Bagi Triyono, impian penyandang disabilitas tunadaksa sepertinya cukup sederhana yakni tidak merepotkan orang lain. Hal itu mendorongnya membangun Difa Bike yang baru saja berkolaborasi dengan Eiger.
Saat namanya dipanggil, Triyono berdiri dari sofa yang ia duduki seorang diri. Berusaha menyangga badannya dengan dua tongkat. Beberapa orang di panggung berusaha membantunya untuk naik ke panggung, meski berat, lelaki ini pun bisa naik sendiri tanpa mereka.
Ia menyandang disabilitas fisik yang cukup berat sehingga perlu dua tongkat. Namun, ia mengaku kondisinya bukan hambatan berarti.
“Saya baru menyadari kalau kondisi ini namanya disabilitas ya pas kuliah. Gini-gini saya lulusan UNS,” kelakarnya setelah duduk di atas panggung halaman Toko Eiger Cabang Jalan Kaliurang.
Triyono bercerita, banyak penyandang disabilitas fisik yang tidak seberuntung dirinya. Dulu, meski dua kakinya perlu bantuan tongkat untuk berjalan namun ia mengaku sebenarnya punya “belasan” kaki.
“Belasan” kaki yang ia maksud adalah kaki-kaki dari keluarganya yang selalu siap membantunya. Ketika sekolah, selalu ada yang siap menjemput. Jika orang tua sedang sibuk, maka paman, adik, dan saudara-saudaranya yang lain selalu sedia membantu.
“Tapi tidak semuanya kondisinya seperti saya. Banyak difabel yang tidak bisa sekolah, miskin, kok ya hidup pula,” kelakarnya disambut tawa rekan-rekan Difa Bike yang hadir.
Realitas itu yang memantiknya untuk menginisiasi Difa Bike, sebuah aplikasi penyedia transportasi berbentuk ojek yang dikemudikan para difabel. Sasaran penggunanya juga sesama penyandang difabilitas.
Difa Bike hadir untuk kebahagiaan para difabel
Triyono menginisiasi Difa Bike, yang dulunya bernama Ojek Difa pada 2014 silam. Modalnya sederhana, berangkat dari dua motor milik Triyono yang dimodifikasi. Baginya, Difa Bike hadir untuk membantu orang sepertinya mendapat kebahagiaan.
“Kami itu bahagianya sederhana, bukan punya rumah mewah atau mobil, tapi bisa kesana dan kesini tanpa merepotkan orang lain saja sudah bahagia,” tuturnya.
Layanan besutan Triyono ini jadi satu-satunya di Indonesia bahkan dunia. Sebuah ojek dengan driver difabel dan pelanggan sesama difabel bahkan kini melayani kalangan umum juga.
Saat awal merintis, Triyono mengaku banyak yang menganggap usahanya sebagai program bantuan pemerintah. Gerakan simbolik yang tak berkelanjutan. Namun, ia ingin membuktikan bahwa layananan inisiasinya jadi contoh nyata industri wirausaha sosial.
“Berkat ini saya juga nggak bingung saat melamar istri, bisa menjelaskan pekerjaan saya apa. Ada juga teman saya itu, Giono, malah dapat jodoh penumpangnya sendiri,” kelakarnya sambil menunjuk seorang rekan di deretan penonton.
Hingga saat ini, Difa Bike sudah punya 32 driver yang terdaftar. Sebenarnya, pelamarnya cukup banyak. Triyono menaksir hingga 400-an difabel yang ingin berpartisipasi.
Namun, membangun motor khusus bagi para difabel tidaklah mudah. Setiap difabel punya kekhasannya tersendiri yang memengaruhi kendaraan yang bisa mereka bawa.
“Jadi, motor yang bisa saya bawa belum tentu yang lain bisa. Bahkan, ada yang tuas gas-nya harus di kiri. Saya suruh naik yang seperti itu kan susah,” jelasnya.
Kolaborasi bersama Eiger hadirkan kendaraan listrik mumpuni
Namun, pada kesempatan kemarin, Difa Bike akan mendapat tambahan kendaraan berkat kolaborasi dengan Eiger. Bagi Triyono, Eiger yang terkenal sebagai jenama outdoor ternama Indonesia, punya visi yang sama untuk berbagi manfaat bagi sesama.
CSR Officer Eiger, Ebenhard, mengakui bahwa layanan Difa Bike yang ia ketahui sejak November 2023 silam membuatnya langsung terpikat. Sebab, bukan hal baru bagi Eiger untuk bekerja sama dengan para difabel.
“Sebelum dengan Difa Bike, kami pernah support teman-teman down syndrome, mereka menjadi pekerja dan aktif sampai sekarang di Bandung,” terang Eben.
Pihak Eiger berpendapat, pascapemilu yang penuh dinamika, ini saatnya untuk kembali bersatu dalam tajuk #MariKembaliBersinergi. Kerja sama dengan Difa Bike adalah langkah nyata yang mereka lakukan.
Motor listrik hasil kerja sama antara Difa Bike dengan Eiger telah dimodifikasi sedemikian rupa sesuai kebutuhan difabel. Pemilihan kendaraan listrik sebagai bentuk kepedulian Eiger terhadap lingkungan.
Empat unit kendaraan itu terdiri dari satu motor listrik untuk penumpang disabilitas fisik ringan dan tiga untuk disabilitas fisik berat. Para disabilitas fisik berat dan merasakan kemudahan menaikkan kursi rodanya bagian khusus dari motor tersebut.
“Pastinya secara model ini keren, zero emission, safety, dan difabel friendly,” tutur Eben.
Sebagai informasi, selain layanan ojek, Difa Bike juga sejumlah layanan lain. Mulai dari tur kota bagi para difabel hingga layanan ekspedisi.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.