Ahli Menjawab 3 Mitos Jogja yang Tak Lekang Zaman: Suara Drumband, Andong, hingga Gamelan

Mitos Jogja Suara Gamelan Tengah Malam di Jogja Menurut Pengrawit MOJOK.CO

Ilustrasi Mitos Jogja Suara Gamelan Tengah Malam di Jogja Menurut Pengrawit. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Ada banyak mitos Jogja yang beredar. Ahli menjawab mitos-mitos seperti suara drumband dini hari kerap jadi bahan perbincangan masyarakat karena banyak yang mengaku pernah menjadi saksi nyata.

***

Beberapa mitos Jogja yang terkenal di antaranya suara drumband, suara andong, hingga gamelan. Suara-suara ini sebenarnya hal yang lazim terdengar. Namun, ada orang yang mengaku mendengarnya saat malam hingga dini hari sehingga merasa janggal.

Sepanjang tinggal di Jogja sejak 10 tahun silam, cerita getok tular soal mitos itu kerap saya dengar. Hal itu kerap membuat saya penasaran lantaran diri ini belum pernah menjadi saksi dari hal-hal tersebut.

Suara-suara tersebut kerap dihubungkan dengan entitas gaib penunggu wilayah Jogja. Suara drumband dan gamelan misalnya, konon merupakan penanda seseorang sudah mendapat penerimaan untuk tinggal di Jogja. Sementara soal suara andong, ada yang menyebutnya sebagai kereta kuda pasukan Nyi Roro Kidul.

Namun, ternyata ada jawaban logis dari setiap kejadian yang berkembang jadi mitos Jogja tersebut. Kami mencoba mewawancara ahli dan orang yang kompeten di bidangnya untuk menggali jawaban dari setiap misteri yang sering jadi perbincangan warga Jogja ini.

Banyak yang menyebut suara drumband berasal dari latihan taruna di AAU. Namun, Kepala Penerangan AAU, Letkol Sus Sutrisno menegaskan bahwa tidak ada jadwal latihan drumband AAU di malam hari setelah jam 21.00 hingga pukul 04.00 pagi.

“Latihan rutin hanya dilakukan dari pukul 13.30 sampai 15.30,” terangnya kepada Mojok.

Menjawab mitos Jogja suara drumband dini hari

Latihan itu berlangsung terpusat di Lapangan Putra Angkasa lalu berlanjut dengan berkeliling Kesatriaan AAU. Menurut keterangan Letkol Sutrisno, latihan drumband biasanya bisa melibatkan hingga 110 taruna.

Namun, ada kalanya para taruna ini melakukan latihan drumband di luar jadwal tetap tersebut. Khususnya ketika akan ada sebuah acara yang melibatkan tim marching band AAU. Acaranya beragam mulai dari kegiatan internal, ajang nasional dan internasional, hingga undangan untuk tampil dari instansi pemerintahan.

“Kemungkinan suara yang masyarakat dengar itu saat taruna latihan di luar jadwal rutin karena sedang mempersiapkan acara tertentu. Intinya latihan taruna bisa menyesuaikan dengan keadaan,” paparnya.

Selain itu juga ada kemungkinan suara berasal dari Korps Musik Keraton atau kelompok marching band masyarakat. Terkadang, kelompok marching band masyarakat yang menyerupai Korps Musik Keraton biasa berlatih di malam hari.

Selain itu, soal suara misterius ini, Ahli Fisika UGM, Dr.rer.nat. Wiwit Suryanto, S.Si., M.Si . Wiwit menjelaskan bunyi merambat melalui medium udara. Medium ini punya karakteristik yang berbeda-beda saat pagi, siang, sore, malam, hingga dinihari. Belum lagi jika ada gangguan dari suara-suara lain. Perbedaan kondisi medium tersebut memengaruhi jarak rambat bunyi.

Marching band Akademi Angkatan Udara dalam sebuah atraksi. Saat akan tampil, marching band ini sering kali latihan di luar jadwal resmi. (Instagram @aauacid)

Suara bisa terdengar dengan jarak lebih dari lima kilometer jika kondisinya memang benar-benar sunyi. Bunyi itu pun hanya bisa terdengar dengan intensitas yang begitu rendah.

Wiwit mencontohkan, saat erupsi Gunung Kelud 2014 silam, bunyi dentuman bisa terdekteksi sampai di Singapura. “Orang mungkin tidak mendengar, tapi sensor menangkap bunyi dari ledakan itu di Singapura,” ujarnya.

Mitos soal suara gamelan sebenarnya bukan hanya menjadi perbincangan warga Jogja. Di berbagai daerah, pengalaman mendengar suara gamelan yang dikaitkan dengan hal mistis kerap jadi perbincangan.

Pengrawit menjawab asal suara gamelan yang misterius

Seorang pengrawit Jogja, Sudaryanto (40) mengungkap banyak mitos yang menyelimuti gamelan. Seperti halnya cerita seputar suara gamelan tengah malam. Ia mendengar cerita bahwa suara gamelan penanda bahwa seseorang mendapat penerimaan untuk tinggal di Jogja

“Itu tentu getok tular. Tidak ada yang membuktikan bahwa itu jadi pertanda kan?” tanyanya seraya tertawa.

Hal semacam itu menjadi tantangan lantaran orang kemudian menganggap gamelan menjadi sesuatu yang keramat. Anggapan semacam ini membuat anak muda menjauh dari instrumen musik tradisional ini.

Pada saat bersamaan, ia juga mengakui bahwa alat musik ini punya sisi metafisika yang kadang tak bisa ia jelaskan secara rasional. Suatu ketika ia mengaku pernah menyaksikan tabuh di sebuah ruangan jatuh secara tiba-tiba. Padahal tidak ada goncangan maupun angin kencang lantaran areanya tertutup.

Namun, ada jawaban rasional soal mitos Jogja mengenai suara gamelan. Salah satunya fakta bahwa Jogja adalah wilayah penting dalam perkembangan tradisi Jawa. Sehingga lumrah jika banyak terdengar suara tabuhan di beragam titik. Terutama di sekitar Keraton maupun pusat-pusat kebudayaan.

Bukan hal yang muskil pula jika tengah malam ada yang menyetel suara gamelan dari perangkat audio. Saat tengah malam suara merayap lebih jauh karena suasananya sunyi.

“Misalnya saya main gamelan di atas Taman Sari tengah malam, tanpa amplifikasi sound, suaranya pasti terdengar lebih jauh,” ujarnya seraya menunjuk bangunan bersejarah di belakangnya.

Selanjutnya, di destinasi wisata sekitar Keraton Jogja, andong merupakan hal yang lazim terlihat. Kehadirannya menjadi salah satu ikon wisata kebudayaan.

Misteri suara andong

Namun, ada warga yang mengaku punya pengalaman mendengar suara andong dinihari padahal rumahnya jauh dari lokasi wisata Keraton Jogja. Toni Heru (48) misalnya, pada 2014 silam saat tinggal di Gamping, Sleman mengaku pernah mendengar empat kaki kuda yang melangkah dengan beban delman di belakangnya. Lengkap dengan denting dari ornament kalung yang biasa tersemat pada kuda tersebut.

“Saat itu saya mikirnya ini andong dari Malioboro lagi perjalanan pulang,” kenangnya.

Toni yang penasaran, lantas melongok ke luar rumah. Sayangnya, ia tidak melihat ada delman yang melintas.

Meski para kusir andong umumnya hanya berkeliling sekitar tempat wisata, namun selesai narik mereka akan pulang ke rumah membawa kudanya. Seorang kusir bernama Martopo misalnya, tinggal di Seyegan yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Malioboro. Ketika pulang, ia akan melewati banyak titik.

“Saya sekarang pulangnya sore terus tapi ada beberapa kusir yang bisa sampai malam karena berangkatnya sore,” terangnya.

Kusir pulang malam jadi jawaban

Selain itu saya berjumpa dengan kusir bernama Gandung (54), yang mengaku pernah beberapa kali bekerja sampai malam. Jika berangkat sore ia bisa baru pulang jam 10 hingga 12 malam.

Padahal rumahnya berada di Potorono, Banguntapan, Bantul. Perjalanan menggunakan andong dari tempat tinggalnya memakan waktu sekitar 45 menit.

“Saya paling larut itu pernah pulang sampai rumah jam tiga pagi,” katanya.

Hal itu terjadi saat malam tahun baru. Selain sedang banyak wisatawan, para kusir bisa pulang dini hari karena jalanan yang macet. Menurut Gandung, suara yang didengar warga maupun wisatawan di kawasan jauh dari tempat wisata bisa berasal dari kusir sepertinya yang pulang larut pada momen tertentu.

Pemaparan tersebut menjadi salah satu jawaban kuat mengapa bisa terdengar suara andong ketika malam hingga dini hari. Sebab, ketika para kusir pulang larut, mereka membawa kudanya melewati berbagai titik sepi sampai ke kediamannya.

Mitos memang kerap muncul di kalangan masyarakat yang memegang kuat tradisi dan kebudayaan. Selalu ada jawaban rasional untuk menjawab fenomena-fenomena yang awalnya sukar dicerna. Termasuk mitos Jogja yang melegenda.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Pengrawit Mengungkap Misteri Suara Gamelan Tengah Malam yang Didengar Warga dan Pendatang di Jogja.

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version