Wisata Surabaya Terlalu Garing dan Nggak Asyik, Meski Memoles Diri Kayak Jogja Tetap Aja Nggak Menarik

Ilustrasi - Wisata Surabaya tak menarik bagi orang luar. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Surabaya di era Eri Cahyadi memang terkesan memoles diri sebagai kota pariwisata. Terbukti dengan adanya proyek-proyek wisata baik yang baru maupun revitalisasi. Salah satunya adalah revitalisasi Kota Tua Surabaya di sekitar Taman Sejarah dan Jembatan Merah yang wacananya akan rampung di penghujung Mei 2024 ini. Surabaya seperti hendak bersaing dengan kota-kota wisata lain seperti Jogja.

Meski begitu, bagi beberapa orang luar Surabaya dan bahkan orang Surabaya sendiri, wisata Surabaya tak terlalu menarik. Di mata mereka wisata Surabaya terkesan gitu-gitu aja, sehingga tak cocok untuk study tour.

***

Jelang masa libur sekolah Juni 2024, sekolah-sekolah di Surabaya dari SD hingga SMP harus bersiap dengan edaran yang akan dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya. Edaran tersebut di satu sisi tentu akan membuat beberapa pihak sekolah hanya bisa berdecak kecewa.

Yusuf Masruh selaku Kepala Dispendik Kota Surabaya menyebut, edaran itu berisi imbauan terkait alternatif kegiatan selain study tour keluar kota.

“Harapan kami bentuknya bisa di sekolah atau mungkin bisa pergi tapi dalam kota saja. Contoh misal anak-anak wisata ke mangrove, kan banyak spot-spot wisata kita (Surabaya),” ujar Yusuf seperti Mojok kutip dari laman resmi Diskominfo Jawa Timur. Imbauan tersebut menyusul rentetan kecelakaan bus yang mengantarkan siswa-siswa study tour.

“Aku sih nggak setuju misalnya nggak boleh study tour keluar kota,” ungkap Alif (27), salah satu guru di Surabaya saat Mojok mintai pendapat, Jumat (10/5/2024). Sayangnya, Alif enggan membeberkan alasan mengapa ia tak sepakat dengan imbauan study tour di dalam Surabaya sendiri.

Wisata Surabaya nggak ada seru-serunya

Saya sendiri sempat mendampingi anak-anak di salah satu SMP swasta di Surabaya. Persisnya pada awal 2019 silam saat saya menjalani KKN Literasi. Saat itu saya ditempatkan di sebuah SMP swasta di perkampungan padat Surabaya Utara.

Salah satu program literasi kelompok saya yakni mengajak anak-anak untuk study tour di dalam kota Surabaya sendiri, menyisir tempat-tempat bersejarah dari Museum Pendidikan hingga Tugu Pahlawan.

Sayangnya, sejak kami hendak berangkat, beberapa anak terlihat sangat tidak antusias. Beberapa bahkan memilih tidak masuk sekolah yang secara otomatis juga tidak ikut study tour.

Nang Suroboyo dewe ae, wis tuwuk (Di Surabaya sendiri aja, sudah bosen),” ucap salah satu siswa saat itu.

Wisata Surabaya Garing dan Tak Bisa Dinikmati bat Study Tour MOJOK.CO
Alun-Alun Surabaya, salah satu spot wisata Surabaya. (Aly Reza/Mojok.co)

Begitu pun sepanjang study tour kami di Surabaya hari itu, anak-anak juga terlihat ogah-ogahan. Setiap masuk ke museum, mereka hanya melihat-lihat lalu mencatat untuk keperluan tugas. Selebihnya mereka lebih suka duduk-duduk di space-space tertentu. Terlihat sangat tidak menikmati.

“Nggak enak, nggak ada wisatanya,” ucap satu di antara mereka yang masih saya ingat betul sampai sekarang. Maklum saja, wisata di benak anak-anak usia SD dan SMP paling tidak ada lah wahananya, sehingga bisa untuk seru-seruan.

Sayang sekali Surabaya Carnival tutup

Menurut Achoi (30), orang asli Surabaya, saat ini praktis cuma Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang bisa dinikmati orang luar unutk keperluan wisata keluarga atau study tour. Karena masih menawarkan keseruan berinteraksi dengan hewan-hewan yang mungkin tak mereka jumpai di daerah asal maisng-masing.

“Kalau dulu sih ada Surabaya Carnival. Nah itu cocok tuh buat study tour. Karena ada wahana-wahananya,” kata Achoi, Minggu (26/05/2024). Sayangnya, Surabaya Carnival sudah tutup sejak pertengahan 2020 silam.

Achoi tak memungkiri bahwa Surabaya memang punya deretan destinasi, dari yang Instagramable hingga yang mengandung nilai historis. Sayangnya, destinasi-destinasi tersebut menurut Achoi memang tidak cocok untuk study tour anak-anak usia SD-SMP.

Sebab, seperti kasus yang saya hadapi sebelumnya, kebanyakan (tentu tidak semua) siswa usia SD-SMP mengasosiasikan wisata atau study tour sebagai aktivitas untuk seru-seruan. Tak cuma sekadar untuk foto-foto.

“Kalau mau ngincar edukasi, kayaknya juga muluk-muluk. Karena dalam benak anak-anak isinya ya mau main atau seru-seruan aja,” ujar bapak satu anak itu.

Baca halaman selanjutnya…

Wisata Surabaya tak bisa dinikmati

Wisata Surabaya tak bisa dinikmati

Memang ada banyak destinasti terkenal di Surabaya. Misalnya Jalan Tunjungan, Alun-Alun Surabaya, Tugu Pahlawan, Monumen Kapal Selam, Surabaya North Quay, Mangrove, Hutan Bambu, hingga yang terbaru adalah proyek Kota Tua Surabaya. Dan tentu masih banyak lagi.

“Untuk level mahasiswa yang pengin hunting foto, destinasi-destinasi itu (yang saya sebut di atas) cocok. Kalau buat SD-SMP, nggak masuk sih kalau buat study tour,” tutur Ilmi (26), salah satu guru SMP swasta di Gresik, Jawa Timur.

Sepengalaman Ilmi berbincang dengan beberapa siswanya, mayoritas lebih antusias jika study tour keluar kota selain Surabaya. Hal tersebut bisa dilihat dari vote yang dibagikan ntuk memilih destinasi study tour. Alasannya, Surabaya di benak anak-anak didik llmi tidak jauh berbeda dengan Gresik. Kalau pakai bahasa Ilmi: tak menawarkan hal lain selain kesumpekan dan wisata khas kota yang segmented.

“Masa anak-anak ke Jalan Tunjungan, malah jadi sumpek banget itu. Di sana juga nggak bisa ngapa-ngapain selain cuma foto-foto. Di Museum Kapal Selam pun gitu, cuma lihat-lihat,” sambung bapak satu anak itu.

“Tapi bukannya kalau misalnya ke Jogja, kan gitu-gitu aja juga? Mentok cuma foto-foto di Malioboro?,” tanya saya.

Jalan Tunjungan, salah satu spot wisata di Surabaya. (Dok. Dishub Surabaya)

Kata Ilmi, setidaknya misalnya ke Jogja, anak-anak masih punya opsi main air di deretan pantai-pantai. Toh Jogja juga menawarkan destinasi-destinasi wisata lain yang menawarkan keseruan.

Di Surabaya memang ada pantai, yakni Pantai Kenjeran. Tapi, kata Ilmi, kondisi pantai yang airnya berwarna cokelat sangat tidak bisa untuk dinikmati. Ada juga wahana perahu Kalimas, di mana memungkinkan anak-anak menyisir Surabaya dari sungai tersebut. Tapi, lagi-lagi, apanya yang seru karena saat menyisir sungai pun yang terlihat adalah aliran air berwarna cokelat, gedung-gedung tinggi, hingga pemandangan orang-orang mancing.

“Kalau ke Malang misalnya, kan jelas. Katakanlah ke coban (sungai), bisa arung jeram di sungai yang memang alirannya alami. Ada seru-serunya,” ucap Ilmi.

Larangan study tour keluar kota memang masih menuai pro kontra. Tidak hanya di Surabaya, tapi juga di berbagai daerah lain. Satu sisi ada pihak-pihak yang memang keberatan dengan study tour lantaran persoalan biaya. Namun di sisi lain ada juga yang menyebut bahwa study tour keluar kota adalah kegiatan yang sangat siswa idam-idamkan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kali Jagir Wonokromo, Tempat Orang Miskin Menghibur Diri hingga Mangkhiri Nyawa karena Tak Kuat Hidup di Surabaya yang Bikin Sengsara

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version