Mahasiswa UPN Jogja lulus sidang skripsi seminggu jelang semester 14 berakhir. Malam harinya, ia tak belajar, pilih bersihkan toilet demi merasa tenang.
Kini, Aji* (26) sudah bisa bernapas lega. Tak sampai enam bulan selepas wisuda, ia sudah dapat kerja. Bukan pekerjaan impian tapi setidaknya bisa jadi pelipur hati pascaketegangan lulus jelang drop out di UPN Veteran Yogyakarta atau UPN Jogja.
Lelaki yang berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) angkatan 2016 ini sebenarnya punya rekam jejak kuliah yang lancar. Setidaknya, sampai semester enam.
“Jadi di semester enam itu aku sudah selesai semua teori, sudah KKN, tinggal skripsi. Ekspektasinya, semester tujuh mulai skripsi dan selesai di semester yang sama,” kenangnya saat Mojok hubungi Senin (18/3/2024).
Ia mengaku tak rajin-rajin amat. Sesekali, bolos kelas dengan titip presensi ke teman. Namun, untuk urusan tugas ia selalu disiplin mengumpulkan. Sehingga, tak ada mata kuliah yang mengulang. Sebenarnya, Aji memang suka dengan bidang studi yang ia jalani.
Saat semester tujuh, karena sayang sudah bayar UKT penuh tapi hanya ambil skripsi, maka ia terpikir untuk mengambil teori lain. Bayangannya, ia bisa menambah jam belajar. Menambah manfaatnya selama kuliah.
“Akhirnya sih, skripsinya saja nggak kegarap apa lagi teori tambahan yang aku ambil,” kelakarnya.
Patah hati dan pandemi yang membuat lebih lama di UPN Jogja
Pada semester tujuh, paruh kedua 2019, Aji sudah mengajukan judul skripsi kepada pembimbingnya di UPN Jogja. Judul itu disetujui pada awal 2020.
Namun, sebentar setelahnya pandemi Covid-19 melanda. Aji mengaku semangat kuliahnya terdorong jika ada teman. Sayangnya, pandemi Covid-19 membuatnya harus terpisah dengan mereka. Pulang ke kampung halaman.
Hal itu membuatnya mulai sedikit mengulur progres tugas akhir. Ditambah lagi, pada waktu berdekatan ia mengalami patah hati. Pukulan cukup berat menimpa dirinya.
“Kalau mengenang dulu itu rela ke Semarang, tidurnya di masjid, demi menemui dia yang tinggal di sana,” curhatnya.
Patah hati mengalihkan fokusnya dari menuntaskan studi di UPN Jogja. Banyak waktu yang ia habiskan bersama teman demi melipur lara.
Sampai akhirnya, ia bertemu dengan perempuan lain. Memulai cerita asmara baru. Pada 2021, Aji mengaku sempat bisa mengembalikan ritme mengerjakan skripsi.
“Jadi aku tuh mengajukan judul akhir 2019, acc awal 2020, bimbingan pertama kali setelah itu baru di pertengahan 2021,” kelakarnya.
Kendati begitu, pengerjaan skripsinya memang belum berjalan cepat. Meski sudah ada perkembangan tapi ia masih kerap menunda kelulusannya dari UPN Jogja.
“Sampai di 2022 aku patah hati lagi,” ucapnya.
Waktu bergulir cepat. Tak terasa, semua teman angkatan 2016 di jurusannya sudah lulus semua. Kecuali, mereka yang memang pindah atau sengaja keluar. Tersisa Aji seorang diri pada 2023, semester terakhir sebelum drop out.
Baca halaman selanjutnya…
Ritual bersihkan toilet semalam sebelum sidang skripsi
Semalam sebelum sidang skripsi ritual bersihkan toilet
Aji mengakui bahwa keterlambatan lulus di UPN Jogja adalah berkat dari kelalaiannya. Di sisi lain, ia mengaku bingung karena baik dosen maupun orang tuanya tidak memberi tekanan berarti untuk cepat lulus.
“Orang tua ada perhatian tapi nggak menekan. Kalau dosen malah nggak pernah menanyakan. Aku nggak tau ini blessing atau curse,” kelakarnya.
Hari semakin mendekati batas masa studi. Aji, menuntaskan skripsi pakai sistem kebut cepat. Sampai akhirnya bisa mendaftar sidang skripsi gelombang terakhir pada semester 14.
“Telat seminggu wassalam, drop out,” ujarnya.
Namun, kendati mengerjakan skripsi dalam waktu yang singkat, Aji mengaku tidak merasa panik menghadapi sidang skripsi. “Bodo amat,” katanya. Baginya, yang terpenting sudah mengupayakan secara maksimal di sisa waktu yang ada.
Malam hari sebelum sidang, seperti biasa, ia sulit tidur. Dini hari, saat sedang ke toilet ia tiba-tiba merasa risih. Ingin menyikat dinding-dinding toilet yang bernoda. Aji memang mengaku, sering merasa ingin membersihkan toilet. Bahkan pernah suatu ketika, ia menginap di kos teman, melihat toilet kotor ia langsung menyikatnya sampai kinclong.
“Aneh, aku itu bisa tiba-tiba merasa risih kalau lihat sesuatu kotor dan ga rapi. Tapi sering juga malas-malasan sampai barang-barangku berantakan,” katanya.
Meski malam hari sebelum sidang skripsi memilih bersih-bersih toilet ketimbang mempersiapkan materi, ternyata ia jadi tenang. Di hadapan dosen penguji di UPN Jogja ia mengaku bisa memperesentasikan dengan lancar.
Selepas itu, Aji baru bisa wisuda pada gelombang semester selanjutnya. Namun, kelulusan ditentukan dari sidang skripsi bukan perayaan kelulusannya.
“Sekarang aku sadar kalau aku tuh pekok (bodoh). Cuma ya baru belakangan sadarnya. Sadar kan memang di akhir, kalau di awal namanya persiapan. Nggak ada orang persiapan mau kuliah 14 semester,” ujarnya tertawa.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News