Baceman kepala yang jadi primadona
Belakangan, menurut Sujinten, warung ini memang tidak seramai dahulu. Dulu sehari rata-rata menghabiskan 25-30 potong kepala. Saat ramai bahkan bisa mencapai 40 potong.
Pelanggannya datang dari beragam kalangan. Mulai dari orang tua hingga yang muda-muda. Banyak di antara pelanggan lama, yang sering menikmati baceman kepala saat muda, lalu kembali lagi setelah lama meninggalkan Jogja.
“Sering ada yang datang dari Jakarta atau daerah lain, biasanya dulu mereka pelanggan sini, kalau sedang di Jogja ya mampir lagi,” ucapnya.
Momen paling ramai biasanya memang saat awal bulan. Di dekat tempat ini ada markas Batalyon Infanteri Mekanis 403. Sehingga biasanya, saat jadwal gajian, para anggota TNI ini berbondong-bondong menikmati baceman kepala kambing.
“Dulu Bondan Winarno juga pernah ke sini,” celetuknya.
Sujinten lalu tertawa melihat saya yang tiba-tiba antusias dan minta diceritakan saat almarhum Bondan Winarno datang. Sosok legendaris di dunia kuliner Indonesia itu pertama berkunjung pada 2006.
“Dulu datang bersama rombongan lima atau enam orang gitu, saya agak lupa,” katanya.
Setelahnya, Bondan sempat datang kembali. Merindukan masakan di sini. Sujinten mengaku lupa dengan perbincangan yang terjadi di antara mereka. Tapi ia ingat satu kata yang Bondan katakan, “Beliau bilang maknyuss,” ujar Sujinten.
Di tengah perbincangan kami, Wahyuni tiba-tiba menghampiri dan bertanya, “Mau pedas banget atau sedang saja?”
Aslinya, saya penikmat makanan pedas. Tapi berhubung masih pagi dan perut kosong, kali ini saya minta yang sedang saja.
Tak berselang lama, pesanan pun datang. Saya lumat perlahan. Ternyata, makan lidah kambing untuk sarapan tidak semenakutkan yang saya bayangkan sebelumnya. Sambalnya memang terasa manis. Terasa lebih sempurna kalau minta dibuat lebih pedas.
Saya mengacungkan jempol ke Sujinten di belakang setelah seporsi lidah hampir tandas.
“Enak, Bu.”
“Sudah dibilang, kalau doyan, kepala kambing itu enak dimakan kapan saja, termasuk sarapan,” jawabnya tertawa.
Mengolah kepala kambing memang butuh ketelatenan dan pengalaman. Di tangan orang yang salah, mungkin akan menyisakan aroma kambing yang menyengat.
Tak heran kalau tak banyak tempat lain di Jogja yang menjajakan baceman kepala kambing. Tempat ini, bahkan bisa dibilang satu-satunya. Sehingga rasanya, perlu lah, kalian mampir sesekali. Sayang rasanya hidup tanpa mencicipi kepala kambing ini.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono