Mojok ngobrol dengan sejumlah anak muda generasi Z dan milenial yang menceritakan betapa lagu-lagu Sheila on 7 begitu dekat dan menemani fase-fase keterpurukan mereka. Sebagian lagu mengingatkan pada duka mendalam, tapi ada pula yang membuat mereka bangkit perlahan.
***
Sheila on 7 jadi salah satu grup band paling legendaris di Indonesia. Lagu-lagu yang mereka telurkan sejak mulai berkarya pada 1996 menemani keseharian pendengar lintas generasi. Banyak di antara pendengar yang punya kedekatan yang mendalam pada lirik lagu band asal Yogyakarta ini.
Lagu-lagu ciptaan Duta, Eross, dan kawan-kawan ini memang sering dianggap relate dengan beragam perasaan yang dialami pendengarnya. Eross Candra, dalam sebuah wawancara dengan Metro TV pernah berujar kalau setiap album yang ia ciptakan ingin mengangkat sebuah tema sosial yang dekat dengan pendengar. Setiap album punya warna yang beragam.
Mereka terakhir merilis album pada 2014 silam. Pada album bertajuk Musim yang Baik itu, Eross mencontohkan lagu berjudul “Selamat Datang” yang mengisahkan cerita seorang perantau. Eross ingin lagu itu jadi penyemangat.
“Hal-hal seperti itu yang kami pilih. Kami berharap jika dia mendengarkan lagu Sheila on 7 jadi lebih semangat dan lebih baik, makanya kami pilih tema sosial yang seperti itu, yang memberi semangat.”
Sejumlah anak muda ini menceritakan lagu-lagu Sheila on 7 yang mereka jadikan teman dalam keterpurukan dan sahabat yang membuat mereka bangkit dari kesedihan.
Pemuja Rahasia
Seorang perempuan, sebut saja namanya Vira (24) pernah punya perasaan mendalam pada lelaki yang ia anggap paling tampan di angkatan kuliahnya. Bukan cuma soal ketampanan, pujaan hatinya itu tajir, cerdas, dan punya gaya berpakaian yang membuat banyak perempuan terpesona.
“Dia juga anak dosen,” kata Vira.
Buih perasaan itu sudah tumbuh sejak awal kuliah. Waktu berjalan, Vira merasa beruntung karena bisa dekat dan banyak berinteraksi dengan sang lelaki. Namun ia sadar, pujaan hatinya itu punya banyak penggemar.
“Aku jadi bulan-bulanan cewek yang ngefans sama dia. Mungkin karena aku biasa aja, tapi bisa deket,” curhatnya.
Kendati bisa menjalin kedekatan dan cukup banyak menghabiskan waktu bersama, Vira tak sampai hati untuk mengungkapkan perasaannya. Ia merasa sepanjang waktu kedekatan ini, lagu Pemuja Rahasia dari Sheila on 7 menjadi penenang hatinya.
“Banyak tempat yang selama ini pernah kami datangi bersama. Mungkin dia tahu deh kalau aku tuh suka. Tapi aku nggak pernah bisa mengungkapkan. Selamanya aku hanya bisa memujamu,” terangnya, meresapi makna dari lagu yang masuk di album Pejantan Tangguh ini.
Tapi, Vira menyukai Sheila on 7 tak sebatas pada lagu yang begitu relate dengan situasinya itu. Ia juga banyak menggemari lagu-lagu dari album 7 Desember seperti Pria Kesepian. Ya, kebetulan artikel ini tayang di waktu yang sama seperti nama album itu. Namanya saja yang sama, sebab album 7 Desember dirilis 26 Maret 2002.
“Buatku album 7 Desember menceritakan tentang perjuangan mendapatkan seseorang dan seberapa beruntungnya kita memiliki seorang kekasih,” ujarnya.
Film Favorit
Lagu ini merupakan single hits Sheila yang dirilis tahun 2018 silam. Pada tahun rilisnya, lagu ciptaan Eross ini berhasil meraih penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk penulisan lagu pop terbaik. Eross mengaku lagu ini terinspirasi dari seorang kawan yang belum berhasil mendapatkan pasangan.
Mirip, namun tidak serupa dengan kawan Eross, perempuan bernama Arintya (28) bercerita kalau lagu ini menemaninya di sebuah fase hubungan yang rumit dengan seorang lelaki. Hubungan itu ia jalani sejak 2016 hingga 2020.
“Hidupku empat tahun itu cocok banget kalau soundtrack-nya diisi Film Favorit,” ujarnya.
Sebelumya, Arintya dan lelaki itu menjalani hubungan romantis. Satu dua hal membuat sang lelaki memutuskan menyudahi hubungan. Namun Arin, begitu berat untuk merelakan. Supaya bisa terus dekat dengan sang lelaki, ia memilih jalan pedih, menjalani hubungan tanpa status dan kejelasan.
Saat lagu itu rilis, lirik-liriknya pun langsung menjadi sesuatu yang seakan benar-benar menggambarkan perasaan Arin. Ia mengaku terkesan bodoh dan keras kepala karena mencoba bertahan. Namun, saat itu ia berpegang teguh pada penggalan lirik di lagu itu.
Karena mereka tak ikut merasakan
Indahnya hidup jatuh hati padamu
“Satu sisi diriku mempertanyakan keputusanku bertahan. Tapi sisi lain diriku punya keyakinan bahwa jatuh cinta sama mas ini indah banget dan orang lain nggak tahu rasanya. Dan jawaban dari sisi lain itu ada di liriknya Film Favorit,” kenangnya.
Ya, kendati begitu, Arin memutuskan untuk menyudahi usaha untuk bertahan pada akhir 2020 silam. Belakangan lagu ini jarang ia dengarkan bahkan coba untuk ia hindari. Setiap lagu itu terputar, sosok lelaki itu akan kembali terpatri dalam pikiran.
Itu Aku
Berbulan-bulan seorang anak muda berupaya meyakinkan seorang gadis agar memilih dirinya sebagai sosok yang bisa dijadikan lebih dari sekadar teman. Sudah lama mereka menjalin komunikasi intens tapi gadis itu tampak terus ragu dan menerima proposal cinta sang lelaki.
“Itu cinta paling berkesan zaman SMA. Sudah dekat lama, tapi statusnya nggak jelas, dia ragu. Jadi lagu Itu Aku adalah aku yang berusaha meyakinkannya. Bahwa aku orang yang tepat buat menemaninya,” ucap Nimal Maula (23), menggebu-gebu. Menceritakan cinta remajanya yang begitu menyedot energi.
Kisah cinta masa remaja itu sudah lama terlewati. Sudah beberapa perempuan silih berganti singgah di hati. Namun, ketika lagu itu terputar, fragmen-fragmen kegetiran yang ia rasakan di masa silam kadang-kadang kembali di benaknya.
“Dulu setiap sore sepulang sekolah kalau lagi nggak ada kegiatan aku putar lagu itu. Sekarang hampir nggak pernah, tapi di kafe sesekali mendengar dan jadi kepikiran,” kenangnya.
Lagu ini masuk ke dalam album Pejantan Tangguh yang rilis di bawah naungan label Sonny BMG 2004 silam. Album ini berisi 12 lagu hits seperti “Pejantan Tanggguh”, “Itu Aku”, hingga “Pemuja Rahasia”.
Mudah Saja
Buat banyak orang, pacar pertama meninggalkan kesan yang mendalam. Betul, seorang lelaki bernama Wakhid Nurokhim (23) juga merasakan itu. Pengalaman pacaran pertamanya berakhir dengan hal yang baginya benar-benar sulit dilupakan.
Ia harus putus dengan pacar pertamanya karena sang perempuan menerima pinangan dari lelaki lain. Begitu mudah sang kekasih meninggalkan Rokhim sendiri merasakan kesedihan yang mendalam.
“Kejadian itu sekitar setahun lalu. Lagu Mudah Saja jadi menemani saya melewati fase-fase berat itu,” terangnya.
“Seumur hidup baru pacaran sekali, tapi berakhir seperti itu, membekas sekali,” sambungnya getir.
Setahun terlewati, ia mengaku sudah mulai berdamai dengan segala kenangan bersama mantan kekasihnya itu. Ketika lirik lagu “Mudah Saja” terdengar, ia jadi ingat hal-hal lucu yang ia alami di masa awal putus hubungan. Kendati begitu, lagu yang rilis 2008 dalam album Menentukan Arah ini membuatnya merasa bisa memulihkan perasaan dan membaik perlahan.
Ketidakwarasan Padaku
Selanjutnya, kisah datang dari peliknya situasi pandemi. Seorang lelaki, sebut saja namanya Toni* (30) mengalami masa yang berat karena bukan hanya ditendang dari pekerjaan karena gelombang PHK yang terjadi saat itu. Ia juga merasakan keterpurukan lantaran sang kekasih, turut meninggalkannya di saat bersamaan.
“Aku merasa itu posisi terendah dalam hidupku,” katanya. Ia yang semula bekerja di Jakarta memilih pergi ke Jogja. Kota tempatnya berkuliah sekaligus rumah neneknya berada.
Masa itu, lagu “Ketidakwarasan Padaku” sering berputar di kamarnya. Toni merasa beberapa bait lirik lagu itu sangat menggambarkan dirinya saat itu.
“Bagian ‘Aku mulai nyaman berbicara pada dinding kamar’ itu benar-benar aku rasakan dan itu menggambarkan diriku saat itu.”
Bagi Toni, lagu dari album Pejantan Tangguh itu selalu mengingatkan bahwa ia bisa melewati situasi terberat dalam hidup. Kini frekuensi lagu itu diputar sudah tak sesering dulu. Hidup Toni perlahan membaik. Pekerjaan baru sudah ia rengkuh dan petualangan baru bersama lagu-lagu Sheila on 7 yang lebih semangat mulai ia jalani.
Sheila on 7 dikenal sebagai band yang dekat dengan penggemarnya, Sheilagank.
Yang Terlewatkan dan Selamat Datang
Bagi Mozara (26), setidaknya ada dua lagu Sheila on 7 yang sangat berkesan dengan kisah hidupnya. Pertama adalah lagu “Yang Terlewatkan”. Lagu yang ia dengar saat SMP. Saat itu, Moza sedang mengagumi seorang cowok di kelasnya. Waktu itu ia senang meromantisasi semua kejadian salah satunya tentang musik.
“Aku terhipnotis saat si doi menggenjrengkan lagu milik Sheila On 7, Yang Terlewatkan. Ada perasaan merinding, seperti perasaan magis yang bener-bener bikin jatuh hati banget sama lagu itu (tentunya sama orang yang nyanyi). Mungkin bisa dibilang sejak detik itu, aku menobatkan diri sebagai Sheilagank. Fixed! Aku suka Sheila On 7,” katanya.
Moza kemudian mulai mendengarkan lagu-lagu dari album Sheila on 7 yang lain, mencoba menghafalnya, hanya agar punya bahan obrolan dan terlihat nyambung alias cocok. Beranjak ke tahun kelulusan, Moza tidak pernah benar-benar menyampaikan perasaannya ke doi.
“Mungkin karena zodiak aries, gengsiku terlalu melompat lebih tinggi. Akhirnya, memilih untuk melewatkannya,” kata Moza. Cinta pertamanya benar-benar lewat begitu saja seperti lagu yang membuatnya jatuh hati dengan teman sekelasnya itu, “Yang Terlewatkan”.
Meski cerita cintanya tidak berujung manis, tapi cinta Moza pada Sheila on 7 justru makin mengakar kuat. Sejak SMA, ia mulai nonton konser mereka. Nabung buat beli tiket konser anniversary ke-16 tahun di Grand Pacific pada tahun 2012.
Lagau kedua yang punya makna besar dalam hidupnya adalah lagu “Selamat Datang” di album Musim yang Baik. Bagi Moza, lagu itu bikin auto recharge.
“Lagu ini akhirnya jadi penyemangat tiap momen lagi pengen sambat, ditambah lagi pas wisuda dapet video dari temen isinya Mas Duta ngucapin selamat wisuda, dan selalu inget kalimat dalam lagu, ‘ dimanapun kau berada, bahagialah’. Sederhana tapi banyak yang lupa untuk bahagia,” kata Moza.
Moza mengatakan, selain ucapan selamat wisuda, ada frasa yang membuatnya berbunga-bunga dari ucapan selamat wisuda dari Duta. “Ketika mungkin orang akan mengucapkan semoga cepet dapet kerja beliau memilih ngucapin, penuh berkah dan bahagia selalu. Kenaaa banget di ulu hati! Betapa ternyata emang bener menjadi bahagia itu yang paling penting. Dimanapun kerjaanmu. Haha..,” katanya.
Tak terasa, ia sudah 12 tahun menjadi Sheilagank dan akan terus bertambah. Jika ditanya apa moto hidupnya, termasuk kriteria jodoh dengan lugas ia akan menjawab, “Tampan, mapan, seiman, bisa sing along Sheila on Sevenan”.
Lihat Dengar Rasakan
Bukan melulu soal patah hati, setiap mendengar lagu “Lihat Dengar Rasakan”, Ririn Desriani (23) jadi merasa bahwa ia harus menghargai hidup yang ia jalani sekarang. Perempuan asal Pagar Alam, Sumatra Selatan ini meresapi setiap bait lirik lagu itu sejak pertama melangkahkan kaki ke Jogja.
“Di Pagar Alam itu kan aku hampir nggak pernah lihat tuna wisma atau orang seumuran aku yang mengamen atau minta-minta di jalan. Waktu merantau saat SMA di Jogja, aku mulai banyak melihat itu,” ujarnya.
“Apalagi di lirik ‘Mudahkan hidupnya, hiasi dengan belai-Mu’ itu kerasa apa ya, hatiku tergerak gitu untuk bisa berbuat lebih,” cetusnya.
Sejak masih duduk di bangku SD, Ririn sudah mulai menemukenali lagu-lagu Sheila on 7. Kakaknya yang terpaut usia 14 tahun berkuliah di Jogja. Setiap pulang, sang kakak memutar lagu Sheila yang membuat Ririn ikut menikmati.
Saat beranjak SMP, setiap malam sembari mengerjakan tugas ia akan memutar radio dan mendengarkan salah satu stasiun lokal Pagar Alam. Lagu-lagu Sheila on 7 hampir pasti diputar. Ia nikmati sambil mengerjakan tugas-tugasnya.
“Aku suka suaranya Mas Duta, bahkan kata sandi WiFi-ku pakai salah satu lagunya,” ujarnya terkekeh.
***
Ini hanya sepenggal cerita dari banyaknya lagu ciptaan Eross, Duta, dan rekannya yang begitu membekas dalam benak para pendengar dan penikmat setia. Lebih dari dua puluh lima tahun mereka berkarya, sepuluh album dengan lagu-lagu yang mewakili perasaan banyak orang[.
Pada masa kepingan album masih jadi salah satu cara terbaik menikmati lagu, Sheila on 7 berhasil menjual jutaan keping albumnya. Salah satu dari segelintir grup yang dijuluki Band Satu Juta Copy. Band paling legendaris yang lahir dari Yogyakarta.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono