Selain joki tugas dan skripsi, saat ini banyak jasa pembuatan sertifikat tes TOEFL palsu yang digandrungi mahasiswa. Mereka memanfaatkan praktik ini demi bisa sidang skripsi tanpa ribet.
Jimi* (23) dilanda rasa khawatir menjelang ujian skripsi. Selain urusan mempersiapkan materi untuk presentasi di hadapan dosen, ia juga belum melengkapi berbagai persyaratan administrasi. Salah satunya adalah sertifikat lolos tes TOEFL untuk menunjukkan kemampuan bahasa Inggris.
Kekhawatiran justru membuatnya menunda untuk segera melengkapi berkas administrasi. Ia fokus mempersiapkan materi sidang karena merasa pengerjaan skripsinya kurang memuaskan.
Sampai akhirnya, tiba di hari-hari terakhir menjelang hari waktu datang. Ia sedianya mau mencoba untuk tes TOEFL secara resmi. Kampusnya pun punya lembaga untuk melakukan tes.
Namun, ia khawatir kalau ternyata gagal dan harus mengulang di waktu yang sudah mepet. Sebab, pada semester tiga ia sempat mencoba tes karena alasan sederhana yakni menemani pacar yang perlu sertifikat untuk kebutuhan kuliah.
“Dulu sempat tes TOEFL dan cuma dapat 439. Padahal standar dari kampus 450,” katanya saat Mojok hubungi Minggu (21/1/2024).
Akhirnya, bermodalkan tanya kepada beberapa teman, ia mendapat rekomendasi joki yang sangat praktis. Tidak perlu datang dan melakukan tes, cukup dengan mengirim persyaratan via WhatsApp maka sertifikat akan dikirim ke alamat.
“Modalnya cuma mengirim nama lengkap, skor yang sesuai keinginan, dan asal kampus. Bayar Rp150 ribu dengan ongkos kirim Rp20 ribu, sertifikat sampai alamat,” kenangnya.
Saat membuka paket berisi sertifikat palsu tersebut, Jimi mengaku kaget karena bentuknya tampak begitu nyata. Ada cap lembaga resmi yang dipalsukan dan segala aspek yang membuatnya terlihat asli.
Akhirnya, ia melengkapi segala persyaratan untuk sidang skripsi. Saat mengumpulkan pun tidak ada kecurigaan sama sekali dari petugas administrasi.
Lembaga resmi yang menyediakan sertifikat tes TOEFL palsu
Supri* (24), mahasiswa lain yang Mojok wawancara punya pengalaman berbeda. Ia menggunakan sertifikat palsu yang dari sebuah lembaga resmi.
Informasi tentang lembaga di Jogja itu ia dapat dari seorang rekannya. Ia lantas datang ke alamat untuk mencoba membuktikannya.
“Saat datang ternyata di sana banyak mahasiswa dan orang yang sepertinya mau melamar kerja dengan persyaratan kemampuan bahasa Inggris,” katanya.
Selepas mengantre, ia langsung disuruh untuk mengisi semacam formulir data diri. Setelah itu, petugas di lembaga itu menanyakan, “Mau skor berapa?”
Baca halaman selanjutnya…
Perasaan lega berubah jadi penyesalan mendalam
Supri ingat, petugas sempat mengoreksi skor yang ia mau lantaran ada angka-angka tertentu yang tidak masuk hitungan skort es TOEFL. Akhirnya, mereka sepakat untuk memberikan skor 490.
“Berapa saja, pokoknya lolos dari standar yang kampus tentukan,” kelakar Supri.
Tidak sampai 10 menit, mesin print sudah berbunyi penanda sertifikat sedang dicetak. Sertifikat berhologram dengan cap resmi lembaga dengan label “pendidikan” ini langsung ia dapat.
“Sertifikatnya meyakinkan banget menurutku. Cukup bayar Rp75 ribu saja,” katanya.
Supri mengaku sempat mengecek buku tamu di lembaga tersebut. Di sana tampak banyak mahasiswa dari kampus kecil hingga kampus ternama di Jogja yang menggunakan sertifikat palsu.
Awalnya lega tapi menyesal
Baik Jimi maupun Supri mengaku awalnya terdesak dengan tenggat pendaftaran sidang skripsi yang mepet. Terlebih, mereka tidak yakin dengan kemampuannya sendiri sehingga memilih jalan pintas.
“Untungnya kampus tidak ada mekanisme pengecekan yang detail,” kata Supri.
Kendati lega akhirnya bisa lulus sidang skripsi hingga wisuda, baik Supri maupun Jimi mengaku ada rasa penyesalan di hati. Jimi misalnya, mengaku kadang terpikir tes secara benar dapat membuatnya lebih mengetahui kemampuan aslinya.
Sementara Supri, mengaku menyesal, karena upayanya mengerjakan skripsi dengan maksimal tanpa plagiasi dan kecurangan, ternodai di akhir prosesnya. “Kadang kepikiran menyesal karena skripsinya sebenarnya aku garap sungguh-sungguh. Tapi saat itu memang banyak teman yang menempuh cara serupa,” tuturnya.
Sebagian besar kampus mensyaratkan sertifikat tes TOEFL sebagai salah satu persyaratan sidang skripsi. Namun, tidak banyak yang melakukan verifikasi kepada keaslian sertifikat tersebut. Kendati begitu, ada beberapa kampus yang mewajibkan tes melalui lembaga internal, untuk menghindari kecurangan serupa.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Nestapa Para Musafir hingga Wisatawan Kelaparan di Jogja, Berharap Sebungkus Nasi dan Tempat Singgah
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News