Alfian sempat menolak masuk Unair lewat jalur Mandiri karena biayanya terbilang mahal. Namun, salah satu dosen menyuruhnya mendaftar dengan memasukkan nomor Bidikmisi yang sudah dia miliki sebelumnya.
Bidikmisi merupakan beasiswa yang diberikan pemerintah Indonesia untuk membantu calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi. Dulu, kata Alfian, pendaftar jalur Mandiri masih bisa menggunakan bidikmisi. Begitu juga di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, sehingga berangkatlah Alfian ke Unair sekali lagi untuk mengikuti tes Jalur Mandiri bersama dua orang temannya yang juga difabel. Dia pun lolos sebagai mahasiswa Jurusan Antropologi tahun 2016 dengan nilai yang memenuhi standar.
Pamit ke Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
Kabar itu tak membuat Alfian lupa bahwa dia juga sudah diterima di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Alfian pun sowan langsung kepada rektor Unesa. Dia bercerita soal prosesnya mendaftar ke Universitas Airlangga (Unair).
“Aku bilang ke rektor bahwa saya juga daftar di Unair. ‘Oh iya kalau bisa memang nggak semua disabilitas di sini. Kalau bisa mencari ke yang lain,’ kata rektor Unesa dulu,” ujar Alfian.
Sebagai informasi, Unesa menjadi salah satu kampus penggagas yang berupaya menciptakan kampus ramah difabel. Kampus yang dulunya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu bahkan membuat pemeringkatan sendiri untuk mewujudkan lingkungan ramah bagi penyandang disabilitas, yakni Unesa-Dimetric.
Sambutan hangat dari rektor Unesa saat dirinya mengundurkan diri, membuat Alfian lebih semangat dalam menjalani perkuliahan. Dia pun berhasil menyelesaikan S1 Jurusan Antropologi di Unair pada tahun 2020 dengan IPK sekitar 3,4.
Tak berhenti di situ, Alfian melanjutkan untuk kuliah S2 Jurusan Kebijakan Publik di Unair. Setelah menempuh studi selama dua tahun, dia berhasil lulus dengan IPK sekitar 3,7. Proses itu tidak mudah, karena dia kuliah sembari bekerja sebagai PNS di Jakarta.
“Semoga dengan ilmu budaya dan kebijakan yang saya miliki, ke depan saya dapat berkontribusi lebih banyak untuk membuat Indonesia yang lebih inklusif,” ucap PNS yang bekerja di Kementerian Desa itu.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Sulitnya Penyandang Tunanetra Ikut Seleksi CPNS, Akses Dipersulit padahal Punya Kemampuan Lebih atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.