Berdasarkan informasi yang Mojok dapatkan, nilai investasi pabrik semen mencapai Rp6 triliun dengan kapasitas produksi 300 juta ton. Masa produksi mencapai 70 tahun; dengan izin awal pertambangan 20 tahun, bisa diperpanjang dua kali.
Klaim perusahaan, pabrik semen ini bakal menyerap menyerap 7.000 tenaga kerja.

Kendati demikian, Wagirin, petani di Watangrejo yang tanahnya menjadi bakal pabrik semen, mengaku tak percaya dengan klaim tersebut. Seandainya benar pabrik itu membutuhkan 7.000 tenaga kerja, kata dia, sudah pasti didatangkan dari luar.
“Orang sini nggak kebagian apa-apa. Tanah diambil, nggak bisa menanam, pekerjaan pun tidak didapat,” tegasnya.
Warga Pracimantoro bisa makan sekalipun tanpa uang karena alam
Selain itu, warga di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, terkenal dengan kedaulatan pangan dari pertanian. Bahkan, mereka mengaku tetap bisa makan sekalipun tak ada uang.
Semua berkat alam. Beras sudah ada di lumbung. Sementara sayur, tinggal memetik di kebun.
Menurut Wagirin, para petani di Pracimantoro melakukan kebiasaan selepan alias menggiling gabah untuk mendapatkan beras. Ketika persediaan beras habis, mereka akan meninggalkan karung berisi gabah di depan rumah.
Saat mereka pergi ke ladang, tukang selep keliling akan datang. Jadwal kedatangannya pun biasanya berbeda-beda di tiap desa. Umumnya lima hari sekali, menyesuaikan waktu sepekan dalam kalender Jawa.
Warga pun tinggal menikmati beras yang jumlahnya melimpah. Mereka tak akan khawatir kehabisan beras, bahkan hingga masa panen berikutnya. Kalau tersisa, beras bisa mereka jual. Sehingga, kedaulatan pangan mereka sudah aman terlebih dahulu.
“Tanpa uang pun kami masih bisa makan dari alam. Pabrik Semen hanya bakal menghancurkannya,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Riwayat Warga Kampung Kentingan Baru Melawan Mafia Tanah Solo, Digusur Paksa Polisi dan Preman atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












