Soto Kemangi Kemasan: Misteri Ada di Kuah dan Daun Kemanginya

Ilustrasi Soto Kemangi Kemasan:  Misteri Ada di Kuah dan Daun Kemanginya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Soto ini lain dari soto kebanyakan, di kubangan kuahnya nggak ada daging, hanya irisan tahu dengan taburan daun kemangi. Yang istimewa dari Soto Kemasan atau Soto Kemangi Kemasan ini adalah rahasia kuahnya yang membuat penikmatnya  berkeringat 

***

Di spanduk depan warungnya, tertulis, Soto Tahu Mbah Wongso Kemasan, tapi orang lebih mengenalnya dengan sebutan Soto Kemasan atau Soto Kemangi Kemasan. Lokasinya di tepi Ring Road Selatan, tepatnya di Dusun Kemasan, Singosaren, Banguntapan Bantul. 

Saya datang tepat tengah hari saat Jogja tengah terik-teriknya. Datang siang adalah sebuah kesalahan, karena tak akan menemui menu yang komplit di warung ini. “Lauknya tinggal kepala ayam, Mas,” kata salah satu pegawai ketika saya datang, Minggu (28/1/2024).

Soto Kemangi, soto dengan toping daun kemangi

Sudah lama sekali saya tidak makan di warung soto ini. Sekarang tempatnya lebih luas. Dulu cuma ada beberapa bangku dan meja. 

Saya sengaja memesan soto tanpa nasi karena perannya menurut saya sudah terganti oleh potongan tahu bacem. Agar lebih ramai, saya masukan potongan kepala ayam goreng.

Sebelum menyantap soto bening ini, ritual yang pasti pengunjung lakukan adalah memetik satu persatu daun kemangi dari batangnya, kemudian menjadikannya sebagai toping.

Ada sensasi tersendiri yang tidak bisa saya gambarkan ketika mengunyah daun kemangi dalam kuah soto. Salah satu yang istimewa dari Soto Kemangi atau Soto Kemasan adalah efek dari kuahnya.

Soto Tahu Mbah Wongso Kemasan MOJOK.CO
Warung Soto Kemasan atau Soto Kemangi ini sudah ada sejak 1952. (Agung P/Mojok.co)

Soto ini selalu membuat saya berkeringat setiap makan di sini. Saya menduga ada jahe atau merica yang jadi bagian dari bahan pembuat kuah.

Kalau ingin tambah berkeringat sekaligus kepala kemepyar, coba tambahkan cabai rebus yang sudah tersedia di mangkuk. Di warung ini, sambal tergantikan dengan cabai rebus. Pengunjung bisa langsung ngulek cabe tersebut dengan sendok di mangkuk yang disediakan.

“Iya, Mas. Kuahnya memang ada jahe sama merica, jadi ya kata pelanggan itu yang membuat berkeringat, apalagi kalau makannya cuaca panas seperti ini,” kata Pak Marjudi (67) penerus Soto Kemangi Kemasan.

Pak Marjudi bercerita, ada beberapa orang penggemar Soto Kemasan yang kalau ngambil cabai itu banyak. “Ada yang satu orang itu ambil 15 cabai, ada yang 20 orang. Katanya nggak mantep kalau nggak banyak,” kata Pak Marjudi.

Soto Kemasan yang jadi langganan wong cilik pada zamannya

 Kebetulan pengunjung sudah mulai sepi sehingga saya agak lebih leluasa ngobrol dengannya. “Pendirinya Mbah Wongso tahun 1952, dari dulu isiannya tahu dan tempe bacem, terus ada kemanginya,” kata Marjudi.

Marjudi mengatakan, isian soto hanya tahu dan tempe bacem karena waktu itu warung soto melayani masyarakat kecil atau wong cilik. “Dulu, jalan ini jadi tempat lewat orang-orang dari Kotagede ke Imogiri. Biasanya mereka jalan kaki atau bawa kuda, nah mampir makan di sini,” kata Marjudi yang lahir di Kemasan.

Usaha Mbah Wongo lantas diteruskan oleh putrinya yang kemudian menjadi istri Pak Marjudi. Soal kenapa memakai kemangi, sejujurnya Pak Mardjudi tidak tahu alasannya. Masih menjadi misteri yang tak terpecahkan.

Daun kemangi sebagai topping soto. Masih jadi misteri, tujuannya untuk apa. (Agung P/Mojok.co)

“Kalau kenapa tahu dan tempe Mbah Wongso bilang karena pasarnya memang masyarakat biasa, rakyat kecil. Nah, kalau kenapa pakai daun kemangi, Mbah Wongso nggak bilang ke saya atau istri,” katanya.

Tempat istirahat warga dari ke Kotagede ke Cino Mati

Pak Marjudi lantas bercerita, dulunya jalan di depan warung jadi salah satu jalan utama dari Kotagede menuju Pleret, Segoroyoso. “Ring Road ini baru ada tahun 1992. Dulunya ini jalan yang sering dilewati orang-orang menuju Segoroyoso, ke Cino Mati,” kata Marjudi.

Jalan tersebut dulunya digunakan masyarakat untuk membawa material membangun rumah serta hasil bumi. “Dulu ada istilah jaran gendengan, itu untuk menyebut kuda yang membawa genteng, ada juga yang membawa kayu,” kata Marjudi.

Tahun 1970, estafet usaha soto beralih ke anak Mbah Wongso yang kemudian jadi istri Pak Marjudi. Namun, tahun 1980-an, Pak Marjudi memutuskan merantau ke Jakarta untuk bekerja di sebuah pabrik, sedang Istri dan anak-anaknya tetap di Jogja. 

Pak Marjudi lantas memutuskan pulang ke Jogja di tahun 2006. Ia lantas fokus membantu istrinya mengembangkan Soto Kemangi Kemasan. “Saya mulai mengembangkan dengan menyediakan lauk seperti iso, babat, ayam kampung goreng, sate, dan lainnya,” kata Marjudi.

Ternyata inovasinya disukai konsumen. Mereka suka dengan lauk yang kian beragam. “Ibaratnya mereka minta sotonya jangan berubah, cukup tahu dan tempe, tapi lauknya nambah,” kata Marjudi.

Soto Kemangi yang pernah krisis kemangi tiga bulan

Soal kemangi, Pak Marjudi merasa tidak kesulitan untuk mendapatkannya. Namun, ia mengakui pernah ada masa ia tidak bisa menyediakan kemangi di warung sotonya. “Saya lupa tahun berapa, pokoknya pas ada erupsi Merapi. Biasanya kami dapatnya dari petani di lereng Merapi, di Magelang, Klaten, Boyolali, tapi tidak ada yang menanam karena lahannya kena abu,” katanya.

Suasana warung soto yang sepi di siang hari. Biasanya soto habis sekitar pukul 13.00 WIB. (Agung P/Mojok.co)

Dalam perkembangannya, Warung Soto Kemangi atau Warung Soto Kemasan makin dikenal. Warung soto yang semula kecil, lama kelamaan mulai membesar. Semula hanya tiga meja yang bisa menampung pembeli. “Sekarang sudah ada sekitar 19 meja,” kata Pak Marjudi.

Tahun 2017, istrinya tercinta meninggal dunia. Ia sebenarnya sudah menawarkan dua putrinya untuk meneruskan usaha soto tersebut, tapi kedua anaknya merasa belum waktunya. Itu yang menyebabkan ia masih mengurus warung soto. “Anak-anak juga bantu di warung kok, cuma ini sekarang lagi istirahat,” katanya.

Anna (32) warga Kota Yogyakarta datang bersama suaminya. Ia sudah jadi pelanggan soto ini sejak lama. Menurutnya, ia cocok dengan kuah sotonya. “Enak lagi pas ayam gorengnya dimasukan soto, terus sambelnya mas,” katanya.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Semangkuk Soto Sampah untuk Mengusir Dinginnya Malam di Jogja

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version