Warteg Jogja Buyarkan Ekspektasi Perantau Surabaya, Rasa Masakan Tak Bisa Dibandingkan dengan Warteg Surabaya

Warteg Jogja Lebih Enak ketimbang Warteg Surabaya MOJOK.CO

Ilustrasi - Perdebatan enak mana antara Warteg Jogja vs Warteg Surabaya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Warteg di Jogja buyarkan ekspektasi perantau Surabaya. Rasa dari masakan di Warteg Jogja tidak bisa dibandingkan dengan rasa di Warteg Surabaya. Begitulah yang beberapa orang Surabaya simpulkan setelah menyecap menu-menu di Warteg Jogja.

***

Acara Tribute to Kretek pada Jumat (31/5/2024) lalu di Kancane Coffee & Tea Bar, Sleman, Jogja mempertemukan saya dengan dua orang perantau asal Surabaya. Mereka duduk dan ngobrol-ngobrol cukup lama di stan Cethe yang kebetulan saya turut berjaga di sana.

Awalnya kami ngobrol-ngobrol soal tradisi nyethe (melukis batang rokok dengan ampas kopi), lalu soal hal-hal dari Surabaya yang sulit terlupakan, hingga tiba-tiba saja obrolan kami lebih intens membahas soal Warteg.

Warteg Jogja menggugah selera makan

“Warteg Jogja masih lebih mending lah kalau bandingannya Warteg Surabaya,” ujar Febri (26).

Febri sebenarnya asli Pasuruan, Jawa Timur. Ia lalu menghabiskan waktu 4,5 tahun di Surabaya untuk kuliah S1. Sebelum akhirnya ia memutuskan pindah ke Jogja pada 2022 lalu untuk lanjut kuliah di S2.

Febri tentu tak tahu persis bagaimana lidah orang Surabaya asli dalam mencecap Warteg di Surabaya. Namun, bagi perantau pecinta pedas sepertinya, Warteg Surabaya kurang bisa lidahnya nikmati.

Oleh karena itu, saat merasakan masakan di beberapa Warteg di Jogja, Febri menyebut agaknya Warteg di Jogja jauh lebih bisa ia nikmati ketimbang Warteg Surabaya.

Salah satu Warteg di Jalan Damai, Ngaglik, Sleman, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

“Aku makan di sembarang Warteg. Kadang nemu yang masakannya ada pedes-pedesnya. Kalau itu aku cocok banget, khas lidah Jawa Timuran. Ada juga yang rasanya manis-manis, khas Jogja-an,” ucap Febri.

Tapi bagi Febri itu jauh lebih baik. Walaupun sering kali ia nemu masakan Warteg Jogja yang terlalu manis, setidaknya masih ada rasa yang bisa ia cecap. Tak seperti pengalamannya 4,5 tahun di Surabaya, di mana kalau makan di warteg sering kali terasa hambar.

Temuan rasa di Warteg Jogja yang cukup cocok di lidah Febri itu pun tak pelak membuat selera makannya tergugah.

Warteg Surabaya memang sehambar itu

Pengakuan senada juga Lingga (25) ungkapkan. Ia berasal dari Jember. Sama seperti Febri, Lingga sempat kuliah S1 di Surabaya sebelum akhirnya bekerja sebagai barista di Jogja sejak 2023 lalu.

Lingga membenarkan pendapat Febri perihal betapa hambarnya Warteg-Warteg di Surabaya. Dari segi menu pun tak terlalu variatif. Lingga tak tahu nama persis menu-menu di Warteg. Namun, dalam pengamatannya, varian menu Warteg di Jogja lebih beragam ketimbang beberapa Warteg di Surabaya yang pernah ia temui.

“Pas awal ke Jogja, butuh waktu lama untuk berani coba-coba Warteg,” ujar Lingga di sela-sela “kesibukannya” menyethe rokok.

“Setelah sekali mencoba, ternyata beda dengan Surabaya. Ada rasanya, nggak hambar,” sambung Lingga. Alhasil, Lingga pun mulai tak ragu untuk makan di Warteg-Warteg Jogja. Meski memang tak sering.

Baca halaman selanjutnya…

Penyebab Warteg Surabaya rasanya hambar

Warteg Surabaya murah, faktor di balik rasa hambar

Ada banyak tulisan yang membahas cita rasa masakan Jawa Timur, termasuk Surabaya. Beberapa tulisan menyebut bahwa dibanding Jawa Tengah dan Jawa Barat, masakan Jawa Timur lebih gurih dan pedas. Salah satunya yang tertulis dalam buku 50 Masakan Khas Jawa Timur (2015) yang ditulis Ajen Dinawati.

Sehingga, kalau mendapat suguhan masakan yang manis apalagi hambar, lidah orang-orang Jawa Timuran pasti akan sangat terganggu.

Vis a vis antara Warteg Jogja dengan Warteg Surabaya lalu membawa saya pada obrolan dengan Bima (24), pemuda asal Banyuwangi, Jawa Timur yang saat ini masih kuliah di Jogja.

Tak Cuma di Surabaya, di tempat asalnya pun juga ada Warteg. Rasanya tak jauh berbeda: hambar. Tentu tak cocok dengan lidahnya yang terbiasa dengan rasa pedas. Itulah kenapa saat di Banyuwangi ia terbilang jarang memilih Warteg sebagai opsi tempat makan.

“Mungkin karena harganya dibuat murah. Jadi kadar gula atau garamnya dikurangi. Atau mungkin juga ya karena yang masak bukan orang Jatim aja akhirnya hambar,” beber Bima saat kami diskusi di Akademi Bahagia, Jogja, Selasa (4/6/2024) malam WIB.

Saat kuliah di Jogja pun, Bima sendiri pada dasarnya tak cocok-cocok amat dengan Warteg di Jogja. Terlalu manis. Tapi, paling tidak ada rasanya lah ketimbang hambar babar blas.

Warteg Jogja tak terlalu buruk

Lantaran penasaran, sejak Tribute to Kretek lalu saya mencoba mencicipi beberapa Warteg yang dekat dengan tempat tinggal saya di Ngaglik, Sleman. Ada satu Warteg di sekitaran Jalan Damai yang secara rasa menurut saya tak terlalu buruk.

Saya menyimpulkan, rasanya cukup gurih, meski tentu ada manis-manisnya. Pedasnya juga pas saja menurut saya, karena saya juga tak terlalu pedas. Tapi yang jelas, tak sehambar Warteg-Warteg di Surabaya.

Saya tinggal di Surabaya selama kurang lebih 6/7 tahunan. Kalau warung makan langganan saya di Surabaya tutup, maka Warteg menjadi pilihan. Menu yang saya pilih biasanya nasi kikil+telur dadar kalau tidak nasi lodeh-telur dadar. Bagi saya, itu menu paling masuk di Warteg Surabaya. Bumbunya terasa, tak setipis menu-menu yang lain.

Menu nasi kikil di Warteg Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Uji coba pertama saya di Warteg Jogja adalah mencicipi nasi kikil+telur. Hmmm, rasanya sungguh lebih baik. Lalu saya mencoba memilih menu-menu lain yang terlihat menggoda. Berlanjut juga mencoba beberapa Warteg terdekat.

Warteg di Jalan Damai sejauh ini masih menjadi favorit. Tapi Warteg-Warteg lain di Jogja yang saya coba kemudian ternyata tak buruk-buruk amat.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Warung Pak Ndut Pinus Berjuang Perbaiki Ekonomi Keluarga, Malah Nelangsa karena Sering Dicolong Mahasiswa UIN Jogja yang Tak Punya Malu

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

Exit mobile version