Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal

Warteg Pertama di Jogja Merekam Kebiasaan Makan Mahasiswa

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
29 Oktober 2022
A A
Beranda Liputan Kuliner
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Budaya makan di warteg

Warteg punya sejumlah ciri khas. Salah satu yang identik adalah keberadaan dua pintu yang sejajar di bagian depan. Menurut Cholid, hal itu untuk memudahkan sirkulasi pelanggan yang keluar masuk.

“Tapi ada juga yang beranggapan kalau itu harapan supaya rezekinya semakin banyak,” ujarnya tertawa.

Selanjutnya tentang penataan tempat duduk yang mengitari etalase makan. Bagi Cholid, selain memudahkan penataan lauk supaya terlihat jelas, juga agar sirkulasi pelanggan yang makan bisa lebih cepat.

Warteg Glagahsari jadi jujugan mahasiswa. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Nah hal itulah yang menurutnya membuat warteg tidak berkembang pesat seperti warmindo di Jogja. Cholid mengamati bahwa di Jogja orang lebih suka makan dengan santai. Setelah makan, pelanggan terutama mahasiswa ingin bercengkerama dahulu sembari merokok atau berbincang.

“Sedangkan pas di Jakarta, pangsa pasar kan buruh pabrik. Mereka makan cepat. Sirkulasi yang keluar masuk lebih cepat juga,” paparnya.

Warteg memang menawarkan keragaman lauk dan sayuran yang tidak ditemukan di warmindo. Etalase lauk di warmindo hanya satu dan tidak terlalu besar. Tapi meja dan kursi yang tersedia untuk pelanggan berlimpah.

Baca Juga:

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan Mojok.co

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan

1 November 2025
Kuliner Semarang.MOJOK.CO

10 Tahun Merantau Bikin Sadar Kalau Kuliner Semarang Super Enak, Sedangkan Jogja Overrated

24 Oktober 2025

“Nah ini kalau di tempat saya, etalase saja sudah dua dan panjang-panjang. Sebab kami lauknya banyak,” terangnya.

Perkembangan warmindo di Jogja sekarang juga sudah semakin memanjakan pelanggan untuk bercengkerama berlama-lama. Beragam fasilitas disediakan seperti WiFi dan tempat yang luas. 

“Kalau saya lihat ya memang secara sosial dan budaya, di Jogja itu orang suka makan sekalian nongkrong. Entah itu sarapan, makan siang, atau malam. Makannya sekarang juga banyak warmindo yang konsepnya semi kafe,” jelasnya.

Alasan tidak banyak warteg di Jogja

Menjamurnya warmindo di sekitar kampus juga turut berpengaruh pada warteg milik Cholid. Ia ingat saat awal mengelola warteg di sini, warmindo hanya menjual dua jenis makanan yakni bubur kacang hijau dan mie instan.

Perlahan, warmindo juga menyediakan nasi dan lauk pauk. Sehingga pangsa utama wartegnya yang mahasiswa perlahan beralih ke sana karena lebih bisa makan sekaligus bersantai lama.

Hingga sekarang, orang Tegal yang merantau ke Jogja untuk usaha warteg memang tidak terlalu banyak. Tidak sebanyak perantau dari sana yang datang untuk berjualan nasi goreng dan martabak terang bulan. 

Selain karena banyaknya warmindo, seperti disebutkan di atas, banyak warung padang dengan harga murah menjadi sebab tidak banyak warteg di Jogja.

“Ya makanya tidak sampai ada paguyuban penjual warteg di sini. Paling hanya paguyuban perantau dari Tegal secara umum,” katanya.

Iklan

Setelah lebih dari dua puluh tahun berdiri, sudah banyak generasi mahasiswa yang pernah dilayani kebutuhan makannya di warung makan sederhana ini. Banyak di antara mereka yang sudah lulus lalu datang kembali. Kangen dengan masakan khas yang ditawarkan warteg.

“Ya sering ada yang sudah selesai kuliah lalu datang ke sini. Menyapa saya tapi saya lupa sama dia. Pasti saya tanya angkatan berapa karena sudah banyak sekali kan angkatan yang saya lewati,” kenangnya.

Warung ini dikenal dengan nama Warteg Glagahsari. Nama itu tidak pernah diniatkan oleh sang pemilik. Bahkan sejak awal tidak pernah ada nama khusus yang diberikan untuk usaha ini. Di depan bangunannya hanya ada tulisan sederhana “Warung Tegal” dengan cat berwarna biru yang sudah kusam.

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Jika Bude Warteg Jadi Peserta Master Chef dan Dikomentari Para Pesohor Negeri

Halaman 2 dari 2
Prev12
Tags: goyang lidahKuliner Jogjawartegwarung tegal
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Pos Selanjutnya
ridwan kamil cawapres mojok.co

Ridwan Kamil jadi Cawapres: Saya Siap Saja Kalau Takdir Allah

Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.