Bagi Perantau Surabaya Tukang Parkir di Kafe Basabasi Jogja Tak Layak Dibayar Rp2000, Caranya Perlakukan Orang Tak Seperti Tukang Parkir di Kafe Surabaya yang Bikin Emosi

Bagi Perantau Surabaya Tukang Parkir Kafe Basabasi Jogja Tak Layak Dibayar Rp2000 MOJOK.CO

Ilustrasi - Bagi perantau Surabaya tukang parkir Kafe Basabasi Jogja tak layak dibayar Rp2000. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagi perantau Surabaya, tukang parkir di Kafe Basabasi, Jogja tak layak dibayar Rp2000. Bukan karena kerja mereka yang buruk. Tapi justru karena kerja mereka sebagai tukang parkir yang penuh dedikasi dan sangat berkesan bagi perantau Surabaya.

***

Karena memiliki kekasih yang masih kuliah di Jogja, Winar (26) yang merupakan perantau di Surabaya terbilang cukup sering main ke Jogja. Oleh sang kekasih, Winar mengaku sering diajak nongkrong di kafe-kafe milik Edi AH Iyubenu.

Kata Winar, sang kekasih adalah pembaca buku-buku Edi AH Iyubenu. Ia juga sering membeli buku-buku terbitan Basabasi atau Diva Press. Bahkan urusan ngopi pun kekasih Winar tersebut entah kenapa sangat suka di kafe milik Pak Yai Edi.

Selain Kafe Mainmain dan Lehalela, kata Winar, nyaris semua Kafe Basabasi yang ada di Jogja sudah pernah ia datangi bersama kekasihnya tersebut. Dari pengalamannya menyisir satu per satu Kafe Basabasi di Jogja itu, Winar memiliki kesan yang sangat membekas dari para tukang parkir yang bekerja di sana.

“Tukang parkirnya niat banget. Kalau panas ya motor pengunjung ditutupi biar joknya nggak panas,” ujar Winar dalam edisi wawancara dengan Mojok sebelumnya, Rabu (17/4/2024).

“Kalau hujan bahkan helm pengunjung ditutup kresek biar nggak basah. Padahal bayar cuma Rp2 ribu,” tambah perantau Surabaya itu.

Tukang parkir Kafe Basabasi bekerja dengan hati

Untuk membuktikan keterangan Winar, keesokan harinya, Kamis (18/4/2024) siang lalu saya memacu motor ke Kafe Basabasi Nologaten. Sekalian untuk bertemu seorang teman.

Saat berangkat dari Ngaglik pukul 15.00 WIB, sebenarnya sudah ada tanda-tanda akan hujan. Sampai akhirnya di tengah jalan, sedikit lagi masuk Nologaten, hujan turun dengan deras. Saya yang memang tak punya mantel memilih menerabasnya.

“Walah nggak bawa mantel to,” tutur Margono (60), tukang parkir yang sore itu berjaga di Kafe Basabasi Nologaten, Jogja.

Lantaran teman saya memberitahu bakal agak telat, maka saya manfaatkan waktu menunggu itu dengan berteduh di pos Margono. Ia mempersilakan dengan senang hati.

“Sebentar lagi gantian, Mas. Jatah saya cuma sampai jam lima (sore). Nanti jam lima ganti (tukang parkirnya),” jelas Margono yang ternyata rumahnya tidak jauh dari lokasi Kafe Basabasi Nologaten, Jogja.

Di sela-sela obrolan kami, Margono dengan mantel hijaunya riwa-riwi menata tempat parkir di depan Kafe Basabasi, Jogja, tiap ada pelanggan baru yang datang. Ia dengan sigap menenteng kresek untuk menutup helm-helm pelanggan biar tak besar terguyur hujan.

Tanggung jawab dari Pak Yai Edi

Margono mengatakan bahwa tukang parkir yang bergantian di Kafe Basabasi Nologaten, Jogja mayoritas adalah warga setempat sendiri. Sejek Kafe Basabasi Nologaten, Jogja itu dibangun, Pak Yai Edi memang sudah melakukan komunikasi dengan warga setempat dan memberi ruang bagi warga setempat untuk menjadi tukang parkir.

“Pesan Pak Edi pada kami, pokoknya dijaga baik-baik, ramah juga ke pelanggan,” tutur Margono.

“Pak Edi orangnya baik, jadi kami ikuti,” sambung pria paruh baya dengan senyum bersahaja itu.

Dengan usia yang sudah sepuh, Margono sendiri merasa berterima kasih terhadap Pak Yai Edi karena ia mendapat kesempatan untuk menjadi tukang parkir di Kafe Basabasi Nologaten, Jogja.

Pasalnya, sejak berhenti menjadi sopir truk pada 2015-an, ia sendiri harus kerja serabutan. Lalu ia tertolong memiliki kerjaan tetap di hari tuanya dengan menjadi tukang parkir di salah satu kafe milik Pak Yai Edi itu.

Nggak ada alasan untuk menaikkan tarif

“Kalau tarif Rp2 ribu itu dari Pak Yai Edi juga atau dari tukang parkir sendiri?” tanya saya.

“Oh, itu dari kami sendiri. Terus servis-servis seperti masang plastik ke helm waktu hujan juga inisiatif kami sendiri. Karena sesuai pesan Pak Yai Edi, pokoknya bikin nyaman pelanggan,” jelas Margono.

Tukang parkir di Kafe Basabasi Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Bagi Winar, servis semacam itu dengan tarif hanya Rp2000 agak berlebihan. Artinya, harusnya lebih dari Rp2000 ribu. Itu pun masih ketambahan saat mau keluar si tukang parkir di Kafe Basabasi, Jogja membantu mengeluarkan motor pelanggan.

“Karena Rp2000 ribu di Surabaya itu tukang parkirnya nggak ngapa-ngapain. Nggak kerja. Apalagi servis-servis kayak di Kafe Basabasi. Blas nggak ada,” ucap Winar saat saya hubungi lagi, Selasa, (7/5/2024).

“Jadi misal (tukang parkir Kafe Basabasi, Jogja) pasang tarif di atas Rp2000 sih menurutku nggak masalah. Soalnya mereka bener-bener kerja,” sambung Winar.

Sementara bagi Margono, yang penting hasilnya cukup untuk makan sehari-hari. Jadi baginya tarif parkir Rp2000 itu sudah standar. Dan memang sudah seharusnya ia dan teman-teman tukang parkirnya di Kafe Basabasi memberikan servis terbaik pada pelanggan. Karena, lagi-lagi, itu adalah pesan Pak Yai Edi.

“Toh kan pelanggan Kafe Basabasi ramai terus. Jadi dalam satu shift hasilnya lumayan lah,” jelas Margono. Tapi ia enggan menyebut angka pasti pendapatan yang ia peroleh dari menjadi tukang parkir di Kafe Basabasi Nologaten, Jogja.

Baca halaman selanjutnya…

Ada Kafe Basabasi yang tarif parkirnya cuma Rp1000

Kaget Kafe Basabasi Jogja bertarif parkir Rp1000

Seturut pengakuan perantau Surabaya lain, Arfi (24), malah ada Kafe Basabasi dengan tarif parkir cuma Rp1000. Yakni di Kafe Basabasi Sorowajan., Jogja.

“Tapi ini cuma pengalamanku dua kali ke sana ya,” ujar Arfi memberi disclaimer, Minggu (5/4/2024).

Saat pertama kali ke Kafe Basabasi Sorowajan beberapa bulan lalu, ia kaget karena hanya ditarik parkir Rp1000 rupiah. Pengalaman yang kembali terulang saat ia ke sana lagi baru-baru ini.

“Di Surabaya nggak ada lah parkir dengan tarif Rp1000. Orang Rp2000 aja tukang parkir di Surabaya nggak bantu blas. Nggak kerja,” ujar Arfi.

Sementara di Kafe Basabasi Sorowajan, Jogja, dengan tarif Rp1000 itu pun menurut Arfi sudah dibantu menata motornya. Ya walaupun saat mau keluar ia tak dibantu, tapi bagi Arfi tak ada masalah. Karena ia cuma bayar Rp1000 ribu. Beda dengan di Surabaya yang bayar Rp2000 tapi tukang parkirnya habis narik parkir langsung ngilang.

Selain itu, Arfi juga sempat punya pengalaman ngopi di Kafe Basabasi Condongcatur dan Nologaten.

“Nah kalau yang di Nologaten dan Condongcatur aku berani bilang mereka dedikasi banget dalam kerja. Jadi misal pasang tarif di atas Rp2000 pun sebenarnya sah-sah saja,” tutup perantau Surabaya yang baru pindah ke Jogja dua tahun terakhir ini.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kehidupan Malam di Till Drop Bar Prawirotaman Bikin Orang Surabaya Betah di Jogja, Nggak Nemu Kenikmatan Bar dan Kehidupan Kota Pahlawan yang Serba Buru-Buru

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

 

Exit mobile version