Lulus dari sekolah penerbangan ternyata tak seindah yang dibayangkan. Banyak tantangan saat cari kerja sesuai jurusan.
Awalnya, Jimi* (25) tidak spesifik ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah penerbangan. Lelaki ini hanya ingin masuk ke instansi pendidikan semi militer yang identik dengan seragam.
Alih-alih ke dunia yang berhubungan dengan industri aviasi, ia terlebih dahulu mendaftar ke beberapa sekolah pelayaran. Bukan tanpa alasan, ia mengaku punya beberapa saudara yang sudah merasakan pahit manis bekerja di kapal. Namun, keinginannya itu berakhir dengan sejumlah penolakan.
Hingga akhirnya ia mulai mencari alternatif lain. Muncul opsi sekolah penerbangan di Jogja yang swasta. Sebab, masuk sekolah penerbangan negeri cukup sulit proses seleksinya.
“Akhirnya daftar sekolah penerbangan di Jogja. Kebetulan lolos, karena sudah mepet dengan mulainya tahun ajaran baru, aku ambil,” kenang Jimi saat saya temui Minggu (26/5/2024) malam.
Meski tidak sesuai impian awalnya, Jimi setidaknya bisa masuk ke sekolah tinggi dengan seragam. Sekolah dengan pendidikan yang ada sentuhan pendekatan militer. Ia mengambil jurusan non teknik, yang lebih fokus ke urusan manajemen dunia aviasi.
Sempat yakin setelah lulus sekolah penerbangan bisa kerja di bandara
Saat mulai pendidikan pada 2017, Jimi belajar banyak utamanya soal sisi-sisi manajemen dunia penerbangan. Selain itu, ia belajar juga mengenai manajemen transportasi pada umumnya.
“Di awal-awal justru sempat ragu, bisa nggak ya nanti setelah lulus kerjanya linear sesuai pendidikan. Soalnya, di awal tuh aku kayak kalah bersaing nilainya sama teman-temanku,” ungkapnya.
Lulusan studi di bidang yang Jimi jalani, jika linear, akan bekerja di berbagai posisi di bandara. Mengurusi kargo, administrasi, dan beberapa posisi lainnya.
Meski awalnya ragu, keyakinan Jimi untuk bisa bekerja linear sesuai sekolah penerbangan mulai tumbuh tatkala tengah hingga akhir masa studi. Ia mulai merasa nyaman dengan bidang yang ia geluti. Nilainya, juga mulai membaik dan bersaing dengan teman-temannya.
“Semakin lama studi itu muncul keyakinan kalau bisa kerja beneran di bidang penerbangan. Pikirannya juga mulai terbuka, mulai ada relasi dengan senior juga,” ungkapnya.
Pandemi mengguncang dunia penerbangan
Pada pertengah hingga kelulusan, Jimi menjalani kuliah di masa pandemi Covid-19. Bidang penerbangan, jadi salah satu sektor yang paling terdampak situasi ini. Jumlah penerbangan berkurang drastis lantaran banyak pembatasan mobilitas masyarakat.
Situasi itu juga membuat studinya agak terlambat. Saat hendak kerja praktik, banyak bandara yang memperketat izin. Sehingga kesulitan mencari tempat untuk melakukan salah satu tugas wajibnya di sekolah penerbangan.
“Akhirnya aku lulus itu agak telat, sembilan semester,” kelakarnya.
Saat lulus pada awal 2022, dunia penerbangan pun belum benar-benar pulih. Mencari kerja yang linear dengan sekolah penerbangan tidak semudah yang ia bayangkan pada kondisi itu.
Baca halaman selanjutnya…
Sulit cari kerja karena tak ada orang dalam sampai akhirnya pilih jadi tukang sablon
Saya juga pernah mewawancarai seorang teknisi pesawat yang dulunya studi di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) bernama Faris (25). Ia dulunya studi di bidang kelistrikan dengan sistem ikatan dinas.
Meski begitu, karena lulusnya di saat masih pandemi, ia pun harus menunggu hingga enam bulan sampai benar-benar dapat panggilan kerja. Penyebabnya karena situasi pandemi yang membuat dunia penerbangan tergoncang.
Pilih kerja jadi tukang sablon
Situasi serupa juga dialami oleh Habsi. Lulus masih di akhir masa pandemi, dunia penerbangan belum sepenuhnya pulih.
“Ternyata cari kerja di dunia penerbangan tak semudah yang dibayangkan,” kelakarnya.
Ia mengaku sudah mengirim cukup banyak lamaran. Namun, penolakan demi penolakan terus menghampirinya.
Demi bertahan di perantauan, Jimi pun rela mencari pekerjaan apa saja. Sampai, ia akhirnya bekerja di tempat seorang relasi yang punya usaha di bidang pembuatan pakaian. Habsi, menjadi tukang press atau tukang sablon.
Sebenarnya, pekerjaan itu sudah ia lakoni sejak masih di akhir masa sekolah penerbangan. Setelah lulus, mengingat sulitnya cari pekerjaan ia putuskan untuk bertahan dan lebih menyerusi pekerjaan sebagai tukang sablon.
“Ya lumayan, gajinya di atas UMR Jogja. Bisa buat bertahan sambil terus coba daftar di bidang penerbangan karena orang tua juga penginnya bisa linear,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, relasi sangat penting untuk mendapatkan kerjaan di bidangnya. Tak heran, jika hubungan senior dan junior harus terus dijaga.
“Banyak di antara temanku tuh yang masuk kerja gara-gara orang dalam. Ya entah saudara atau senior yang benar-benar dekat. Sayangnya aku nggak punya itu,” pungkasnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
)* bukan nama sebenarnya, identitas narasumber disamarkan.
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News