Warung Basuki Jogja dan penghasilan yang menurun
Dalam beberapa tahun terakhir, Warung Basuki mengalami penuruan omzet harian. Kata Bu Basuki, sebelumnya Warung Basuki, Jogja, bisa meraup omzet harian hingga Rp2 jutaan. Namun, belakangan mentok cuma di angka Rp1,5 juta.
Hanya saja, Bu Basuki tidak menyebut watak buruk mahasiswa UMY yang makan tapi tak bayar sebagai salah satu variabelnya. Sebab, jenis mahassiwa semacam itu tentu sudah ada sejak dulu-dulu.
Bagi Bu Basuki, hal itu tak terlalu berpengaruh pada omzet harian, karena memang sudah tertutup dengan banyaknya mahasiswa UMY yang jujur: makan dan bayar.
“Ya pokoknya sebelum Corona itu omzet bagus, Mas. Mulai turun ya sejak Corona sampai sekarang. Sulit buat naik lagi seperti sebelum Corona,” jelas Bu Basuki.
Akan tetapi, Bu Basuki sudah sangat bersyukur dengan omzet harian dari Warung Basuki, Jogja, yang ia dan suami kelola. Sebab, dari warung tersebut ia juga bisa menguliahkan anak hingga membeli satu unit mobil.
Kesaksian tentang gaya elite bayar makan sulit
Karena warung sudah ramai, maka obrolan mau tak mau harus saya akhiri. Tapi saya memilih santai dulu di kursi dekat gazebo: menyulut rokok sambil menunggu panitia dari Komahi UMY menjemput saya untuk masuk ke lokasi acara.
Momen menunggu itu saya gunakan untuk ngobrol-ngobrol dengan beberapa mahasiwa yang saya temui di Warung Basuki, Jogja.
“Ada sih memang. Temen kosnya temenku ada yang makan tapi nggak bayar. Tapi itu dulu-dulu sih. Nggak tahu kalau sekarang masih gitu atau nggak,” ungkap seorang mahasiswa UMYyang menolak menyebut namanya.
“Setiap warung dengan model gini (prasmanan) memang rawan colongan, Mas. Kalau di bilang makan karena nggak punya uang, ada yang kayak gitu. Orang yang kukenal juga pernah soalnya di warung ini. Dasarnya memang duitnya pas-pasan. Tapi ada juga loh yang gayanya sebenarnya elite, outfit branded, tas branded, sepatu branded, tapi nggak bayar waktu makan. Nah itu baru aneh,” ungkap satu mahasiswa lain, yang sama-sama tak mau menyebut namanya.
Tak lama berselang, panitia yang menjemput saya tiba. Namanya Rasyid (20). Lalu kami berangkat menuju lokasi acara. Sambil menunggu acara mulai, saya sempat becerita perihal temuan saya di Warung Basuki, Jogja.
Rasyid malah mengaku sepanjang 2 semester awalnya di UMY, ia tak pernah tahu tentang Warung Basuki. Pemuda asal Majalengka, Jawa Barat, tersebut baru tahu waktu ia menjemput saya siang itu.
“Waduh, kok ada ya mahasiswa UMY yang seperti itu. Padahal terkenalnya sebagai salah satu kampus elite di Jogja,” ujarnya terheran-heran.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Bisnis Sewa Laptop di Jogja Bongkar Bobroknya Mahasiswa Kampus-Kampus Top Jogja
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News