Fresh Graduate Jadi Sales: Sebulan Bisa Gajian 10x Lipat UMR Jogja tapi Tertekan Terus

fresh graduate jadi sales.MOJOK.CO

Ilustrasi fresh graduate jadi sales (Ega/Mojok.co)

Setiap hari, seorang fresh graduate bernama Rama (25) berputar dari satu tempat ke tempat lain untuk menawarkan produk software untuk bisnis food and beverage (FnB). Sebagai sales, ia harus pintar-pintar putar otak untuk menjual barang.

Saya berjumpa dengan Rama di sebuah kafe dekat UGM. Hari itu saja, ia sudah menyambangi 3 kafe. Setelah berjumpa dengan saya, ia masih hendak menyambangi kafe lain lagi.

Pekerjaan ini sudah ia jalani sejak belum lulus kuliah. Saat itu, pemuda yang punya pengalaman berjualan online ini mengaku bingung mencari pekerjaan selain menawarkan satu kemampuannya yakni berdagang.

Saat masih kuliah, ia merasakan pahitnya bangkrut usaha. Sehingga ia memutuskan untuk menjadi sales ketika ada kesempatan.

“Bingung kemampuanku apa lagi selain jualan. Kalau usaha sendiri, pernah ngerasain bangkrut. Akhirnya ya milih jadi sales,” ungkapnya terkekeh. Kebetulan, kuliahnya juga masih berkaitan dengan manajemen bisnis.

Hingga saat ini, terhitung sudah dua tahun ia menekuni pekerjaan ini. Sejak belum lulus hingga menjadi fresh graduate.

Gaji dan bonus sales sebulan bisa 10x lipat UMR Jogja

Sales memang pekerjaan yang cukup menggiurkan. Rama misalnya, pernah dapat gaji dan komisi penjualan hingga Rp24 juta. Saat ia menunjukkan slip gaji itu, saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Fresh graduate di Jogja bisa mengantongi pendapatan 10 kali lipat UMR merupakan hal yang lumayan.

“Tapi itu ya pas penjualan lagi bagus-bagusnya. Cuma sekali aku bisa dapat di atas Rp20 juta,” tuturnya.

Kendati begitu, saat penjualannya sedang tidak sekencang itu, Rama tetap bisa mengantongi pendapatan hampir setara UMR Jakarta. Terbilang lumayan. Pendapatan sales terbagi menjadi dua yakni gaji pokok dan komisi penjualan. Untuk komisi, tiap produk berbeda-beda.

Saat ini ia mengaku pekerjaannya sudah tidak seberat dahulu. Saat pertama kali bekerja di tempat pertama, ia harus membuka jalan dan menjaring sebanyak-banyaknya relasi. Dalam dunia sales, istilanya dikenal dengan canvassing, yakni berkeliling untuk membuka komunikasi dengan calon klien atau pembeli.

“Kalau sekarang, karena data customerku sudah lumayan banyak, jadi geraknya lebih enak. Walaupun penolakan itu tetap jadi makanan sehari-hari,” ungkapnya.

Stres hadapi penolakan pengaruhi kehidupan sehari-hari

Rama mengaku, meski potensi pendapatannya menggiurkan, tantangannya juga nggak kalah berat. Dulu setiap hendak menawarkan produknya, ia harus menyiapkan skema untuk presentasi. Tegang. Kadang tangannya sampai basah saat hendak menghadapi calon klien.

Belum lagi, setelah menunggu lama dan mengumpulkan nyali untuk presentasi, ia sering dapat penolakan. Tidak semua klien menolak dengan cara yang enak didengar. Kadang ada yang ketus dan bikin hati Rama ciut.

“Akhirnya memang jadi sales itu kuncinya bisa bersikap bodo amat. Dan itu ternyata berpengaruh ke kehidupanku sehari-hari,” ungkapnya.

“Kadang bahayanya, karena sama klien nggak mungkin memperlihatkan emosi, akhirnya terpendam. Keluarnya malah saat sama orang terdekat,” imbuhnya.

Kesepakatan antara sales dan klien jadi momen yang dinanti (Ilustrasi Cytonn Photography/Unsplash)

Selain itu, menjadi sales juga harus berpenampilan menarik. Menurut Rama, soal ini sih tergantung produk apa yang hendak kalian tawarkan. Urusan penampilan juga menyesuaikan dengan karakter calon klien.

Ia misalnya, kliennya kebanyakan merupakan pengusaha muda yang penampilannya menarik. Sehingga, mau tidak mau, ia pun harus berpakaian branded. Sepatu saja, ia harus benar-benar memperhatikan.

“Selain itu ya harus sering-sering nongkrong juga. Cari kenalan untuk diprospek jadi klien itu ya kebanyakan dari nongkrong di kafe,” tuturnya.

Untuk urusan nongkrong seperti itu, Rama tentu harus merogoh kocek pribadi. Baginya, itu adalah ongkos yang harus ia relakan agar bisa mencapai target penjualan.

Siap-siap undur diri kalau target nggak terpenuhi

Kalau dipikir-pikir, pekerjaan Rama sebagai sales mirip-mirip dengan kerja wartawan, patokannya bukan jam kerja melainkan target. Jika wartawan seperti saya, targetnya adalah tulisan, kalau ia targetnya penjualan.

“Jadi walaupun ada presensi setiap hari, kalau penjualan belum sesuai target, ya harus mutar otak terus,” kelakarnya.

Meski ada kontrak atau status pegawai tetap, kalau tidak mencapai target dalam beberapa bulan beruntun, posisinya bisa terancam. Di dua perusahaan yang pernah Rama jalani, ada klausul bagi sales yang tidak menutup target.

“Ada klausul kalau nggak achieve target bisa kena cut sepihak,” ungkapnya.

Baginya, ini pekerjaan yang menantang selama menjadi fresh graduate. Ada potensi untuk meraih pendapatan yang lebih dari cukup untuk kehidupannya sebagai lajang di Jogja. Namun, tekanannya juga sepadan.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Terancam Drop Out, Nestapa Mahasiswa UNY dan ITS Jalani Semester 14 Penuh Tekanan dan Kesepian

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version