ekslusif dan tertutup, sedang lomba balap lari ini ruangnya lebih terbuka. Alasan kedua membuat kami tertawa bersama dalam sambungan telfon, “Ponsel saya kentang, Mas. Nggak bisa main game online.”
Ashari menjelaskan rules of the game dari lomba balap lari. Yang paling diutamakan adalah kesetaraan. Mulai dari bobot tubuh, usia, dan kesadaran. Apa yang dimaksud kesadaran? Ashari mencontohkan ketika ia mau lomba balap lari pakai sepatu, namun ketika lawan memutuskan untuk nyeker, ia kemudian membuka sepatunya. Asalannya, biar kalau menang tidak dipermasalahkan.
Laki-laki yang merupakan mahasiswa universitas ternama di Depok ini mengatakan bahwa ia hanya senang-senang. “Kalah yaudah, palingan jadi bahan cengan satu tongkrongan doang.”
Keasyikan itu tidak hanya dirasakan oleh Ashari seorang, melainkan Muhammad Arrofi, salah satu jagoan balap lari jalanan di Cinere, Jakarta Selatan. Rekor Arrofi cukup bikin geleng-geleng. Di bulan ini, ia sudah memainkan sembilan laga. “Menang 8 kali, satu kali kalah sama anak Pondok Cabe.” Tersimpan kesal dalam jawabannya.
Sebelum saya menghubungi Arrofi, saya terlebih dahulu bertukar pesan dengan beberapa akun lomba balap lari jalanan. Salah satunya adalah @info.balaplaridepok. “Dari yang awalnya iseng-iseng, menjadi ramai seperti sekarang,” begitu kata mereka ketika saya hubungi.
Akun tersebut menjadi wadah para pelari mempertunjukan spek-nya. Mulai dari spek-spek ghoib dan lucu-lucuan, sampai yang serius, di-repost oleh akun tersebut untuk mempertemukan dengan lawan yang sepadan. Tidak ada perantara bos di sini.
Ketika ditanya siapa yang paling jago untuk saya hubungi dan wawancarai, admin @info.balaplaridepok memberi kontak Arrofi. Laki-laki yang masih duduk di bangku SMA ini menceritakan hobinya berlari. “Waktu SMP, saya ikut O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) balap lari,” kenangnya. Jadilah ia melampiaskan hobinya dengan ikut lomba balap lari jalanan.
Orangtua dari Arrofi pun tahu sebab apa ia pulang larut malam—atau bahkan pagi menjelang sahur. Ia bercerita kepada orangtua dan mereka mendukung. Ketika ditanya apakah tidak ada keinginan masuk olahraga balap lari yang resmi agar kemampuannya terasah, Arrofi jelas ingin, namun tidak semudah itu. “Saya ingin menjadi salah satunya (atlet balap lari profesional),” katanya.
Gairah lomba balap lari jalanan tidak hanya ada di Pulau Jawa. Samarinda ketika menjelang larut (16/04/2022) begitu riuh. Lautan manusia memadati Jalan Tongkol, jalanan yang notabene memang dekat dengan laut. Di daerah Samarinda Ilir, beberapa orang menunggu lomba lari jalanan antara Abdul Giaz dan Ar Sakha.
Abdul Giaz keluar sebagai pemenang. Lomba yang dikelola oleh @speedrun.samarinda berjalan dengan meriah. Dihubungi via Instagram, influencer Samarinda ini menegaskan bahwa niatnya hanya satu, menghibur warga Samarinda dan penggemar lomba balap lari jalanan di seluruh Indonesia. “Bisa mengalihkan muda-mudi sini dari balapan motor liar selama bulan Ramadan karena berbahaya,” tegasnya.
Abdul ikut lomba balap lari jalanan ini setelah diajak oleh akun @speedrun.samarinda. Bahkan, dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Diego Michiels, mantan pemain Timnas Indonesia. Membaur bersama lautan manusia, ia berteriak untuk menyemangati kawannya itu. Kata Abdul Giaz, “Saya yang ngajak Diego. Awalnya mau main bareng, langsung aja aku ajak ke lokasi speedrun.”
*) Bukan nama sebenarnya untuk melindungi privasi narasumber
Reporter: Gusti Aditya
Editor: Purnawan Setyo Adi