Ada orang-orang yang sampai kepala tiga enggan buat aplikasi m-Banking. Rela ke ATM setiap transaksi padahal bagi sebagian yang lain aplikasi ini membawa kemudahan dalam hidup.
Aplikasi m-Banking jadi kebutuhan yang semakin penting buat masyarakat. Perkembangan transaksi secara dari lewat e-commerce membuatnya semakin dibutuhkan.
Belum lagi, lewat aplikasi m-Banking berbagai pembayaran mulai dari tagihan listrik, langganan internet, hingga beli pulsa bisa dilakukan. The State of Mobile 2024 Reports mencatat pada 2023 unduhan aplikasi m-Banking menduduki peringkat ketiga dari kategori aplikasi keuangan digital di Indonesia. Totalnya hampir mencapai 100 juta unduhan.
Namun, di balik itu ada segelintir orang yang menikmati cara-cara lama untuk bertransaksi. Setiap hendak belanja daring rela repot ke ATM atau bayar lewat Indomaret atau Alfamart.
Salah satunya adalah Fansuri (32). Lelaki yang bekerja di Jogja ini merasa sampai awal usia 30-an belum terlalu membutuhkan aplikasi m-Banking. Ada berbagai alasan yang melandasinya.
Kalau ditarik ke belakang, ia memang terbilang cukup terlambat membuat rekening. Saat kebanyakan orang sudah biasa menarik uang di ATM bahkan sejak SMA, ia baru di usia 23 membuat rekening.
“Dulunya saat masih awal kuliah di Jogja ya bawanya uang tunai. Kalau habis, pulang ke rumah di Magelang,” kenangnya sambil tertawa saat Mojok wawancarai pada Senin (20/5/2024).
Tanpa m-Banking sering telat rebutan barang belanjaan di media sosial
Kesadarannya membuat rekening muncul lantaran ia mulai banyak mengerjakan proyek-proyek lepas. Lelaki ini dulunya memang kuliah desain grafis di ISI Jogja.
“Lama-lama kok aneh kalau setiap klien bayar harus cash. Kayak transaksi gelap aja,” kelakarnya.
Setelahnya, ia masih setiap untuk terus datang ke ATM saat hendak transfer atau tarik tunai. Kegiatan yang menurutnya masih ia nikmati meski lama-lama merasa repot juga.
Banyak teman yang kemudian memberikan ceramah soal manfaat m-Banking. Perlahan, Fansuri pun menyadari pentingnya aplikasi tersebut. Namun, belum juga menggunakannya lantaran HP yang ia gunakan keluaran lama.
“Dulu itu HP-ku lemot banget, malas kalau nambah aplikasi banyak-banyak,” tuturnya.
Baca halaman selanjutnya…
Malas ke bank tapi akan lebih repot jika sedikit-sedikit harus ke ATM
Lelaki ini sebenarnya suka belanja online. Khususnya, dalam berburu pakaian bekas yang menarik. Awalnya ia masih bisa membeli dengan pembayaran manual lewat ATM. Namun, lama-lama ia mengaku sering keduluan pembeli lain.
Pasalnya, barang-barang bekas langka itu kerap jadi rebutan begitu dirilis oleh penjual. Hal itu yang kemudian jadi keresahan Fansuri yang hidup tanpa m-Banking sampai awal usia 30-an.
Mojok juga bertemu dengan Iswara (42), lelaki yang juga sampai lewat usia kepala tiga belum jadi pengguna m-Banking. Padahal, kalau ATM ia sudah punya dari SMP.
“Dari dulu rasanya malas aja bikin m-Banking. Repot ke bank,” kata dia.
Repot mengurus tapi lebih repot jika tak memilikinya
Seperti Fansuri, Iswara juga bercerita kalau sejak lama ada beberapa teman yang menyarankannya untuk jadi pengguna m-Mbanking. Akan tetapi ia merasa belum perlu-perlu amat.
Namun, seiring bertambahnya untuk kebutuhan untuk transaksi online, Iswara mengakui tidak punya m-Banking lebih repot ketimbang harus ke ATM setiap hendak kirim uang atau melakukan pembayaran saat bertransaksi online. Akhirnya, ia pun resmi jadi menggunakan aplikasi itu sejak tahun lalu. Di usianya yang sudah menginjak awal kepala empat.
Agak mirip, Fansuri, juga akhirnya menyerah harus terus kalah saing saat rebutan beli pakaian langka di media sosial. Tahun lalu, ia akhirnya juga jadi pengguna m-Mbaking.
“Ya pada akhirnya sadar sih kalau manfaatnya banyak. Hidup lebih mudah,” pungkas Fansuri.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA 3 Mobile Banking Terbaik Bikin Nasabah Senang
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.