Cerita Atlet One Pride MMA, Sempat Ditentang Orang Tua tapi Bisa Dapat Cuan dari Baku Hantam

ilustrasi petarung MMA yang hobi berkelahi. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Tak mudah memutuskan karier menjadi atlet, khususnya cabang mixed martial arts (MMA). Penghasilan yang tidak tetap serta prestasi yang naik turun menjadi salah satu pertimbangan mereka. Belum lagi pandangan orang tua yang menganggap masa depan atlet kurang cerah. Minimal, jadilah seorang PNS yang punya gaji tetap.

Keraguan untuk menggantungkan hidup di dunia olahraga itu, salah satunya, dirasakan oleh Alin Anggrianto (38), atlet kickboxing asal Magelang. Sejak masih kecil, Alin sangat ingin berprestasi tapi tak terlalu menyukai pelajaran akademik. Alhasil, alih-alih belajar buku pelajaran, dia pun lebih suka melatih otot lengan dan kakinya. Dalam prosesnya, Alin pernah mencicipi olahraga beladiri silat, tinju, kicboxing, dan wushu.

Ternyata menekuni gelut bisa dapat duit…

Krisis moneter tahun 1998 membuat Alin yang masih pelajar harus memutar otak agar tidak membebani keluarga. Pasalnya, dia harus mendaftar masuk SMP bersamaan dengan sang kakak yang masuk SMA. Sementara, kondisi ekonomi keluarganya juga tidak menentu.

“Bapakku dulu kerja di Armada Tunas Jaya, tapi di masa itu dia kena PHK. Aku juga ingin jajan ketika sekolah, tapi kan kadang dapat uang saku, kadang enggak,” kata Alin kepada Mojok pada Minggu (13/10/2024).

Alin merasa malu jika meminta uang saku ke orang tuanya. Dia juga bingung mau kerja apa. Tiba-tiba terbesit keinginan dalam dirinya untuk menjadi murid yang berprestasi, siapa tahu dia bisa dapat beasiswa atau mendapat hadiah uang. 

Masalahnya, dia tidak pintar-pintar amat di bidang akademik. Dia justru dikenal sebagai orang yang suka berkelahi.

Cerita Atlet One Pride MMA, Sempat Ditentang Orang Tua tapi Bisa Dapat Cuan dari Baku Hantam. MOJOK.CO
Seorang atlet tinju bertanding di One Pride MMA 83 Jogja. (Mojok.co/Aisyah Amira Wakang)

Masa kecil bersama tetangganya membuat Alin mengenal dunia olahraga. Tetangganya itu rutin latihan beladiri, tepatnya atlet pencak silat di perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Di sanalah dia baru tahu, atlet yang juara bisa dapat duit. Alin yang tertarik, akhirnya mulai ikut berlatih.

Mencari teknik bertarung MMA yang pas

Sayangnya, dia tidak lama menekuni silat. Cabang olahraga itu mengharuskan atletnya menghafal banyak jurus seni untuk kenaikan tingkat alias meng-upgrade sabuk ke level yang lebih tinggi. Di situlah Alin merasa resah, sebab dia kesulitan menghafal jurus.

Jiwa Alin memang petarung. Dia keluar dari pencak silat dan mencari jenis beladiri lain, salah satunya tinju. Namun, lagi-lagi dia tidak bertahan, sebab selalu kalah dalam pertandingan, termasuk dalam MMA. Dia akhirnya beralih ke kickboxing.

Sebagai konteks, dalam kickboxing, seorang petarung bisa menggunakan kedua tangan dan kakinya untuk menyerang. Sementara dalam tinju, hanya tangan yang bisa dipakai.

“Saya ikut ke kickboxing di tempatnya Pak Haryanto di Yusshika Magelang. Nah, sampai saat itu, saya berprestasi terus dapat juara,” kata Alin.

Selain mencoba tinju dan kickboxing, Alin juga mengikuti wushu. Ketika SMA, dia berhasil meraih juara 1 di Pekan Olahraga Provinsi cabang wushu tahun 2006. Alin mengaku mendapatkan hadiah sebesar Rp10 juta. Uang itu dia gunakan untuk membeli motor, sesuai keinginannya.

“Saya beli motor smash second, iklannya waktu itu si gesit irit jadi tertarik,” ucapnya saat mengenang masa lalu.

Ingin jadi atlet malah ditentang orang tua

Setelah SMA, Alin melanjutkan olahraga beladiri sebagai pilihan karier. Bukan sekadar hobi. Dia semakin termotivasi untuk meraih juara. Pilihan itu sempat ditentang oleh kedua orang tuanya

Mulanya sang ayah tidak mendukung, begitupun dengan ibunya. Mereka menilai pekerjaan atlet itu tidak pasti. Selain gajinya yang tidak tetap, masa kejayaan seorang atlet juga bisa naik turun. Kadang menang, kadang kalah. 

“Kalau orang tua itu keinginannya saya kerja yang mapan, kayak PNS tapi saya mengikuti kata hati saya sebagai petarung,” ucapnya.

Alin seorang atlet tinju bertanding di One Pride MMA. (Mojok.co/Aisyah Amira Wakang).

Alin merasa tidak ada lagi yang bisa dia banggakan selain menjadi seorang atlet. Dia ingin membuktikan ke orang tuanya bahwa dia masih bisa menghidupi diri sebagai atlet MMA, walaupun hidup dengan cara pas-pasan.

Kemenangan atlet di pertandingan MMA

Kegigihan Alin dalam berlatih membawa dia menjadi atlet yang berprestasi. Selain aktif mengikuti pertandingan pekan olahraga, Alin juga rutin mendaftar di pertandingan MMA atau seni beladiri campuran. Dari 9 pertandingan dia hanya kalah 4 kali.

Pada Minggu (13/10/2024), Alin mengikuti pertandingan One Pride MMA 83. Dia bertemu rivalnya Ucu Rohendi. Pada tahun 2021, Ucu pernah mengalahkan Alin di acara tanding yang sama. 

Pada pertandingan kali ini, Alin mengaku sudah mempersiapkan diri. Di babak pertama, Ucu terlihat banyak menyerang lebih dulu. Namun, Alin memilih menunggu sambil mengatur strategi. Tiga menit berlalu, keduanya saling beradu teknik ground.

Pada babak kedua, Alin berhasil menjatuhkan tubuh Ucu melalui serangan dari kiri. Pukulan Alin tepat mengenai pelipis Ucu hingga tak sanggup berdiri. Dalam waktu sekitar 12 menit pertandingan, Wasit menyatakan Alin menang dalam pertandingan MMA tersebut.

Alin mengangkat medalinya tinggi-tinggi sambil menatap kamera milik salah satu stasiun televisi. Dia bangga betul menunjukkan medalinya sambil menyebut-nyebut nama buah hatinya yang berusia 9 tahun.

“Ini untuk kamu, Nak. Bapak menang!” ucap Alin dengan mata berkaca-kaca.

Prestasi Alin membuat kedua orang tuanya bisa menerima pilihan kariernya sebagai atlet MMA, termasuk mantan istri, dan anaknya. Tak jarang, sang anak memamerkan video pertandingan Alin ke teman-temannya, sebab dia merasa bangga.

Dia berterima kasih kepada Yohan Muliya Legowo, pelatihnya di Han Academy Champ, almarhum Hariyanto, pendiri Yushika di Magelang, Agustinus, pelatihnya di PSHT, dan Dandung, tetangganya yang telah mengenalkan ilmu bela diri sejak kecil.

“Semoga selalu sehat dan sukses, terima kasih sudah menjadi saksi perjalanan karir saya di dunia fighter sampai saat ini,” kata Alin.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Hobi Berkelahi Bukan Berarti Masa Depan Suram, Bisa Buktikan Prestasi di Arena MMA

Ikuti artikel dan berita MOJOK lainnya di Google News

Exit mobile version