Keluh Korban Drainase Jalur Lambat Ring Road Utara Monjali-Kentungan

Drainase mojok.co

Jalur lambat Jalan Ring Road Utara dari Monjali menuju Kentungan jadi bahan perbincangan. Akibat penutup drainase (saluran air) yang tak rata, banyak pengendara kendaraan bermotor kecelakaan. Tuntutan untuk segera diperbaiki pun mengemuka.

***

Ruri Afrizal gelagapan. Ia tak bisa mengontrol kopling dan laju gas ketika ban motornya menghantam penutup drainase atau inlet yang tidak rata di jalur lambat Jalan Ring Road Utara atau kini bernama Jalan Padjajaran. Jalur neraka tersebut berada di jalur lambat ring road Monumen Jogja Kembali (Monjali) menuju underpass Kentungan, Jalan Kaliurang.

Tubuh Ruri terpelanting dan kendaraannya menabrak pembatas jalan. Kejadian tersebut menciptakan suara keras yang memecah kesunyian di sekitar lokasi tersebut.

Ruri mencoba mengangkat kepalanya yang terbentur dengan keras. Beruntung Helm full-face yang ia pakai melindunginya. Tak ada yang membantu karena saat itu pukul dua dini hari. Sebelum esok memulai hari yang penuh cedera, Ruri pusing bukan main, ia duduk di pinggir jalan. “Drainase bajingan!” ujarnya menyumpahi.

Para korban drainase jalur lambat ring road utara

Apa yang dialami oleh Ruri, nyatanya bukan perkara biasa. “Itu adalah permasalahan menahun bagi saya yang pulang kerja pagi-pagi,” kata Ruri dilematis.

Mau ambil lajur cepat, tapi ia tidak yakin dengan kondisinya karena mengantuk. Ia justru takut mengganggu mobil-mobil yang melintas dengan cepat. “ Tapi mau ambil lajur lambat, itu namanya bunuh diri,” katanya.

Ruri tidak sendiri. Di Twitter, cuitan @ogiklo viral setelah menyampaikan keluh kesahnya perihal drainase atau inlet yang membuat jalan tidak rata pada bagian lajur lambat Ring Road Monjali sampai Kentungan. Cuitannya, disambut riuh oleh pengguna jalan lain yang merasakan hal yang sama.

Guyonan yang hadir justru menggambarkan kegetiran. Ada yang bilang bahwa ketika mentas di jalan tersebut ibarat simulasi dari Squid Game. Ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah salah satu obstacle Benteng Takeshi. “Bodoh sekali dia, Yang Mulia,” kata pemilik akun @ogiklo ketika menampilkan meme bergambar Raja Benteng Takeshi.

Ruri, ketika saya perlihatkan tweet tersebut juga mafhum. Akhir Desember 2021, setelah cuitan tersebut viral, saya pun mencoba melewati Jalan Ring Road Utara Monjali menuju Kentungan pukul dua belas malam.

Pertama saya mencoba lewat lajur cepat, tiba-tiba di belakang saya terdengar suara klakson yang membuat saya mak jegagik dan spontan menambah kecepatan. Lewat lajur cepat, seperti apa yang dikatakan oleh Ruri, “Memang aman dari drainase dan jalan yang nggak rata. Namun bersanding sama mobil, bus, dan truk jadi pilihan berat lainnya.”

Saya berputar lagi. Kali ini saya mencoba ambil lajur lambat. Itu artinya, saya akan bersua dengan drainase atau inlet yang membentang sepanjang jalan. Pertama saya menggunakan kecepatan 60 km per jam. Menghindari jalan yang tidak rata di lajur lambat ini, adalah arti lain dari pembuktian bahwa kamu dapat SIM C dengan cara jujur atau nembak. Berkelok-kelok!

Ketika jalan menikung sebelum Plemburan, drainase terus menghiasi jalan yang saya lalui, namun tiba-tiba di depan saya ada bapak-bapak yang sedang menggunakan sepeda. Sepeda itu, kebetulan juga sedang mencoba menghindari drainase. Dengan skill berkendara yang apa adanya, saya pun mengerem total motor dan keringat saya mengucur deras. Padahal, malam itu, Jogja wilayah Utara sedang dingin-dinginnya.

Pengalaman yang saya rasakan ini mengkonfirmasi cerita Ruri yang mengatakan bahwa kesulitan berkendara di jalur ini ketika jalanan ramai dan kecepatan kendaraan sedang tinggi. “Ketika kondisi ramai dan kecepatan kendaraan semua sedang tinggi, masuk ke drainase dan misuh itu sudah pasti terjadi,” pungkasnya.

 

Drainase yang membahayakan pengendara bermotor di ring road utara dari arah Monjali menuju underpass Kentungan (Gusti Aditya/Mojok.co).

Kisah lain dialami oleh Wahyu Tri. Ia amat membenci jalan itu karena pernah ndlungup bersama pacarnya. “Itu bukan jalan, Mas. Itu trek-trekan.”

Wahyu memang tidak diputus sama pacarnya karena pernah ndlungup di sana, namun kejadian itu tentu saja bikin dirinya malu. “Saya putus karena hal lain, tapi malu karena jatuh naik motor pas melintasi Ring Road Monjali ke Kentungan, itu nggak bisa saya lupakan,” ujarnya ketika saya sapa via Twitter.

Wahyu jatuh karena mencoba menghindari drainase, tapi tiba-tiba di sisi kanan ada pengendara motor ibu-ibu pakai N-Max. “Tahu-tahu sudah ndlungup dan satu gigi mantan saya itu rempal,” katanya.

Wahyu bercerita betapa horornya jalan itu ketika dilanda hujan. “Hujan di Jogja menimbulkan kenangan? Ndasmu! Hujan di Ring Road Monjali sampai Kentungan menimbulkan kenangan tragis, nah itu baru bener,” katanya.

Menurut Wahyu saat hujan mengguyur, jalan penuh lubang dan tak rata ini akan licin. Tentu saja ini akan menambah kesulitan mengendalikan motor. “Bahkan kita jadi nggak tahu mana drainase, mana jalan biasa,” katanya.

Wahyu punya pendapat yang menggambarkan keluh kesah pengguna jalan lainnya. Ia mengatakan, “Coba kalau kamu kena klitih di area sana. Mau ngebut takut benjut, mau lewat lajur cepat takut sama kendaraan berat.”

Lain lagi cerita dari Yuda Wijaya, pemilik akun @yududada ini berkomentar bahwa ia sampai ganti ban hanya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama melintasi jalan tersebut. Hingga tulisan ini dibuat, cuitannya itu sudah di-like sebanyak 5,4 ribu dan 2,5 ribu kali dibagikan.

Yuda bercerita bahwa dulu ia memakai ban merek IRC tipe RX-01 standar bawaan motornya. Ban bawaan itu cocok untuk aspal kondisi layak. Namun, hampir tiap hari ia harus melewati jalur lambat ring road utara yang tidak rata. Yuda lantas mengganti ban motornya menggunakan merek Swallow tipe SB-117 dengan harga sampai 900 ribu.

“Kantorku sekitar kompleks tentara dan rumahku sekitar Indoluxe Hotel. Jadi commuting kerja ya tiap hari lewat area ketangkasan (Ring Road Monjali) itu,” kata Yuda ketika ditanya mengapa rela mengeluarkan ongkos hampir satu juta untuk ganti ban motornya.

Kelakar Yuda terlihat menyenangkan ketika ia berkata bahwa SIM-nya tidak nembak, jadi ia mahir untuk melewati area zig-zag penuh lubang tersebut. Namun Yuda berkata bahwa kadang ia merasa motornya oleng ketika lewat pinggiran lubang drainase.

Ia bercerita bahwa sering bersua dengan kendaraan yang kagok ketika lewat daerah sana. “Jam berangkat kerja gitu orang pada kagok. Aku juga pernah menyaksikan secara langsung orang yang ngerem mendadak menghindari lubang dan kendaraan-kendaraan belakang nubruk,” katanya.

Kalau senggolan jangan ditanya lagi, menurut Yuda kejadian itu sering terjadi karena beberapa pengendara yang coba menghindari lubang. Yuda pun mengenang. Dulu, ketika awal-awal Yuda menggunakan motor ke area itu, lubang drainase tidak jeglong-jeglong banget.

“Sering ditambahnya aspal, jeglongan itu juga makin tinggi,” katanya. Guyonan Yuda kian bercampur dengan perasaan muntab, “Kalau yang nggak biasa lewat sana pasti kaget, mau naik motor kok tiba-tiba kon atraksi.”

Tanggapan pemerintah

Cuitan pemilik akun @ogiklo tidak hanya menguap begitu saja. Banyak pengguna Twitter yang kemudian melimpahkan masalah ini dengan men-tag akun Pemerintah Kabupaten Sleman, yakni @kabarsleman. Akun ini lantas menjelaskan bahwa perihal itu adalah tanggungjawab dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah – DIY.

Sedangkan @puprjlnjtgdiy menjawab bahwa laporan sudah masuk ke Satker PJNW DIY yang akan ditindak lanjuti pada tahun anggaran (TA) 2022. Langkah Pemkab Sleman sejatinya sudah benar, kerusakan di ring road itu bukan tanggungjawab pemerintah daerah, melainkan pemerintahan pusat tingkat nasional.

Melansir Kumparan.com, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti menjelaskan lebih rinci bahwa jalan tersebut merupakan kewenangan pemerintah pusat di tingkat nasional, sehingga pemerintah di tingkat provinsi tak punya kewenangan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Namun, adanya penjelasan ini justru membuat masyarakat bertanya-tanya ihwal koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat. Apalagi jika menengok kasus ini yang banyak orang  sudah menjadi korban di jalan tersebut.

Di lain sisi, Guru Besar Teknik Sipil dan Lingkungan dari UGM, Joko Sujono, pun menjelaskan bahwa inlet yang tidak standar memang menjadi problem utama jalur lambat di ring road tersebut. Pasalnya, inlet atau penutup drainase bawah tanah itu berada di tengah badan jalan sehingga menyebabkan fungsi jalan menjadi terganggu.

Angin segar sempat datang pada 20 Desember 2021 yang lalu, terdapat beberapa lubang drainase yang sudah diperbaiki. Namun ini belum semua, hanya 20 meter sebelum underpass Kentungan.

Padahal, sisi yang paling vital adalah bagian tengah menengok banyak kendaraan yang menggunakan kecepatan tinggi di jalur tersebut di jam-jam sibuk. Tahun sudah berganti, pembetulan Jalan Ring Road Utara dari Monjali ke Kentungan masih dinanti.

Reporter : Gusti Aditya
Editor     : Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Seporsi Sego Godog Pak Pethel untuk Mengusir Masuk Angin dan liputan menarik lainnya di Susul.

Exit mobile version