Tak hanya ojek online (ojol), jasa antar jemput alias anjem juga menjadi andalan para peserta UTBK di UNY sepanjang akhir pekan lalu. Dini (18), salah satu peserta UTBK asal Magelang, mengaku sudah jauh-jauh hari mengontak beberapa jasa anjem di Jogja buat mengantar dan menjemputnya ke lokasi tes.
Salah satu alasan dia memilih anjem ketimbang ojol, menurutnya karena secara harga anjem lebih terjangkau karena bisa dinego.
“Misalnya aku dari kos di deket ringroad utara kalau pakai ojol bisa 15-18 ribu sekali naik. Kalau anjem kemarin nego 20 ribu sudah bisa buat PP,” jelas Dini kepada Mojok, Sabtu (4/5/2024).
Selain itu, jasa anjem pun juga lebih fleksibel. Misalnya, para drivernya tak keberatan buat menunggu lama atau mau diajak mampir ke toko, warung makan, atau tempat belanja, asalkan sesuai kesepakatan di awal.
“Kalau pakai ojol kan disuruh nunggu enggak bisa. Mampir-mampir ke warung buat cari makan gitu apalagi,” sambungnya.
Mojok sendiri berbincang dengan salah satu penyedia jasa anjem bagi mahasiswa UNY bernama Barkah (22). Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganeraan UNY angkatan 2021 ini mengaku sudah dua bulan terakhir membuka jasa antar jemput bagi.
Dari yang awalnya cuma iseng-iseng buat menambah uang jajan, ia kini jadi lebih menekuni profesi sampingannya itu. Terlebih, jumlah SKS kuliahnya semester ini sudah semakin sedikit, sehingga ia pun bisa lebih sibuk buat nganjem.
Tak masalah antar jemput pelanggan PP berkilo-kilometer asal tarifnya cocok
Sejak memasuki semester enam, mata kuliah yang diterima Barkah sudah semakin sedikit. Alhasil, mahasiswa UNY ini punya banyak waktu buat melakukan kesibukan-kesibukan lain, termasuk kerja lepas alias freelance. Awalnya, ia berniat mendaftar sebagai driver ojol. Namun, setelah mempertimbangkan banyak aspek, termasuk mekanisme pendaftaran, profit, sampai beban kerja, niat itu dia urungkan.
Barkah pun memutuskan buat membuka saja pelayanan antar jemput. Selain lebih fleksibel karena semua ia lakukan sendiri tanpa perantara aplikasi, menjadi anjem juga bisa mengisi kerja-kerja yang tak bisa dilakukan para driver ojol.
“Misalnya nih, Mas, paling sering waktu wisuda itu jasa buat ngantar bunga dan bucket. Itu kan waktu ngantar nggak bisa langsung diterima, biasanya nunggu dulu lama di lokasi. Nah, ojol nggak bisa nunggu lama gitu, sementara jasaku sih santai-santai aja,” ujarnya.
“Atau misal ada temen kelas yang orang Jakarta, belum ada motor di Jogja, minta antar bolak-balik kos-kampus. Kalau ojol kan kudu pesan dua kali. Kalau pakai anjem tinggal bilang aja, ‘nanti sekalian PP’, aku layani,” mahasiswa PKnH UNY ini.
Meskipun kerjanya fleksibel, bukan berarti kerja anjem itu tak melelahkan. Salah satunya, ketika ada pelanggan order pulang pergi dalam sekali waktu untuk jarak tempuh yang jauh.
Kata Barkah, ia pernah dapat order pulang-pergi alias PP dari Stasiun Tugu ke Jalan Wates. Kalau menaksir biaya buat ojol, tarifnya berkisar Rp35-40 ribu untuk sekali tempuh. Sementara waktu itu, Barkah deal-dealan tarif PP sebesar Rp55 ribu.
“Nggak enaknya tuh ketika nggak langsung balik, tapi harus nunggu dulu lama, sih. Nah itu pas nunggu sih biasanya aku gabut banget.”
Mahasiswa UNY ini pernah diajak ikut kajian pranikah, sampai merasa ketakutan
Pengalaman unik sekaligus bikin dia ngeri juga pernah kejadian. Ceritanya, Barkah menerima order dari seorang perempuan yang ingin memesan jasa antar jemput menuju sebuah kajian di sekitaran Ring Road Utara.
Tawar menawar harga sudah berjalan. Namun, sebelum ada kata sepakat, perempuan tadi meminta order tambahan, yakni diajak menemani datang ke acara pengajian tersebut.
“Aku tanya dulu kan, ‘pengajian apa’, dia jawabnya ‘kajian pranikah, Mas’,” ujar Barkah, membacakan chat dari calon pelanggannya itu. “Bahkan, dia ini juga minta order anjem pakai mobil aja, tapi aku bilang kalau adanya cuma motor,” lanjutnya.
Merasa ada yang tak beres, Barkah pun menolaknya tanpa bertanya lebih jauh lagi. Menurutnya, kalau permintaan sudah sangat aneh dan begitu random, dia tak berani mengambilnya.
“Takut aja sih, Mas. Kan nggak tahu itu kajian apa, tiba-tiba diajak datang bareng. Ya aku nggak mau jadinya,” kata Barkah.
Selain ajakan menemani ke kajian pranikah, sebenarnya jasa anjem mahasiswa UNY ini pernah menerima banyak orderan random lain. Seperti diminta buat menggadaikan laptop pelanggannya, sampai antar jemput galon milik anak kos.
“Kalau aku sih, selama tarif cocok dan nggak terlalu aneh-aneh, bakal tak terima,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News