Pentol Pak Lan, 30 Tahun Eksis di Banyuwangi Karena Lombok Setan

Pentol Pak Lan, 30 Tahun Eksis di Banyuwangi Karena Lombok Setan

Selama tiga puluh tahun, Pentol Pak Lan di Banyuwangi, Jawa Timur mampu menjaga cita rasanya. Konon laris gara-gara lombok setan yang dipakai untuk bumbunya.

***

Berbicara kuliner di Banyuwangi tentu tidak akan ada habisnya. Namun, jika pembahasan kuliner itu dispesifikan dalam dunia perpentolan, tentu Pentol Pak Lan memiliki cerita tersendiri. Dibuka sejak 1992, kuliner ini tetap bertahan hingga saat ini, bahkan jika kalian datang ke Banyuwangi jajanan ini akan banyak disarankan oleh banyak warga asli Banyuwangi untuk bisa Anda cicipi.

Tiga hari menjelang bulan Ramadan antrian pembeli di Pentol Pak Lan tetap mengular panjang. Saat itu pukul 12.16 WIB kondisi saat jam istirahat pekerja membuat lalu lalang kendaraan ramai dari jam-jam sebelumnya. Warung ini berada di Jalan Diponegoro, tepat di Dusun Sidomulyo, Desa Gitik Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Lokasinya berada di seberang Rumah Sakit (PKU) Muhammadiyah Rogojampi.

Mojok.co berkesempatan datang ke lokasi jualan pentol ini pada Kamis, 31 Maret 2022. Kala itu rencananya saya akan mewawancarai Bu Kasyiah istri dari Alm. Pak Lan. Namun, lantaran beliau sedang sakit akhirnya ragam pertanyaan yang sudah saya siapkan dijawab oleh Pak Rofiq selaku adik Ipar dari Bu Kasyiah yang membantu jualan Pentol Pak Lan.

Rofiq bercerita, pentol ini ada sejak tahun 1992, dulu ketika awal-awal berjualan almarhum Pak Lan berkeliling menggunakan sepeda kayuh ke wilayah-wilayah Rogojampi. Lalu setelah menggunakan gerobak sempat menetap di lapak PKL di depan SD 1 Rogojampi. Jika tidak habis di lapak, Pak lan akan kembali berkeliling dengan gerobaknya. 

Setelah mulai terkenal, Pak Lan sering menetap di sekitar SD tersebut. Baru di tahun 2018, Pak Lan menempati lokasi yang bertahan hingga kini. Menurut Rofiq, nama asli penjual pentol adalah Suparman, tapi warga sering memanggilnya dengan Pak Lan. Akhirnya nama itulah yang lebih dikenal oleh pelanggan.

pentol enak di Banyuwangi
Adik dan menantu Bu Kasyiah yang membantu jualan Pentol Pak Lan saat ditemui di lapak dagangan. (Foto Fareh Hariyanto/Mojok.co)

 

Memasuki tahun 2018, lanjut Rofiq, lokasi yang saat ini ditempati bertahan hingga pembeli hafal betul lapak dagangan Pentol Pak Lan Rogojampi. Nama Pak Lan sendiri muncul dari pendirinya yang bernama Suparman, namun warga sekitar sering memanggilnya Pak Lan jadi masyhur di masyarakat Banyuwangi penyebutan Pentol Pak Lan. “Pak Lan, meninggal kurang lebih tiga tahun lalu. Namun, usahanya ini tetap diteruskan ke keluarganya,” kata Rofiq. 

Bagaimana Pentol Pak Lan menjaga kualitas produk 

Bertahan selama 30 tahun untuk sebuah kuliner tentu bukan perkara mudah. Mempertahankan cita rasa dari pendirinya jadi komitmen yang terus di lakukan Pentol Pak Lan untuk bisa tetap bertahan. Menurut Rofiq dari cerita pelanggannya banyak yang mengaku kembali untuk membeli lantaran cita rasa sambalnya yang berbeda dari pentol pada umumnya. 

Cabai yang di gunakan adalah jenis cabe rawit pedas sret, atau orang mengenalnya lombok setan. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa rasa sambal tetap dipertahankan, bahkan saat harga cabai menggila. Pentol Pak Lan tidak pernah mengurangi takaran untuk komposisi sambal meskipun harga cabai di pasaran naik berapapun.  

“Pernah hingga per kilogram Rp 100 rb tetap dibeli untuk menjaga kualitas jajanan ini,” tuturnya.

Lebih lanjut Rofiq menjelaskan bahwa dalam sehari Pentol Pak Lan dapat menghabiskan hingga 50 kilogram pentol. Dengan jumlah itu, untuk membuat sambal dibutuhkan sekitar 5 kilogram. 

Warung Pentol Pak Lan, buka setiap hari kecuali, Jum’at dan hari libur keagamaan. Pentol ini tersedia sejak  pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, paling cepat pukul 14.00 WIB dagangan kadang sudah habis. Selain sambal, komposisi yang tetap dipertahankan adalah proses pengolahan pentol. 

Menurut Rofiq, pengolohan adonan pentol memang tidak menggunakan alat modern. Olahan tepung terigu dan kanji dijadikan adonan dengan proses manual dengan tangan. Lalu yang membedakan dengan pentol lain ialah suwiran dagingnya. Jika pentol lain mencampur daging dengan adonan kemudian digiling, Pentol Pak Lan justru memasukan suwiran daging tersebut ditengah setiap biji pentol.

“Sehingga ada sensasi pembeda disetiap gigitannya,” ujar Rofiq.

Selain rasa, Rofiq mengakui karena tidak memiliki cabang, membuat pelanggan tetap bertahan datang ke warung. Tidak hanya warga lokal Banyuwangi, orang luar Banyuwangi banyak yang menjadikan Pentol Pak Lan untuk oleh-oleh. 

Lapak Pentol Pak Lan di di Jalan Diponegoro, tepat di Dusun Sidomulyo, Desa Gitik Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. (Foto. Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Berkaitan dengan cabang, pihak keluarga sudah bersepakat untuk tidak membuka cabang selain lokasi induk yang ada di Rogojampi Banyuwangi. Bahkan tidak sedikit pula pembeli yang datang menawar untuk menjadi reseller. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat terealisasai lantasan keputusan bersama anggota keluarga. Bahkan untuk pesanan di hajatan pernikahan pihaknya tidak bisa menyanggupi.

“Semua ini karena kami ingin berfokusi di lokasi induk ini, jika nanti menangani yang lain-lain takutnya tenaga tidak mencukupi,” akunya. 

Dikenal secara turun-temurun 

Lain halnya dengan Rofiq, Fandi Eko karyawan di Pentol Pak Lan mengalami beragam  pengalaman dari pembeli yang ia layani. Menurut Fandi, tidak sedikit pembeli yang datang turun temurun. Ia bercerita sering melihat pelanggannya yang mengenal pentol ini dari ayah mereka.  

Tidak hanya itu saja, banyak pelanggan yang juga mengapresiasi rasa pentol dan sambalnya yang tetap terjaga hingga saat ini. “Pernah ada bapak-bapak paruh baya, saat kembali ke sini cerita seperti merasakan zaman muda dulu. Saat awal-awal Pak Lan berkeliling di Rogojampi. 

“Pokoknya banyak kenangan yang disampaikan pembeli saat datang  ke sini, Mas,” kata Fandi yang sudah 4 tahun bekerja di Pentol Pak Lan.

Berkaitan pembeli ia juga menemui dengan beragam selera, mulai pembeli yang suka rasa original tanpa saus dan sambal. Sampai ada juga pembeli yang menyukai rasa pedas hingga meminta tambah sambaleb. “Kami tidak pernah membatasi keinginan pembeli untuk menambah sambal ini. Pentol Pak Lan memang tidak menyediakan kuah dan inilah yang juga menjadi ciri khasnya,” kata Fandi.

Saat saya menanyakan berkaitan dengan layanan pemesanan berbasis aplikasi, Fandi mejelaskan jika dulu upaya tersebut sudah pernah dicoba. Namun, ketika aplikasi menyarankan untuk pembayaran nontunai hal tersebut menjadi satu kendala.  Hingga layanan pemesanan berbasis aplikasi akhirnya di tiadakan. Namun begitu, tidak sedikit driver ojol yang tetap memberikan layanan ke konsumen meskipun secara offline. 

Reporter: Fareh Haryanto

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Mlangi, dari Tanah Perdikan hingga Kampung Santri dan liputan menarik lainnya di Susul.

 

Exit mobile version